[36] When We Lit The Fire

326 26 22
                                    

.
- When We Lit The Fire-
.
-
Hua mau apdet Kamis ternyata gak sempat terlanjur holiday🥹 Ini aku sempat2in di dalem kereta huhu. Maaf ya🙏🏽
btw, Gong Xi Fa Cai✨🐲
Are ya ready? Let's go🔥
-

Ranjang yang tengah Leon tiduri berderak sebelah, membuatnya menajamkan indra-indra yang sudah terlatih. Ketika ia menangkap aroma yang terasa selalu menggoda dari gabungan black vanilla, white musk, dan Sicilian lemon, Leon seketika membalikkan tubuh. Ia mendapati tubuh yang lebih kecil darinya itu tidur memunggunginya.

"Hon, you are home. Kamu berbohong, katanya hanya 3 hari, kenapa ini lebih dari seminggu? I miss you," Leon memeluk pinggang Ada dari belakang, melingkarinya tidak lupa meninggalkan satu kecupan di pundak terbuka perempuan itu. Namun yang Leon temukan malah tubuh Ada yang menegang. Hingga. tubuhnya di dorong pelan.

"Kenapa?" tanya Leon bingung, sampai bangun dari tidurnya.

"Aku lelah. Aku hanya ingin tidur," jawab Ada lirih.

"I know. Aku juga hanya ingin tidur memelukmu seperti biasa, lalu apa yang salah? Hey, are you okay?" tanya Leon berusaha memutar pundak Ada agar ia dapat melihat muka perempuan itu, namun Ada bersikeras tidak bergerak.

"Aku cuma lelah, Leon," balasnya masih dengan suara yang lirih. Tiba-tiba tubuh perempuan itu beranjak. "Kemana?" tanya Leon bingung.

"Aku ingin tidur sendiri, jangan ganggu aku," ucapnya sembari berlalu dari kamar mereka meninggalkan Leon dengan benak berkecamuk. Ada tidak menciumnya, tidak menyapanya, bahkan wajah perempuan itu belum sempat Leon lihat namun Ada malah memilih tidur sendiri?

"Aku melakukan kesalahan apa? Hmm, perasaan aku tidak berhubungan dengan perempuan manapun akhir-akhir ini, bahkan bertemu Hunnigan saja tidak. Berarti... Masalah pekerjaan,"

"Oke, baik, Ms. Wong. Anda terbebaskan malam ini, tapi besok, tidak akan ada pengampunan lagi!" kikik Leon sendiri membayangkan rencanan serangan yang akan ia lancarkan besok pagi.

Sementara Ada berjalan lesu keluar kamar mereka, menahan sesak yang mati-matian ia tahan sejak menginjakkan kaki di rumah. Ia tidak bisa menangis tersedu-sedu di hadapan Leon, karena ia tidak akan sanggup menceritakan segalanya. Apalagi ketika Leon tanpa sengaja memeluk perutnya, rasanya separuh jiwanya kembali tercabut.

Tepat ketika Ada merebahkan tubuhnya di ranjang kamar lain, air matanya seketika tumpah. Ada harus menahan isaknya kuat-kuat agar tidak terdengar keluar ruangan. Ia merasa keputusan untuk akhirnya pulang adalah sebuah kesalahan. Harusnya ia tetap bertahan di hotel, seperti selama beberapa hari terakhir, meskipun perasaannya berantakan paling tidak ia bisa menangis atau melamun dengan bebas.

Malam ini tak ubahnya malam-malam yang lalu. Ada terpejam namun dengan jiwa yang mengelana jauh kemana-mana. Air matanya akan terus menetes, sampai matahari terbit, lalu ia akan berpindah tempat hanya untuk membuka mata dengan jiwa yang masih melayang entah dimana.

***

Leon sengaja bangun lebih pagi dari biasanya. Ia berencana membuat sarapan, dan mengajak Ada olahraga bersama. Setelah menyeduh kopi, Leon menyempatkan diri membuka kamar yang harusnya di tempati Ada, namun ruang itu lenggang tak terdapat siapapun selain selimut tersingkap yang menandakan bahwa Ada sempat tidur di ranjang itu.

Resident Evil Angsty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang