"Makasih, Bli!" ucap Anna selepas dua orang pria suruhan Jake memasang CCTV di teras rumahnya. Dia mengeluarkan dua botol minuman dingin dan dua bungkus nasi Padang untuk diberikan sebagai imbalan sudah mau membantunya. "Oh iya, ini diminum dulu, Bli. Cuacanya panas. Saya beliin makanan juga."
"Iya, Mbok," kata si pria bertubuh tambun. "Makasih."
Mereka berdua duduk di kursi berbahan kayu jati, membuka penutup botol lalu meneguknya cepat. Sementara Anna mengamati mereka dalam diam karena rasa sungkan mengapa majikan mereka berbuat sampai sejauh ini.
"Pak Jake itu ... emang kayak gitu ya, Bli?" tanya Anna duduk di salah satu kursi sembari melepas jaket denim kemudian mengikat rambutnya yang mulai memanjang.
Rasa penasaran makin membelenggu Anna kenapa Jake terus-menerus menabur kebaikan kepada orang yang pernah membantu neneknya satu kali. Mungkin orang lain akan suka cita menerimanya, tapi Anna tidak bisa selamanya berpangku tangan membiarkan Jake mengurusnya terus. Dia sadar diri kalau posisinya sebatas seorang teman yang bekerja sebagai perawat pendamping Barbara. Kecuali kemarin. Dia memang membutuhkan lelaki itu karena hanya Jake yang terlintas di kepala.
"Gitu gimana, Mbok?" tanya pria berkacamata di sebelah pria tambun seraya menaikkan sebelah alis. "Oh ... maksudnya nyuruh kita pasang CCTV?"
Anna melenggut cepat. "Saya sungkan, Bli. Ya kali kalau saya nggak ada duit, orang saya bisa bayar orang buat pasang CCTV. Ayo, silakan dimakan nasi Padangnya, Bli. Saya beliin pakai gulai ikan kakap loh!"
"Ya ampun, repot-repot, nih! Makasih, Mbok!"tandas si tambun terlihat kegirangan sambil membuka karet pembungkus nasi.
"Pak Jake emang gitu, Mbok. Jangankan sama Mbok, orang sama semua karyawannya benar-benar disejahterakan. Tuh ada anaknya orang pabrik, bapaknya meninggal karena kecelakaan saat perjalanan. Nah, Pak Jake bersedia membayar biaya pendidikannya sampai perguruan tinggi loh! Disuruh mendalami ilmu bikin wine gitu di Spanyol," terang si pria berkacamata ikut makan begitu lahap.
"Serius?"
"Iya, nanti disuruh jadi staff Lagom, Mbok, ngikuti jejak almarhum bapaknya dulu," terang si pria berkacamata usai menelan nasinya. "Orang kaya kayak mereka itu menganggap semua ini wajar, Mbok, kita cuma perlu bersyukur aja bisa bertemu Pak Jake. Jarang-jarang loh juragan macam itu di jaman sekarang."
"Nah, tuh yang lagi rame di internet yang katanya lupa nggak ngasih gaji karyawan. Yang salah siapa yang minta maaf siapa, kan?" timpal si tambun lalu terbahak-bahak.
"Bener juga sih, Bli," kata Anna lalu merogoh ponselnya dan mengirim pesan teks kepada Jake sekadar mengucapkan terima kasih. "Oh iya, apa dia ada waktu ya nanti sore buat surfing? Aku belum nepatin janjiku," gumamnya.
Anna : Makasih banyak ya, Jake. Aku gk tau harus bilang apa selain makasih udh bantu pasangin CCTV.
Anna : Ada waktu gk sore ini? Surfing yuk! Aku bawain surfboardku.
Anna : Jadi ke Pantai Keramas kan? Yang ombaknya sedang-sedang aja buat pemula kayak kamu.
Jake : Sama-sama. Jangan meremehkanku, Anna. Aku bisa mengimbangimu.
Jake : Tentu, aku jemput pukul 3 sore. Ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu :)
"Wow, apaan ya?" gumam Anna dibuat penasaran. Mendadak hatinya meletup-letup tak sabar akan kejutan yang diberikan oleh pria itu.
###
Selagi menunggu kedatangan Jake di rumah, Anna membuat camilan manis untuk dibawa sekadar pengganjal lapar. Dia tahu mungkin dalam keseharian Jake jarang sekali mengonsumsi makanan-makanan lokal mengingat ada darah Italia yang mengalir di sana. Sebenarnya Anna ingin memasak jaja batun bedil, sejenis bubur candil tapi bentuknya bulat pipih dan disiram kuah campuran adonan tepung dan gula merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Billion Desires (END)
Romance(Old Money Series) *** Berawal dari insiden kecil yang menimpa Barbara, Anna Asmita diundang makan malam oleh Jake Batara Luciano sebagai ucapan terima kasih. Sayang, ketika pulang Anna dibuntuti Milo Durran--mantan kekasih--yang menuduhnya telah me...