Tak seperti tahun lalu, pameran industri pangan dan minuman kali ini dihadiri tujuh negara seperti Malaysia, Korea, Cina, Italia, Jepang, Singapura hingga Taiwan di Nusa Dua Convention Center. Tidak hanya pengunjung dari dalam negeri saja yang turut berpartisipasi untuk meramaikan event tahunan tersebut melainkan wisatawan mancanegara. Mereka memenuhi area pameran, melihat-lihat berbagai macam demo sekaligus bisa mencicipi makanan maupun minuman secara gratis. Ada juga yang memajang bahan-bahan pangan juga alat-alat masak berkualitas tinggi selagi memberikan diskon spesial. Tidak hanya itu saja, bagi para pebisnis di bidang F&B digunakan sebagai ajang mengenalkan produk-produk lebih luas terutama UMKM agar diterima di skala internasional.
Setelah dibuka dengan tari tradisional yang begitu memukau dan dilanjut beberapa sambutan kecil dari penyelenggara, Jake meninggalkan aula utama bersama Aria. Dia mengenakan setelan kasual yang tidak terlalu mencolok. Berupa celana chino Brunello Cucinelle berwarna khaki yang dipadankan kemeja Oxford warna forest green yang pas di kulit gelapnya. Tak lupa pula sepatu penny loafers cokelat gelap Loro Piana. Tidak terlalu formal namun tak terlalu kasual juga. Namun tidak memungkiri badan berotot juga tinggi badan Jake beberapa kali menjadi atensi orang-orang yang kebetulan berpapasan.
Melihat kekasihnya seperti nektar siap diisap ratusan lebah, Aria mengeratkan gandengan di lengan Jake seolah-olah ingin menunjukkan kalau lelaki di sampingnya ini tunangannya. Tak segan-segan dia melontarkan pandangan sinis pada perempuan yang berlama-lama memandangi Jake dengan siratan 'Enyahlah kau dari kekasihku, jalang!'.
"Sikapmu agak berlebihan, Aria," bisik Jake menangkap gelagat posesif Aria. "Aku di sini bersamamu bukan orang lain."
"Ragamu di sini, tapi hati dan pikiranmu belum tentu," balas Aria kemudian menarik Jake ke salah satu stan di mana seorang pria berkaus hitam tengah menjelaskan proses pemanggangan kue.
Jake terbungkam, rasa cemburu Aria makin menjadi-jadi padahal dia sudah melakukan berbagai cara untuk tidak menyinggung Anna. Tapi, berulang kali pula Aria menyindir seolah-olah menjejali Jake berbagai fakta bahwa ada sesuatu yang sedang dirahasiakan. Dia merangkul bahu Aria, mencoba mendinginkan emosi yang menyulut-nyulut kemurkaannya. Sesaat, mata Jake mengedar mencari-cari sosok ke mana Anna pergi bersama Barbara.
"Kau diam karena aku benar kan?" Aria mendongak membuat Jake menghela napas kasar. "Matamu saja enggan menatapku sekarang."
"Astaga, aku diam karena kalau aku meladeni ucapanmu, kita akan bertengkar, Vita mia. Aku melihat yang lain karena ingin tahu stan manalagi yang perlu didatangi," elak Jake berusaha menutupi maksud terselubung yang bisa ditangkap Aria. Ah, sial! Kalau seperti ini dia tidak akan bisa berkutik.
"Karena kau yang bermain api, bukan aku," tandas Aria melipat tangan di dada dan tak lama seorang gadis datang memberikan sample pie susu yang selalu menjadi primadona. Dia menerima seraya melempar senyum simpul kemudian mencicipinya. Tekstur keras di luar namun langsung meleleh di mulut diikuti krim yang tak terlalu manis membuat suasana hati Aria sedikit reda. Dia membayangkan bila menikmati pie ini bersama teh atau secangkir kopi sembari mengobrol.
"Apa yang harus kulakukan agar kau tidak marah, Aria?" tanya Jake.
Dia paling benci dengan drama dan tidak mau berlarut-larut terlibat perang dingin. Hanya seperti ini saja sudah bisa menghabiskan separuh energinya. Untuk itu, lebih baik Jake mengalah daripada terus-menerus disindir sang tunangan.
"Kau bersamaku," kata Aria menatap lurus ke dalam bola mata Jake. "Kau bisa menyingkirkan Anna darimu dan Nonna. Kau sudah punya dokter Dante dan kalian tidak perlu perawat itu."
"Aria ..." Jake nyaris meninggikan nada bicara begitu mendengar permintaan tak masuk akal itu. "Nonna yang meminta Anna, bukan aku, Aria. Please, aku dan dia tidak ada apa-apa. Kenapa kamu cemburu berlebihan seperti itu, huh? Dewasalah sedikit, Aria!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Billion Desires (END)
Romance(Old Money Series) *** Berawal dari insiden kecil yang menimpa Barbara, Anna Asmita diundang makan malam oleh Jake Batara Luciano sebagai ucapan terima kasih. Sayang, ketika pulang Anna dibuntuti Milo Durran--mantan kekasih--yang menuduhnya telah me...