8 : The Need

668 55 4
                                    


Kamar di apartement yang biasanya lenggang itu terlihat berantakan, hanya dua orang yang tengah tergolek di atas ranjanglah yang tahu alasannya. Nafas mereka sudah sama-sama teratur, tubuh mereka sama-sama kelelahan, yang membedakan hanya kedua pasang mata milik masing-masing.

Leon sudah terlelap sejak akhir percintaan panas mereka satu jam yang lalu sementara Ada tak sedikitpun berkeinginan terpejam. Ia tidak boleh tertidur, tidak sedetikpun, tidak ketika bersama Leon. Ia akhirnya mengalihkan pandangan yang sebelumnya menerawang langit-langit menuju lelaki yang tengah tertidur pulas di atas dadanya.

Ada tersenyum. Badan Leon dua kali lebih besar darinya, tentu saja berat namun Ada tidak masalah. Ada menikmati semuanya, yah, sementara ini. Ia mulai mengamati wajah tampan yang tertidur dengan damai itu dengan geli. Leon benar-benar seperti anak kecil, yang berarti Ada mengakui kalau Leon itu menggemaskan.

Ada mulai menjalankan tangannya untuk memainkan rambut Leon yang berantakan. Bau sampo milik Leon tidak seburuk yang lelaki itu keluhkan, karena jujur Ada menyukainya. Ada menguap. Agaknya ia mulai ragu bisa bertahan untuk tidak terlelap, namun kenangan kembali menamparnya ketika hampir saja memejamkan mata.

Ada merasa was-was. Tubuhnya sedikit banyak bergerak, yang tentu saja kegiatannya itu mengganggu Leon yang masih tertidur di dadanya.

"Tidak tidur?"tanya Leon dengan mata mengerjap ngantuk dan kepala yang diangkat dari tubuh Ada.

"Bagaimana bisa tidur jika kamu terus menindih dan memelukku?"balas Ada datar. Lelaki itu terkekeh dan benar-benar menggeser tubuhnya.

"Aku hanya memastikan agar kamu tidak melarikan diri,"

"Tidurlah"imbuh Leon ketika menyadari perempuan cantik di sampingnya tidak menunjukkan tanda-tanda akan tidur.

"Aku tidak mengantuk"jawab Ada berbohong, hingga tiba-tiba ia menguap. Leonpun mengernyit bingung hingga membuatnya bangun.

"Kenapa?"tanya Leon yang memajukan badannya agar dapat merengkuh tubuh mungil di depannya. Namun Ada menepisnya.

"Aku harus pulang"

Ada hendak menyingkap selimut namun Leon segera menghentikannya. Ia menarik tubuh Ada hingga kembali berbaring dan dengan sekejap menindih perempuan itu. Tangan Leon mengunci kedua tangan Ada diatas kepala perempuan yang rautnya tidak bisa Leon baca itu.

"Ada, jawab pertanyaanku. Kamu kenapa?"ulang Leon dengan penuh penekanan.

Leon menangkap raut gelisah perempuan di bawahnya. Perempuan itu memalingkan muka.

"Ada, tolong, kamu kenapa?"

Ada masih enggan menjawab. Ia mengangkat kakinya dengan kuat yang berada di antara kedua paha Leon hingga membuat lelaki itu mengaduh kesakitan. Leon ambruk kesamping sambil memegang selangkangannya sementara Ada bergegas turun dari ranjang.

Saat hampir mencapai pintu kamar, Leon berhasil menggapai tubuh Ada lalu membopongnya. Ada tidak tinggal diam, kakinya yang bebas langsung menjepit ke pinggang Leon dan tangan kanannya ia gunakan untuk mengunci leher Leon. Leon seketika terjatuh dengan menumpu pada dengkulnya. Namun lelaki itu belum mau menyerah meskipun lengan Ada sumpah membuat lehernya tercekat. Leon menampar pantat mulus yang mendekapnya dengan sangat keras.

"Leon!"keluh Ada. Perempuan itu melepaskan jepitannya, yang membuat Leon juga melepaskan tubuh Ada.

Ada berdiri menjulang di hadapan Leon dengan kedua tangan di pinggang dan raut muka bengis. Sialan! umpat Leon dalam hati, karena menyadari ketelanjangan Ada yang disandingkan dengan raut wajah perempuan itu saat ini benar-benar membuatnya turn on. Sadar, Leon!

Resident Evil Angsty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang