[37] When We Slowly Apart

359 30 33
                                    

.
- When We Slowly Apart -
.
-
GES GUE BEGO BANGET! DARI TADI KUKIRA SUDAH DIPENCET PUBLISSH TERNYATA BELOMMM😭😭MAKANYA KOK SEPI AMAT BUSET PADAHAL TEPAT WAKTU. Astaga dahhhhhhh bego banget😭😭😭

Hallo, apa kabar? Gimana, puas nggak sama hasil pemilu?
Semoga sehat selalu. Ditunggu komen2nya yaaa🫶🏼 Let's Go
-

Hening mencekam, begitu lama seolah waktu berhenti. Tidak ada yang bergerak. Sang lelaki sengaja enggan, sementara sang perempuan terlalu terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar. Tubuh perempuan itu menengang, seiring jantungnya yang tiba-tiba bekerja ekstra.

Ada tak sanggup melakukan apapun, hingga bermenit-menit mematikan itu terlebih dahulu dipangkas oleh Leon. "Aku ambilkan makanan dulu, tubuhmu pasti lemas," ujar lelaki itu sembari beranjak, tanpa sekalipun menoleh.

Ketika pintu tertutup, Ada menghembuskan napas kasar. Ia remas camisolenya tepat dibagian dada, lalu mendesah resah. Pikirannya berkejaran, memikirkan banyak hal sekaligus. Tak lama, pintu dibuka, membuat Ada menatap sosok yang kembali hadir dengan sebuah nampan berisi makanan itu gamang.

"Le-on,"

Si empunya nama hanya diam tidak menyahut, tapi tetap berjalan mendekat. Lelaki itu duduk, menghadap Ada tanpa suara ia suapkan makanan yang tadi ia bawa. Tatapan matanya kosong, tidak berseri dan hangat seperti biasanya. Ada tak bisa menolak suapan, apalagi memulai pembicaraan.

"Bagaimana tubuhmu? Sudah terasa baik?" Akhirnya Leon mengisi kosong yang sedari tadi mencekik. Suaranya terdengar sama dengan biasanya, namun Ada tahu, lelaki itu tengah menahan sesuatu. "Sudah lebih baik," jawab Ada sekenanya. Percakapan kembali terhenti, hingga seluruh makanan tandas habis.

Leon membawa pergi piring dan gelas kotor, tapi tetap meninggalkan sesak yang tidak bisa Ada urai. Lelaki itu diam saja, tidak kembali bertanya atau menuntut penjelasan. Sementara Ada merasa teralu sulit untuk menceritakan segalanya.

***

Hari-hari terus berjalan. Leon berusaha sekuat tenaga untuk tidak berubah. Ia ingat betapa perlakuannya dulu pernah begitu menyakiti Ada, hingga lelaki itu memilih diam. Ia redam semua, menahan diri untuk tidak bertanya karena takut emosinya tidak akan terkendali. Leon percaya, Ada yang akan bercerita, namun agaknya ia mulai pesimis. Ada bersikap seolah Leon tidak pernah mengetahui apapun, diam-diam Leon memelihara kecewa.

Pagi ini seperti biasa. Mereka bertemu, untuk sarapan bersama. Leon tengah mempersiapkan kopi sementara Ada baru keluar dari fitness room. Ada berjalan mendekat, memeluk lelakinya dari belakang, lalu meninggalkan satu kecupan dipipinya.

Ketika berjalan menuju kitchen island entah mengapa hati Ada merasa sedikit tercubit. Leon tidak merespons kecupannya lagi, entah sudah yang ke berapa. Ia meneguhkan hati, mungkin itu perasaannya saja.

Leon berjalan membawa piring-piring sarapan. Lelaki itu tersenyum sekilas, yang Ada rasa setiap hari semakin terasa sebagai formalitas saja. Tapi lagi-lagi Ada menepis perasaan itu. Mungkin hanya perasaannya saja yang berlebihan.

"Thanks, Hon. Btw, I'll cook for the dinner, what do you want?" ucap Ada berusaha menepis perasaan gusarnya. Leon duduk di stoolnya, menghela nafas sebentar sebelum menjawab,"Aku tidak tahu malam ini bisa pulang atau tidak,"

Resident Evil Angsty LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang