[34] When We Eat The Dessert

370 29 28
                                    

.
- When We Eat The Dessert-
.
-
Haaalloooooo! Siapa yang masih nungguin? Huhu, maafkan aku ya ilang lama. Sumpah deh hidup ini sibuk sekali, jadi gak ada waktu menyapa kalian, hiks. Akutuh sampe kepikiran buat hiatus sebulan saking riwehnya , tp semoga gak perlu ya. Aku juga kangen sama AEON kita.

Aku tuh suka banget baca komen2 lucu, aneh, ajaib kalian. Jadi komen yang banyak ya biar aku selalu ingat untuk balik ke sini🥹 Lof you, semoga kalian sehat selalu🫶🏼🫶🏼🖤

Pagi menjadi waktu yang paling menyebalkan bagi seorang Ada Wong, karena sekarang ia harus menghabiskan banyak waktunya di kamar mandi. Segala gejala yang tiba-tiba saja secara serentak terjadi seperti mual, dan pening yang hebat harus menjadi awal dari setiap rutinitasnya sekarang, seolah ingin menunjukkan realita bahwa ada makluk yang tumbuh di dalam tubuhnya.

Yang lebih melelahkan lagi adalah, menyembunyikan semuanya dari Leon. Intensitas pertemuan mereka sekarang menjadi sangat tinggi, didukung pekerjaan Leon yang entah kenapa tidak pernah lagi mengharuskan lelaki itu pergi untuk waktu yang lama. Ada harus berpura-pura baik-baik saja, dan itu sulit.

Mualnya bisa memakan waktu hingga 30 menit, yang seringkali membuat Leon harus mengetuk pintu kamar mandi untuk memastikan dirinya baik-baik saja. Belum lagi tubuhnya yang lemas seharian. Ditambah keinginan-keinginan aneh seperti ingin diusap kepalanya oleh Leon, atau keinginan untuk tidur seharian. Tentu hal itu akan sangat mencurigakan kalau Ada tidak pandai mengatur tubuhnya.

Beruntungnya, sejak semalam Leon mendadak mendapat panggilan tiba-tiba hingga pagi ini Ada tidak perlu was-was ketika tubuhnya terlalu sulit untuk diajak bekerja sama. Ia tengah duduk di closet dengan muka kuyu, sudah hampir 20 menit ia mual-mual. Badannya bergetar, tiba-tiba kedinginan.

Hari ini adalah jadwalnya bertemu dengan dr. Freeman namun jika kondisi tubuhnya seperti ini, sepertinya Ada tidak akan sanggup kemana-mana. Dengan sekuat tenaga, Ada menjejakkan kakinya. Berjalan pelan dengan tetap berusaha memegang apapun yang bisa ia raih hingga ia akhirnya berhasil mencapai tempat tidur.

Ada merebahkan tubuhnya. Tangannya entah mengapa terulur untuk mengusap perutnya yang masih nampak sama seperti biasanya, tapi ada sesuatu yang hidup disana. Ia raba perutnya pelan, seakan bisa merasakan kehangatan dari sana. Tiba-tiba saja matanya yang terpejam mulai mengeluarkan air.

"Tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa mempertahankanmu. Aku tidak bisa membiarkanmu hidup di dunia yang mengerikan ini. Kamu tidak seharusnya hadir, karena..." Ada menekan dadanya kuat-kuaat. Sesak tiba-tiba menyergap relung hatinya.

"Karena aku tidak pantas. Kamu tidak boleh lahir dari perempuan seperti aku, jadi, menyerah saja,"

Dadanya seakan dihimpit batu besar. Tanpa ia sadari, Ada tengah menangis tersedu. Melupakan fakta bahwa ia tidak mengizinkan dirinya untuk menangis.

***

"Sejauh ini belum ada komplikasi yang terlihat. Tapi kemungkinan kecacatan sangat besar mengingat kamu dan Leon pernah terinfeksi plaga,"ucap dr. Freeman yang tengah membaca hasil tes darah yang sudah Ada lakukan.

"Lagipula bagaimanapun kondisinya, aku tidak mempertahankannya," jawab Ada serius. "Steph, kamu tahu aku sangat tidak menganjurkannya. Bagaimanapun ini adalah anakmu," kata lelaki itu berusaha menyadarkan Ada. Namun perempuan itu seolah tidak ingin mendengarkan.

Resident Evil Angsty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang