14 : The Treat

556 44 5
                                    

Jam masih menunjukkan pukul satu dini hari namun Ada sudah terjaga. Kali ini bukan lagi karena mimpi-mimpi buruk yang selalu menghantui tiap ia memejam, melainkan memang karena ada sesuatu yang harus dia lakukan.

Ada membasuh mukanya di kamar mandi, matanya terpaku sebentar menatap beberapa peralatan yang bukan miliknya terletak rapi bersanding dengan miliknya. Ia tersenyum dan bertanya-tanya, beginikah rasanya hidup bersama orang lain?

Dalam seminggu terakhir banyak hal yang mengusik pikiran dan perasaan Ada. Di mimpi terliarnyapun ia tidak pernah ingin membayangkan tinggal bersama orang lain, karena menurutnya tidak mungkin. Ada merasa dirinya cukup hidup untuk dirinya sendiri, namun sekarang, seorang lelaki tengah berbaring pulas di atas ranjangnya. Lelaki yang seminggu ini membuatnya teriak, marah, tapi diam-diam juga membuat seorang Ada Wong bahagia.

Ada duduk di tepian ranjang, memandangi wajah tampan yang puas ia nikmati sendirian seminggu ini. Tangannya terulur untuk merapikan poni lelaki itu yang menutupi mukanya. Ada mengusap kepala Leon dengan lembut sebelum mengecup pipinya pelan.

Ada menengok smartwatch yang ia gunakan. Ia harus bergegas jika tidak ingin pulang terlambat dan membuat Leon mengetahui bahwa dirinya masih mencuri waktu untuk bekerja. Meskipun belum pulih, terluka seperti ini bukan alasan untuk menunda pekerjaannya. Ada sangat terlatih dan profesional, yah meskipun hal itu sedikit berubah sejak ia mengenal Leon.

*
"Airnya sudah siap, ayo mandi!"ujar Leon yang keluar dari walk in closet dengan sebuah bathrobe di lengan kirinya.

"Aku bisa sendiri!"sergah Ada. Ia turun dari ranjang dan berjalan memasuki walk in closet sebelum mencapai kamar mandi.

Leon menurutinya tapi tetap berjaga di samping Ada dengan kedua tangan terbuka lebar untuk berjaga-jaga. Ada memutar bola matanya jengah dengan kelakuan Leon yang terlalu berlebihan.

"Aku bukan anak kecil yang pertama kali berjalan, Leon! Berhenti seperti itu, memalukan!" karena terlalu fokus memarahi Leon, Ada tidak menyadari bahwa ia sudah mencapai pintu kamar mandi yang memiliki sedikit perbedaan ketinggian lantai dengan walk in closet, badan Ada terhuyung karena terpeleset.

"Kamu bukan anak kecil yang pertama kali berjalan, Ada"sindir Leon yang berhasil menangkap tubuh mungil Ada.

Leon menatap wajah Ada, ia menyadari walaupun Ada masih selalu judes dan suka marah, perempuan itu terlihat berbeda. Perempuan di pelukannya lebih sering tersenyum meskipun selalu disembunyikan dibalik cercaan pedas. Leon jadi tidak tahan untuk mengecup bibir perempuan itu.

Leon memapah Ada mendekat ke bathtub, dan membantunya mandi dengan cepat. Begitulah pekerjaan Leon sehari-hari selama seminggu. Menjadi pelayan yang siap sedia selama 24 jam di sisi Ada. Pelayan yang dengan sukarela melayani sepenuh hati hanya berimbalkan kecupan yang bisa kapanpun lelaki itu curi dengan mudah.

"Kamu sangat suka bibirku?"tanya Ada setelah Leon melepaskan ciumannya ketika tengah memasangkan alat penyangga ke tubuh telanjang Ada.

"Mmm, sejujurnya aku menyukai semua, tapi berhubung kamu sakit jadi aku hanya bisa menikmati bibirmu saja,"

"Pervert!"cibir Ada dengan pandangan menusuk dari kaca, yang dibalas dengan kikikan dari Leon.

"Kamu harusnya memujiku karena aku yang bertanggung jawab seminggu ini, apalagi saat-saat seperti ini, atau saat kamu bergelung di pelukanku, Ada. Huh, andai kamu tahu betapa inginnya aku mencium kedua payudaramu"keluh Leon santai seperti tanpa beban dengan dirinya yang masih sibuk memakaikan Ada baju.

"Leon! Watch your mouth!"peringat Ada dengan wajah yang memerah.

Leon memapah Ada menuju meja rias kecil yang masih berada di dalam walk in closet. Dengan sigap Leon mengeringkan rambut basah Ada menggunakan hairdryer sementara Ada sibuk memakai berbagai jenis skincare.

Resident Evil Angsty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang