17: The Opponent

430 37 9
                                    

Matahari sudah terbit tinggi, terik jelas sudah menerobos tirai-tirai yang masih tertutup rapat di dalam kamar Ada. Perempuan itu merenggangkan tubuhnya yang masih di atas ranjang, namun ketika menyadari sosok di sampingnya sudah menghilang ia langsung terperanjat. Bercinta dengan Leon selalu bisa membuatnya tidur pulas.

"Leon?!"panggilnya dengan keras. Ia berlari keluar kamar tidak peduli kalau dia tidak mengenakan apa-apa. "Sial!"umpatnya ketika menyadari ini sudah pukul 11 siang, dan Leon pasti sudah pergi menemui teman perempuannya itu.

'Bip...bip'pintunya terbuka.

"God! What are you doin, Ada?!"teriak Leon ketika mendapati Ada yang berdiri di dekat sofa masih bertelanjang bulat.

"Darimana kamu?"serang Ada dengan tatapan tajam. Leon menaruh bungkusan yang ia bawa dari luar di kitchen island, setelahnya menghampiri Ada yang sudah bersidekap masih dengan tatapan tajamnya. Leon membalik tubuh perempuan itu dan mendorongnya masuk ke dalam kamar.

"Kamu aneh akhir-akhir ini. Cepat mandi, apa kamu tidak malu berjalan dengan keadaan seperti ini?"keluh Leon masih mendorong Ada memasuki walk in closet menuju toilet. Mereka berhenti ketika Ada tiba-tiba membalik badannya menghadap Leon tepat sebelum memasuki toilet. Ada memberikan tatapan menelisik.

"Jangan-jangan kepalamu terbentur dan terluka, sepertinya harus diperiksa juga"ucap Leon sebelum berbalik dan meninggalkan Ada sendirian di dalam walk in closet tepat di depan pintu toilet. Lelaki itu menghilang setelah menutup pintu wc, Ada mendesah namun tetap melakukan apa yang Leon minta

*

Mereka duduk di stool bersisian. Ada dengan tampang datarnya, dan Leon yang tidak merasa bahwa Ada sedang bersiap meluapkan kekesalannya.

"Kamu tadi bertemu temanmu?"tanya Ada datar, berusaha terlihat tidak peduli. Tangannya mengacak salad yang ada di piring, beberapa kali menyuapkan selada dan tomat ceri ke mulutnya. Leon mengangguk cepat, masih sibuk dengan makanannya sendiri.

"Sepertinya aku akan pergi lama, Ada. Akan ada operasi gabungan di Sto—"

"Cukup, aku tidak ingin tahu pekerjaanmu"sahut Ada. Ia berdiri, membuang sisa makanannya ke sink lalu berjalan ke kamarnya.

"Jangan ganggu aku"ujar Ada ketika hampir mencapai pintu, ia merasa harus berpikir keras tentang kemungkinan-kemungkinan antara Leon dan "teman"nya itu.

"Aku pergi setelah ini" Ada berhenti, kepalanya menoleh sedikit ke belakang. Ia tidak menyangka lelaki itu akan pergi secepat itu. Lagi-lagi ia berpikir, apakah kepergian Leon kali ini ada hubungannya dengan perempuan itu? Ada hanya sibuk menerka di dalam pikirannya, ada banyak hal yang ingin ia utarakan kepada Leon namun hanya berakhir dengan kakinya yang kembali melanjutkan langkahnya hingga hilang di balik pintu kamar.

Mungkin mereka ditakdirkan untuk selalu rumit ketika menghadapi satu sama lain yang bersandingan dengan pekerjaan mereka masing-masing. Leon resah ketika harus meninggalkan Ada, namun ia juga kebingungan dengan sikap perempuan itu yang sedikit-sedikit berubah. Padahal ia berharap akan mendapat dukungan dan pelukan, serta ucapan "Aku menunggumu" seperti yang dulu pernah ia dapatkan tapi ternyata harapan Leon terlalu jauh.

Lelaki itu terdiam di depan pintu kamar, resah lain menunggunya ketika mengingat perempuan lain yang tadi pagi ia temui hingga ia memutuskan untuk segera keluar dari apartement, tanpa mengucapkan sepatah katapun. Sementara di dalam, Ada tengah berdiri di depan jendela, menatap jauh keluar. Handphonenya berdering.

"I'll take the job"

*

Leon menerawang jauh ke depan, ia tengah berdiri di atas tebing, di sampingnya terdapat seorang perempuan berambut pirang yang dikucir tinggi. Perempuan itu melakukan hal yang sama, menerawang jauh sebelum akhirnya mengeluarkan desah.

Resident Evil Angsty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang