[23] When We Pour The Wine

535 46 12
                                    

.
-When We Pour The Wine-
.

Hujan turun dengan deras di ujung selatan California. Angin dengan kencang menggoyang pohon-pohon palm yang tumbuh menjulang di sepanjang jalan. Meskipun di terpa cuaca buruk, Leon tetap berjalan tegap menuju mobilnya lalu menata perlengkapan yang ia bawa di bagasi. Teman-temannya berlari menyusul.

"Bad day, bad news" keluh Andrew, salah satu rekan setim Leon. Pekerjaan mereka kali ini sedikit rumit, karena tengah mempersiapkan sebuah organisasi baru yang dirancang langsung oleh Presiden, Adam Benford.

"Tapi tidak untuk Leon sepertinya, huh? Sejak kembali dari libur satu harinya, dia terlihat sangat berbeda. Sepertinya dapat hiburan baru?" sahut Mate, seorang agen senior yang jauh lebih tua dari Leon.

Mereka sudah berada di mobil untuk ke bandara. Pekerjaan mereka telah selesai, waktunya kembali ke Washington. Waktunya berlibur.

"Is that true, Leon?" tanya Joe, satu-satunya agen wanita di team mereka. Leon melirik ke spion, dan hanya membalas pertanyaan temannya dengan senyuman mengejek sembari mengendikkan bahu.

"Tapi kami tidak butuh jawaban, sih. Gerak-gerikmu sudah cukup menjelaskan,"

"Senang melihatmu seperti ini, Leon. Tidak murung dan membosankan. Pekerjaanmu juga lebih tertata, tidak ceroboh seperti biasanya," cibir Mate lagi yang kebetulan duduk di samping Leon yang tengah mengemudi.

"Terima kasih cibiran dan pujiannya, sir!" jawab Leon pada akhirnya dengan senyum tipis yang tersumir otomatis. Ya, siapa juga yang tidak akan tersenyum ketika kembali bertemu dengan seseorang yang ia cintai?

Obrolan terus berlanjut dengan Leon sesekali menimpali. Sekembalinya Ada, dunia Leon benar-benar berubah dalam sekejap. Leon akan dengan murah hati tersenyum dan membalas segala bentuk obrolan sederhana yang biasanya hanya ia angguk atau gelengi. Hal itu tentu membuat teman-temannya keheranan bukan main, tapi Leon tidak pernah sedikitpun berkeinginan untuk menceritakan perihal hal bahagia apa yang tengah ia dapatkan.

Hujan masih deras sesampainya mereka di base camp yang letaknya tidak jauh dari bandara. Setelah memarkir mobil, Leon membantu mengangkat suitcase hitam yang berisi sniper riffle. Mereka memasuki guest house yang dipenuhi oleh agen-agen lain.

Leon harus mengerutkan kening ketika mendapat kabar bahwa penerbangan mereka ditunda tanpa waktu yang jelas karena cuaca benar-benar buruk. Ia mendesah lesu. Harapannya untuk segera bertemu Ada pupus. Handphonenya tiba-tiba bergetar.

from : Ada
to : Leon
Done, yet?

Leon seketika tersenyum, lupa dengan kabar buruk yang baru saja ia terima. Ia memilih sedikit menyingkir ke bagian belakang guest house yang sepi. Kemudian duduk di bangku yang terletak di sisi halaman belakang dengan penutup kanopi, lalu menelepon nomer yang baru saja mengiriminya pesan.

'Hai, handsome' sapa seseorang di balik handphonenya. Suaranya tenang dan menghanyutkan, seperti biasa. Bibir Leon semakin tertarik ke atas menyadari kenyataan bahwa mendengar suara perempuan itu tidak sesulit dulu.

"What are you doing, there?" tanya Leon bersemangat. Segala hal yang berhubungan dengan perempuan penyuka warna merah itu membuatnya selalu bersemangat. 'Guess, what?' jawab Ada.

Resident Evil Angsty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang