Bab 10

1.6K 129 10
                                    

Sebenarnya Anna juga tidak tahu mengapa mendadak jemari-jemarinya seperti disihir untuk mencari nomor kontak Jake dan meneleponnya. Ketika membersihkan diri di toilet umum selepas surfing tadi, tiba-tiba ada keinginan terbersit dalam benak untuk mengajak Jake mengendarai ombak di Nusa Lembongan, Canggu, atau Uluwatu. Dia merasa kalau Jake mungkin harus menjelajahi lebih dalam pesona Bali selain mengurusi kebun anggurnya. 

Dalam imajinasi Anna, mungkin sebagian besar orang kaya seperti si punggung tidak punya banyak waktu merelaksasikan diri, terlebih Jake adalah pemilik utama yang sering turun tangan selama masa panen. Dia yakin Jake tidak punya banyak waktu sekadar memanjakan dirinya sendiri. Selain itu, Anna merasa tidak tahu berterima kasih kalau hanya berdiam diri tanpa membalas kebaikan Jake atas pertolongannya malam itu.

Membalas kebaikan atau sekadar penasaran ingin bertemu lagi?

Dia melenggut tak yakin atas pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepala, namun sebagian besar didominasi rasa penasaran bagaimana pria seperti Jake menarik banyak penggemar wanita. Jujur saja, sejak pertama kali bertemu Jake--pria idaman Shanon yang membuat lututnya bergetar--Anna menilai jika dia patut dimasukkan ke daftar lelaki panas, green flag, dan pria idaman. 

Di luar fisiknya yang luar biasa menawan, Jake benar-benar menghormati wanita. Lihat saja kejadian di mana Anna dikejar Milo sampai bajunya robek dan mempertontonkan belahan dada. Dia langsung menawari sweter miliknya untuk dikenakan. Ah, Anna jadi teringat kalau sampai sekarang dia masih menyimpan sweter milik pria itu dan belum sempat mengembalikannya. 

Tentu saja kejadian-kejadian kemarin semua Anna ceritakan kepada Shanon. Walau tahu temannya baiknya itu bakal mencak-mencak seperti kesetanan . Namun, Anna terlanjur berjanji kalau bertemu Jake, dia harus melapor kepada Shanon. Dia juga mengirim satu foto Jake yang diambil dari kejauhan ketika pria itu sedang menelepon di UGD. 

Dan tentu saja seperti yang diperkirakan Anna, Shanon histeris bukan main dan langsung menghubungi Anna disusul teriakan histeris kalau gadis itu sudah mengeluarkan kartu hoki tahunan. Shanon memberondong Anna dengan berbagai pertanyaan sampai di titik kalau pertemuan tersebut bisa menjadi awal pertemuan-pertemuan lain. Ya, walaupun dia mengutuk Milo dan berharap lelaki parasit tersebut segera enyah dari bumi. Milo tak pantas hidup berdampingan dengan manusia, begitu pendapat Shanon yang diingat Anna. Di sisi lain, Shanon benar-benar antusias dan mendukung penuh jika Anna bisa mencuri-curi waktu bersama si juragan anggur. 

"Kapan lagi kau memiliki keberuntungan itu, Annie? Kalau aku berada di posisimu saat ini, aku tidak akan pernah melewatinya walau sedetik. Anggap kau membuat kenanganmu sendiri sebelum tunangannya datang," cerocos Shanon menggebu-gebu seakan-akan waktu akan segera habis bila Anna menyia-nyiakan kesempatan emas.

"Come on ... dia sudah bertunangan, Shanon. Hubungan kami hanya sebatas teman," elak Anna walau sebagian kecil sanubarinya sangat-sangat menyetujui ide Shanon.

"Teman yang kau cium untuk menghindari Milo," tukas Shanon sambil tertawa terbahak-bahak. "Jadi, bagaimana rasa bibirnya? Is he a good kisser?" godanya.

"Anna?" 

Suara berat nan sensual Jake membuyarkan lamunan panjang Anna. Dia gelagapan setengah mati, buru-buru menarik gelas berisi es kelapa muda dan meneguknya sampai setengah untuk menetralkan debaran jantung dan gelenyar panas menjalari kulit. Sial sungguh sial, rutuk Anna dalam hati. Shanon seperti menuang bensi ke dalam kobaran api yang membuat imajinasi kotornya tentang 'seharian penuh bersama Jake' makin berputar-putar dalam kepala. 

"Ah, sorry, a-aku ... hanya meneleponmu karena ingin tahu ... ka-kamu suka berselancar nggak?" tanya Anna lantas menepuk-nepuk kening pelan.

Aduh Anna, kenapa tergagap-gagap gini?

A Billion Desires (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang