10 : The Punishment

724 50 6
                                    

'bugh'

Itu suara tubuh dua orang yang terseok-seok menubruki sisi dinding untuk memasuki kamar salah satu motel di kawasan terpencil Virginia. Tubuh mereka melekat seperti enggan saling melepaskan, meskipun mereka kepayahan untuk sampai ke pintu bernomor 15.

"Shit!"umpat sang lelaki yang tidak sabaran memasukkan kunci yang malah membuatnya tidak kunjung berhasil membuka pintu cokelat usang di hadapanya.

"Tsk!"decih perempuan di belakangnya antara tidak sabar dan jengkel.

'Klik'

Pintu berhasil dibuka. Lelaki itu menarik tangan perempuan yang terbalut sarung tangan hitam itu dengan buru-buru untuk memasuki kamar dan langsung mengunci pintu. Tubuhnya mendesak sang perempuan tanpa aba-aba dengan bibir yang langsung mengecupi semua bagian yang dapat ia kecup.

Lelaki yang mengenakan vintage stone island bomber jacket itu merebahkan tubuh mereka ke ranjang tanpa sedetikpun melepas ciumannya kepada pemilik bibir berlapis lipstik merah Dior yang sebenarnya sudah tak nampak jejak lipstiknya sama sekali. Lelaki itu mulai melucuti pakaian perempuan di bawahnya. Masih dengan gerakan yang terburu-buru ia membuka long blazer warna merah, berlanjut pada kemeja putih sang perempuan hingga akhirnya dengan kasar menarik kain terakhir, branya.

"That's fucking Simone Perele, Leon!"umpat sang perempuan ketika bra favoritnya teronggok di lantai.

"Remember that you are under punishment, madam"jawab lelaki itu masih dengan kesibukannya melucuti perempuan di bawahnya hingga perempuan itu sudah bensr-benar telanjang.

Leon tertegun sejenak memandang tubuh mungil yang tidak mengenakan apapun di bawahnya. Hatinya sedikit tercubit. Perempuan itu cantik dan sempurna, tapi ia yakin bahwa sedikit yang mendapat kesempatan untuk melihat segala luka yang pintar perempuan itu sembunyikan dan ia adalah sedikit diantaranya.

"Excuse me, sir. Kupikir tadi kamu terburu-buru, kenapa malah memandangiku seperti itu?"sewot sang perempuan yang tahu bahwa lelaki yang berdiri di sisi ranjang itu tengah memandangnya dengan sedikit emosional?

"Ada..."desah berat lelaki itu sebelum menaiki tubuh perempuan yang wajahnya sudah memerah akibat gairah.

Leon mengecup pundak kanan sang perempuan. Mengecup dengan pelan dan penuh perasaan. Mengecup sebuah luka yang Leon tahu bagaimana perempuan itu mendapatkannya sebelum mengembalikan kepalanya tepat berhadapan dengan Ada. Ia memandang perempuan cantik itu, dan tersenyum lalu melumat bibirnya kembali.

Anggap Leon pria lemah jika berurusan dengan perempuan yang bernama Ada Wong, tapi memang begitulah kenyataannya dan Leon enggan menyangkal. Di tengah ciumannya ia terkekeh mengingat kelakuannya selama sebulan yang uring-uringan dan berjanji akan menjauhi, membenci, serta mengutuk perempuan yang kini tengah mendesahkan namanya itu. Tapi lihatlah, hanya berkat sebuah pesan sederhana tentang sebuah lokasi tanpa kata maaf ataupun penjelasan, Leon luluh lagi.

"Ini bukan seperti hukuman, tapi malah seperti hadiah dengan aku yang melayanimu"sindir Leon ketika Ada terpejam mendapatkan pelepasan pertamanya dengan Leon yang masih berada di antara kedua pahanya.

"Itu masalahmu"jawab Ada tidak peduli setelah menetralkan nafasnya yang menderu beberapa saat lalu.

"Tapi, tidak buruk juga. Aku bangga karena masih berpakaian lengkap,"sahut Leon sedikit bersombong.

Ada memutar bola matanya jengah. Ia sudah pulih dari orgasmenya dan merasa Leon terlalu banyak membuang waktu, padahal pria itu sendiri yang mengeluh tidak punya banyak waktu malam ini karena nanti pukul 1 dini hari dirinya harus masuk ke dalam hutan untuk melakukan penyisiran.

Resident Evil Angsty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang