Epilogue

511 41 32
                                    

- Epilogue -
The Church

2015

Rintik hujan menghujam permukaan kulit polos Leon yang tidak terlindungi pakaian, terasa cukup menggangu mengingat hujan sedang deras-derasnya. Matanya terasa pedih karena terus dihantam hujan sementara jarak pandangnya buruk sekali. Hujan menghambatnya bergerak di tengah jalanan yang gelap.

Ia tetap bergerak perlahan, berlari satu dua langkah berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk sesekali mengusap wajahnya yang mulai kebas, posisinya sedang terpojok. Di belakangnya segerombolan makhluk terinfeksi tengah mengejarnya.

"Mataku sakit sekali!" keluhnya ketika berhenti di tempat yang sedikit tersembunyi untuk mengusap wajahnya. Ia berbalik sebentar, menggunakan snipernya beberapa kali ke arah beberapa zombie di kejauhan.

"Aw!" rintihnya kecil ketika kepalanya terhantam sesuatu dari atas. Sebuah benda jatuh di sisi kanannya, sesuatu yang tadi mengenai kepalanya.

Leon kembali menembakkan beberapa peluru sebelum mengambil benda itu. Sebuah kacamata renang berwarna merah. Leon kebingungan, ia menggerakkan kepalanya mencari siapa si pelempar kacamata itu, namun sayang sekali, hujan deras tidak memberinya celah. Yang dapat ia lihat hanya hujan dan fasad bangunan-bangunan.

Lelaki itu membolak-balik kacamata itu, berpikir keras mengenai benda tersebut sampai akhirnya sebuah kertas terjatuh dari sisi cembung lensanya. Leon buka kertas kecil itu, ia membaca tulisan yang sedikit basah disana. The Church. Isi tulisannya.

Apakah ada seorang penyintas disini? Dan orang itu ingin mereka bertemu di gereja? Leon berpikir keras. Memikirkan kemungkinan bahwa pesan itu hanya jebakan. Lama ia termenung namun pada akhirnya, Leon tetap menggunakan kacamata itu untuk menerjang hujan lebat, dan berlari dengan gesit mencari gereja di desa mati itu.

Di saat Leon sedang berhenti untuk mengambil nafas, tiba-tiba segerombolan zombie datang mengepungnya. Amunisinya tersisa sedikit, ia berusaha seminim mungkin menggunakannya. Di tengah hujan deras dan kilat yang menyambar, Leon harus berkali-kali menikamkan pisaunya pada tubuh-tubuh terinfeksi di sekitarnya itu. Namun, usahanya seperti sia-sia karena pisau tidak cukup efektif untuk membunuh mereka. Hingga terdengar suara tembakan dari arah belakangnya, dari sebuah bangunan kokoh yang sedari tadi Leon cari.

"Move! Here!" perintah seseorang dari dalam gereja. Hujan menimbul-tenggelamkan suara itu. Leon berusaha melepaskan cengkeraman salah satu zombie, memelintir tangan lalu menikamkan pisau ke lehernya kemudian berlari. Saat hendak mencapai undakan menuju pintu masuk, beruntungnya Leon malah terpeleset dan tubuhnya jatuh, kepalanya terantuk pinggiran tangga. Suara tembakan terdengar semakin jelas sebelum gelap menelan dunianya.

***

'Plak!' tepukan keras mendarat di pipinya. Leon mendesah kesakitan, "Argh"

"Wake up!" ujar sebuah suara yang disertai gerakan kasar mengguncang tubuh Leon. Matanya sedikit terbuka.

"Apakah aku di surga? Ke-kenapa ada bidadari disini?" rancau Leon sebelum disahut sentakan dan tamparan sekali lagi pada pipinya. "Sadar! Leon!"

Leon yang mengenali suara itu seketika tergeragap bangun. Ia mengusap matanya, sebelum memastikan, "Ada?!"

"A-aku tadi sedang bertugas, kenapa tiba-tiba— Ada?! Kenapa kamu disini?"

Resident Evil Angsty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang