6 : The Encourage

554 51 5
                                    

Ada hanya terdiam dan pasrah ketika tangannya digenggam dan dituntun Leon memasuki unit apartement lelaki itu. Sejujurnya ia tengah berperang melawan dirinya sendiri tentang kegilaan yang tengah ia lakukan. Ia adalah orang yang terkendali, tapi mengapa semenjak mengenal Leon, dirinya menjadi seseorang yang rumit?

Keheningan dan keremangan menyelimuti mereka ketika akhirnya mereka sudah benar-benar di dalam apartement. Ada menghentikan langkahnya, yang membuat Leon juga melakukan hal yang sama. Mereka masih saling diam, hingga Leon sudah tak kuasa untuk berbalik dan mendekap Ada dalam pelukannya.

Ada hanya diam mencerna semuanya. Ia tidak menolak pun mendorong. Yang ia tahu hanyalah, detak jantung Leon yang berdentam sangat keras dan kencang, hingga ia merasa bisa merasakan getarannya. Dan entah berasal dari mana, Ada mulai merasakan kehangatan melingkupinya.

"Kamu harus membersihkan tubuh dan merawat lukamu"tutur Ada tenang setelah keheningan yang cukup panjang. Meskipun ia sedari tadi diam saja, matanya cukup jeli melihat kondisi Leon saat ini yang penuh luka.

"Dimana kamarmu?"tanya Ada yang dijawab Leon dengan tudingan tangan.

Ada memapah Leon ke kamarnya lalu menanyakan ini itu terkait letak barang-barang yang Ada butuhkan dari mulai kotak p3k hingga handuk bersih. Leon hanya diam bersandar di kepala ranjang sementara matanya asik mengikuti kemanapun perempuannya bergerak. Perempuannya? Agaknya Leon terlalu gegabah mengklaim perempuan berambut pendek itu dengan embel-embel miliknya.

"Aku yakin negara tidak akan sungkan mengeluarkan banyak uang untuk biaya perawatanmu, Agen Kennedy. Jadi besok-besok segeralah ke rumah sakit, bukan pulang ke apartement dengan luka seperti ini,"ujar Ada ketika sedang memasang perban di lengan kiri Leon yang tertusuk sesuatu dengan cukup dalam.

"Luka ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan kehilangan kesempatan bertemu denganmu,"

"Sweet talker. Apa begini caramu berbicara dengan semua perempuan? Ah, aku jadi tidak heran dengan popularitasmu diantara gadis-gadis itu,"sahut Ada sinis, atau cemburu? Tapi tidak mungkin bukan seorang Ada cemburu. Ada sedikit menekan lebih kuat bebatan perban yang tengah ia pasang.

"Aww. Bolehkah jangan terlalu keras menekannya?"pinta Leon yang sedang kesakitan.

Hening kembali melingkupi mereka. Ada masih sibuk mengolesi obat merah pada beberapa luka terbuka dibagian tubuh Leon yang sebelumnya sudah ia lap menggunakan handuk dan air hangat. Ada mengambil handuk basah lain untuk mengusap wajah kotor Leon. Tangan kirinya mengarahkan dagu Leon untuk menghadapnya, membuat Ada dapat menatap keseluruhan muka Leon dari dekat, mereka bertatapan lama.

"Sepertinya kamu bisa melakukannya sendiri,"ujar Ada menyerahkan handuk itu ke tangan Leon. Ada harus segera menyingkir jika tidak ingin kegugupannya menatap wajah Leon tertangkap oleh lelaki itu.

Ada memilih keluar kamar, membiarkan Leon mengurus sendiri urusan membersihkan badan. Agaknya Ada mulai menyadari sikap sok-baik-hatinya adalah sebuah kesalahan karena jantungnya benar-benar tidak dapat ia kendalikan sejak ia harus membantu Leon melepas kaus hingga tadi ia sempat menatap wajah lelaki itu dari dekat untuk beberapa saat.

Ia membuka lemari pendingin untuk mengambil air sekaligus melihat ada bahan apa saja yang barangkali bisa ia masak berhubung Leon bilang kalau ia lapar. Padahal baru saja ia merutuki sikap sok baik hatinya, tapi kini ia sudah kembali menaruh perhatian ekstra pada lelaki berambut pirang itu.

Leon akhirnya keluar kamarnya setelah berganti pakaian. Masih dengan sedikit pincang menghampiri Ada yang sepertinya masih sibuk menggunakan dapur. Kondisi Leon terlihat lebih manusiawi tidak seperti tadi yang compang-campung. Ia menggunakkan kaus hitam dan celana kargo pendek yang sekali lagi mampu membuat Ada terkesiap karena ia mendapati penampilan Leon yang berbeda.

Resident Evil Angsty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang