12 : The Wound

533 46 4
                                    

"I'll take my holiday. Don't distrub me at least for 3 days"

Leon mengendarai mobilnya dengan perasaan campur aduk. Ia tengah melaporkan pekerjaannya dengan mata yang sesekali memeriksa melalui kaca ke kursi belakang. Perempuan itu terlelap, setelah dengan keras kepala memaksakan bertahan melawan rasa lelah selama setengah jam perjalanan.

"Dasar keras kepala"decih Leon.

Malam telah berganti, langit dipenuhi semburat merah dengan sinar yang masih malu-malu menyusup melalui pepohonan lebat yang berdiri tegak di sepanjang jalan. Leon kembali melirik kaca hanya untuk menemukan gurat kesakitan yang perempuan itu nampakkan. Ia teringat bahwa Ada terluka.

Mobil berhenti ketika mulai memasuki perbatasan kota Washington DC. Leon mengisi bahan bakar mobilnya yang sudah menipis, dan mendapati Ada terbangun hendak keluar mobil dengan tertatih.

"Mau kemana? Sebentar lagi kita sampai"ujar Leon menghampiri Ada untuk memopang tubuh perempuan itu berdiri di samping mobil.

"Kita berpisah disini"balas Ada disusul dengan ringisan yang nampak jelas di wajah pucatnya.

"Ada, jangan memulai perdebatan lagi"

Ada melepaskan genggaman Leon di tubuhnya. Ia kembali berusaha berjalanan dengan tertatih sementara Leon mengepalkan tangan menahan geram. Leon pikir ini semua akan berakhir dengan mudah, nyatanya Ada Wong adalah Ada Wong, perempuan paling keras kepala.

"Kembali atau aku akan dengan sangat terpaksa menyeretmu lagi?"ucap Leon berusaha keras menahan emosi, namun nampaknya Ada tidak terpengaruh.

Ada tetap berjalan menjauh meski sangat pelan. Dengan sisa kesabaran yang tinggal sedikit Leon berjalan menyusul Ada. Tanpa permisi merengkuh tubuh mungil itu dan menggendongnya kembali dengan hati-hati.

"Leon! Lepas! Leon!!!"berontak Ada yang hanya memperburuk kondisi perempuan itu sendiri.

Leon kembali berhasil meletakkan tubuh Ada di kursi belakang mobil, lalu duduk di samping perempuan keras kepala itu. Wajah cantik di hadapannya merah menahan amarah.

"Senang karena membuatku seperti orang lemah? Senang kamu membuatku seperti orang tidak berdaya seperti ini? Senang kamu?!"

"Astaga, Ada" Leon mengusap wajahnya lelah. Dia bahkan belum sempat tidur semalaman.

"How many times do I have to tell you, it's okay if you need help! Apalagi sekarang masalahnya? Apa susahnya menerima bantuan? Apa menerima bantuan akan menghancurkan hidupmu? Ini—"

"Iya! Bantuan hanya akan membuat aku bergantung pada orang lain, membuatku lengah sedangkan hidupku tidak boleh seperti itu Leon! Dan ini kamu, Leon. Lagi-lagi dirimu! Apa aku harus menjelaskan betapa sulitnya aku berhadapan denganmu?"sahut Ada dengan wajah yang masih sama merahnya namun kali ini bukan karena amarah melainkan kesedihan yang sedang Ada tahan mati-matian.

"Me? Sigh. Siapa aku bagimu? Apa aku masih sekedar orang lain? I am your fucking, Leon! I am yours! Someone who belong to you! Aku lelah, Ada. Tolong biarkan aku mengantarmu ke rumah sakit, setelah itu terserahmu,"ucap Leon final.

Leon berpindah ke kursi kemudi. Ia mendesah dan kembali melajukan mobil. Ia enggan melihat wajah perempuan yang tampak mengenaskan di kursi belakang, karena jika ia melihat wajah Ada sekilas saja, Leon akan kembali luluh dan membiarkan perempuan itu bertindak semena-mena lagi.

"Jangan ke rumah sakit. Ini arah rumahku"ujar Ada lirih memberikan smartwatchnya ke Leon.

Arah yang Ada berikan menuntun mereka ke daerah pinggiran Washington yang berada di salah satu pemukiman elite dengan akses terbatas. Leon mengemudikan mobilnya memasuki wilayah yang berisi rumah-rumah 2-3 lantai bergaya mediterania. Ia menduga-duga jumlah satu unit berkisar sekitar $500k. Benarkah Ada adalah salah satu pemilik properti ini?

Resident Evil Angsty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang