Bab 37

618 70 18
                                    

(Dengerin lagunya Elliot Yamin juga ya)

***

Masalah demi masalah makin pelik saat Aria memutar balikkan fakta, menambah bumbu dalam drama agar dirinya terlihat seperti korban perselingkuhan Jake. Mereka hanya mendengar di satu sisi tanpa mau melihat sudut pandang lain kalau perempuan pilihannya bermuka dua. Walhasil, Jake dipojokkan oleh cecaran Fabio yang meminta sang putra segera memohon ampun dan menarik segala ucapan juga sumpah serapah yang dilontarkan anak lelakinya tersebut. Dalam perbincangan melalui video call, Jake membantah keras karena memang terbukti Aria yang membuat huru-hara sampai menimbulkan fitnah antara dirinya dan Anna.

"Apa kau tidak memikirkan dampak yang kau buat ini, Jake?" tanya Fabio penuh penekanan. Sorot iris cokelatnya yang sama persis dengan sang putra sulung berkilat diselubungi murka. Seharusnya sebagai pemimpin Lagom, Jake perlu mencerna lebih jauh atas keputusan yang bisa memengaruhi perusahaannya. Jika seperti itu, Lagom bisa saja terjun bebas bila saham keluarga Rogmana dicabut paksa.

"Non mi interessa, Papa!" bentak Jake. "Kau tidak tahu bahwa dia sini menggila? Menukar obat milik Nonna sampai dia hampir meregang nyawa? Membuatku menyalahkan orang lain atas kesalahannya?"

(Aku tidak peduli)

"Selingkuhanmu?" sungut Fabio. "Gadis yang tidak jelas latar keluarganya yang sangat kau dambakan itu, huh?"

Jake mengempaskan punggung ke sandaran kursi lalu mengusap wajahnya dengan sebelah tangan. "Dia bukan selingkuhanku! Memangnya kenapa jika keluarganya tidak jelas? Apakah itu membuatnya tidak punya harga diri? Coba saja kau bandingkan dengan Aria yang picik!"

"Jake!" teriak Fabio. "Fuck! Aku tidak mau tahu sampai kau mau meminta maaf padanya."

"Jangan harap, Papa! Sampai mati aku tidak akan mengatakan itu! Ini perusahaanku, aku yang bertanggung jawab! Aku tidak peduli dia menarik saham atau apa pun aku tidak peduli! Aku sudah lelah harus menuruti semua kemauanmu, Papa! Selamat siang!" cerocos Jake ikut emosi kemudian memutus panggilan video tersebut.

Dia memijit pelipis yang terasa nyut-nyutan dan tak lama notifikasi pesan dari Aria masuk memancing kembali emosi dalam dada. Gadis itu seolah-olah memegang kartu mati yang bisa menghancurkan diri Jake bila tak mau menuruti keinginan Fabio. Jake memilih tidak menggubris ancaman Aria, jempolnya membuka direct message di mana Shanon masih enggan memberikan keterangan di mana lokasi Anna.

JL001 : Shanon, i need you to tell me where is she? please.

Shanon99 : Bukannya aku tak mau, Jake. Dia yang tidak ingin menemuimu lagi.

Shanon99 : Jika aku melanggar, dia akan memutus pertemanan kami.

Shanon99 : Aku benar-benar ingin membantumu, Jake, aku sedang mencari cara agar bisa membujuknya.

Geraman rendah diloloskan Jake melalui mulut mengetahui betapa susah mengambil kembali hati Anna. Dia mengira meminta bantuan Shanon akan mudah, tapi justru sebaliknya. Namun, dia sadar bahwa puing-puing itu tidak akan bisa kembali secara utuh seperti dulu. Mana mungkin Anna bersedia menemui pria yang mencekik leher dan mengatainya pembunuh? Mana mungkin Anna mau bertemu tatap ketika gadis itu pernah melayangkan sorot ketakutan yang diabaikan Jake? Dia makin frustrasi dan terbersit pikiran gila untuk langsung mendatangi Anna ke sana meski tak tahu di mana.

Bukankah itu membuang-buang waktu?

Jake menggeleng pelan, waktu mungkin tidak akan sebanding dengan hari-hari yang dilaluinya seorang diri dalam kubangan penuh kesalahpahaman. Waktu yang dihabiskan Jake mencari Anna tidak akan bisa menghilangkan duka dalam diri gadis itu.

A Billion Desires (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang