(40)

1.1K 23 1
                                    

Brak.

"Kenapa kamu usir angel"
Marah papa dion kepada adiknya diseberang.

"...."

"Dasar bodoh"

Prang

Dengan nafas yang naik turun,papa dion menghempas handphonnya kedinding.

Cklek.

"Apa yang terjadi.."
Tanya sion saat mendengar keributan.

Dengan nafas yang masih menderu  ,dion mengusap mukanya kasar.

"Tidak ada,hanya masalah kecil. Kamu ngapain kesini kembali k kamar mu sekarang belajar besok ada ujian"
Ucap papa dion

Sion menatap sang ayah apakah beliu berbohong atau tidak,namun saat melihat guratan kemarahan diwajah sang ayah,sion kembali menelan ucapannya.

"Baiklah."
Ucapnya berbakik dan kembali kekamarnya untuk belajar.

****

Prang

Angel menatap tajam handphon yang ia lempar.

"Dasar anak pembawa si*l."
Bentaknya dengan deru nafas cepat.

Ceklek.

"Kamu kenapa"
Tanya tian masuk kekamar dan meilhat istrinya yang emosi.

"Mas aku dibentak sama kakak aku,..! Dan kamu tau siapa yang membuat aku dibentak...? Anak tidak tau diri itu, aku tidak sudi menyebut namanya."
Ucap angel berteriak dan berdesis saat mengucapkan kata diakhir kaliat.

Tian yang melihat betapa emosinya sang istri hanya terdiam.

"Sebenarnya aku tidak mengerti kenapa kamu bisa sebenci itu sama jian, apa yang dia lakukan kepadamu.."
Ucap tian tidak mengerti tentang istri dan keluarga istrinya ini.

"Kamu enggak akan ngerti, asalkan kamu tau ibu dari anak itu yang sudah membunuh sahabat aku istrinya kak dion."

"Iya aku tau,yang bersalah itu ibunya bukan anaknya. Jadi tidak ada alasan mendasar kenapa kalian bisa sebenci itu sama anak itu."

"Kamu enggak akan mengerti"
Ucap angel meninggalkan suaminya yang terdi mematung.

Tian memang tidak pernah mengerti,memang ibu jian yang membuat istri dion meninggal...? Jika itu benar bukankah yang ada disana hanya dion.! Hanya dion yang tau kebenarannya, tapi mengapa dion sangat membenci anak kecil bahkan saat ia baru dilahirkan bahkan hingga kini.

Tian juga tidak mengerti,kenapa yang lain juga ikut membenci anak yang tidak tau apa apa itu ? Kalau memang yang bersalah itu ibunya !?  kenapa tidak ibunya saja yang dibenci bukan anaknya...?! Kenapa manusia sejahat itu.

Dengan membuang nafasnya berat,tian keluar dari kamar mencari istrinya untuk meminta maaf,takut apabila dia salah mengucap kata.

Sungguh kemarah istrunya itu membuat ia kalang kabut,karena kemarahan itu nanti akan berimbas ke keluarganya,anak anaknya bahkan dirinya.

Biasalah ibu ibu.

****

Satu keluarga ini sekarang lagi mengadakam piknik didepan rumah.

Chandra yang dari awal berekspektasi tinggi berpikir bahwa mereka semua akan piknik dipantai atau tidak ditaman.

"Chan sudahlah tidak usah merajuk gitu"
Ucap mahen mencoba menenangkan.

Bukannya baik chandra malah mendelik kearah abangnya itu.
"Tapikan chandra sudah berharap."
Ucapnya menurunkan bibirnya hendak menangis.

Johnny yang mendengar anaknya menyebut namanya lengkap pertanda merajuk atau marah,dengan mendekati dirinya johnng mengelus surai lembut anak yang sekarang menjadi anak tengah setelah hadirnya anggota baru.
"Nanti ya sayang,ayah janji nanti kita piknik atau liburan kemana aja terserah aa, jadi untuk hari ini pikniknya disini dulu ya"
Ucapnya membujuk.

Dengan air mata yang menetes,chandra menatap wajah ayahnya.
"Tapi kan tadi chandra sudah yakin banget,chandra juga tadi sudah nyiapin baju ganti chandra terus chandra juga udah buat sanwich isi buah buat nanti di makan disana."
Ucanya mengeluarkan isi hatinya.

Tiffany tersenyum melihat salah satu anaknya itu,
"Sayang bisa denger bunda sebentar,"
Ucap tiffany mengambil alih atensi sang anak.

Setelah mendapat anggukan dari chandra,tiffany kembali berucap.
"Bunda sama ayah mempunyai alasan sendiri sayang, kenapa bunda sama ayah memilih piknik didepan rumah. Kamu tau kan sekarang kita mempunyai anggota baru"
ucapnya menatap jian yang menatap kosong mereka,dengam tersenyum miris menatap mata itu tiffany kembali melanjutkan ucapannya.

"Bunda dan ayah melakukan ini bukan semata untuk makan makan semata,
tetapi kami melakukan ini agar ikatan antar keluarga kita makin erat, jadi nanti dimanapun kita berada kita kan tetap pulang kerumah apalagi setelah mengingat acara ini."lanjutnya.

Tiffany menatap sang anak yang sedang berpikir kembali membuka suara.
"Kamu tau nanti dimasa tua kamu bakal mengingat ini,dan mungkin aja kamu beserta istri dan keluarga kamu juga akan melakukan yang sama."
Ucapnya lagi.

"Bunda"

"Iya sayang"
Jawab tiffany

"Chanie minta maaf."

Dengan tertawa pelan,tiffany mendekatkan dirinya memeluk sang anak erat.

"Manjanya anak bunda"
Ucapnya menyium pipi chandra lebut,di ikuti ayah johnny

Mahen yang melihat tersenyum lembut,ia menatap jian yang hanya diam mendengarkan.
"Jian..?"

"i-iya abang"
Tanya jian.

Menarik tangan yang mulai gendut itu lembut dan menuntunnya agar ikut bergabung dengan chandra yang berpelukan dengan ayah bunda.

"T-tapi___

"Jian kita itu keluarga,jadi jika kami berpelukan,kamu juga harus ikut dan itu wajib, ayo"
Ucap mahen memotong ucapan jian yang takut takut.

Saat jian sudah tenang mengikuti arahannya,mahen dan jian pun bergabung untuk memeluk chandra.

Kelimanya tersenyum bahagia,senyum yang akan selalu terpatri dibibir masing masing

Begitupun jian,ia tersenyum paling lebar karena ini pertama kalinya ia merasa saling peluk antara keluarga.

Jian sangat bahagia sekali,dikeluarga ini jian merasa dihargai,di sayang dan diberiperhatikan.

Pertemuan mereka itu takdir, dan garis takdir yang tuhan berikan itu nyata. Maka dari itu jangan pernah menyalahkan takdir atas apa yang kalian dapatkan baik buruk atau pun tidak.

Namun takdir juga bisa berubah jika ada kemauan besar dan berdoa yang banyak kepada tuhan,selalu husnuzon disetiap langkah.

Dimanapun kamu berada tetapkan tuhan dihatimu maka niscaya hidupmu akan aman,tentram dan bahagia.



TAMAT.

♡♡♡♡♡♡♡

Chapter : Brothership = Happines -> JianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang