(8)

482 21 0
                                    

"Bibi di mana"
Teriak jian mencari cari bi asih

"Berisik lo,teriak teriak"

"Maaf kakak ji belisik,kakak lihat bibi tidak"
Tanya jian pada sion

"Mana gw tau,peduli gw"
Ucap malas sion meninggalkan jian sendiri

Melihat kepergiaan kakaknya jian kembali mencari bi asih
"Bibi mana ya kok ndak keliatan dali tadi,ji aja sudah capek cali cali humf"ucap pelan jiam mempout bibir mungilnya

"Apa yang kamu lakukan disana "ucap papa sion melihat jian ada ditaman milik istrinya

"Papa,teriak jian berlari kearah papa dion

Papa ji cali bibi,tapi ndak ketemu"ucapnya lesuh

"Bi asih sudah saya pecat"
Jawab datar papa dion

Mendengar apa yang papa ucapkan membuat jian sedih
"Tenapa papa"
Tanya jian melihat papanya dengan yang berkaca kaca

"Tidak ada alasan"
Ucapnya dan meninggalkan jian disana

"Papa hiks tenapa pecat bibi hiks"
Tangis jian menyembunyikan wajah sembabnya

.
.

"Kalian pulang hari ini"
Tanya papa dion kearah kedua keponakannya itu

"Iya om,besok aku harus wajib datang kekampus"
Jawab chelsea

"Yaudah kalian hati hati ya pulangnya"

"Iya om asslamualikum"
Pamit theo menyalim tangan papa dion diikuti chelsea dibelakan,setelah itu mereka memasuki mobil dan berlalu meninggalkan kawasan rumah keluarga Mahesa.

Setelah mengantar keponakannya,dion kembali masuk kedalam rumah dan masuk kedalam ruang kerja.

Tok tok tok

"Papa bukain pintunya hiks"
Ucap jian mengetuk pintu kerja papa dion

"Berisik jian,saya mau kerja"
Sentak papa dion

"Papa jian minta maaf,jian mohon papa balikin bibi cekalang ya"
Pinta jian

"Ck,nanti saya panggil,sana cepat keluar"
Jawab papa dion mengusir kasar jian dengan mendorongnya keluar

Bruk

"aw,
Papa tapi janji ya balikin bibi nya ji"

"Ya ya ya"
Jawab malas papa dion menutup pintu

Melihat pintu tertutup dihadapannya,jian hanya bisa diam dan bangkit dari duduknya kembali kekamar nya sendiri

Brak

"Lo ikut gw"
Teriak sion menatik tangan jian kencang setelah menobrak pintu kamar jian kasar

"sakit kakak pelan pelan naliknya"
Ringis jian mengikuti langkah kaki besar sion

Bruk

"arggh hiks"ringis jian jatuh dilantai keras belakang gudang

"Jian kenapa lo harus hadir dikeluarga gw,
Tanya sion mencengkaram pipi jian kencang

"Kakak sion s-sakit "rintih jian mencoba melepaskan cengkraman tangan sion dipipinya

"Gara gara lo,gw harus kehilangan nyokap gw"
Bentak sion mendorong tubuh jian kebelakang

Jian tersentak jatuh kebelakang mengakibatkan kepala belakangnya terhantuk biding dinding gudang
"aAwww hiks s-sakit kepala ji"teriak jian menangis kesakitan.

Jian merasakan basah dibagian kepalanya yang terhantuk
"Hiks kepala ji beldalah kakak hiks
s-sakit"tangis jian histeris bergetar menatap mata tajam kakaknya sion takut

"Berenti nangis sialan"
Bentak sion menarik rambut jian kencang

"Aaaaaaa sakit hiks l-lepas kakak rambutnya"
Jerit jian sesegukan

"Diam,
bentak sion menarik rambut jian makin kencang

Ikut gw"
Desis sion menarik tubuh lemas jian kedalam gudang

"Lo tetap disini,dan jangan berani berani untuk keluar"
Ucap sion menunjuk tepat diwajah jian yang mengadah keatas,dengan tubuh yang luruh kebawah.

Jian hanya bisa menganggukan kepalanya berulang kali dengan lemah,

"Jawab gw bukannya cuma ngangguk ngangguk sialan"
Bentak sion menghempas tarikan rambut jian

"Iya kakak maaf"
Jawab jian nundukin kepalanya

"Cih"
Decih sion keluar dari dalam gudang dan mengunci pintu gudang.

Klik

.
.

.....

Chapter : Brothership = Happines -> JianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang