Dissident

18.7K 1.3K 51
                                    

Jeno menggeliat dari tidur lelapnya, kedua tangannya mengepal ke atas dengan tubuh menegang, setelah meregangkan seluruh otot-ototnya, dia menghela nafas dan memandangi langit-langit kamarnya.

Lalu terpikirkan bahwa malam tadi dia dan Jaemin baru saja melakukan kegiatan panas. Masih teringat jelas bagaimana seksinya Jaemin saat memohon bak pelacur dan memanggilnya master.

Memikirkan Jaemin, dia juga baru sadar bahwa pria itu tak ada di sampingnya. Alisnya bertaut lalu dia mendudukkan tubuhnya di atas ranjang dan melihat pakaian Jaemin masih berserakan di atas lantai.

Pria itu kemudian menyibak selimut dan mengambil handuk di lemari lalu melangkah menuju kamar mandi.

“Jaemin!” Panggil Jeno seraya mengetuk pintu.

Jaemin tersentak saat Jeno memanggilnya, dia langsung berdiri seraya menyeka air matanya dan menyambar handuk lalu membuka pintu. Dia tertunduk tak berani menatap Jeno.

Marah akan perlakuan Jeno yang merampas kehormatannya, dan takut jika dia di pukuli lagi.

Jeno melempar senyum melihat Jaemin bak tunduk padanya. Pagi ini, pria itu tampak cantik dengan wajah lembap dan mata bengkak. Tangannya langsung terulur naik untuk mengusap rambut Jaemin.

“Kenapa Sayang?” Tanya Jeno, namun pertanyaan bodoh itu membuat Jaemin menatapnya tajam.

Bagaimana mungkin Jeno melemparkan pertanyaan seperti itu di saat Jaemin mengutuk dirinya sendiri setelah semua yang terjadi. Jeno tak akan peduli seberapa benci ia pada dirinya sendiri karena perlakuan Jeno.

“Kau tahu? Tadi malam kau sangat hebat saat kau memohon dan memanggilku master.” Ucap Jeno, kalimat itu cukup membuat Jaemin mendidih akan kemarahan.

“Jangan menatapku seperti itu!” Ucap Jeno dingin, namun Jaemin seolah tak peduli.

Jeno menarik nafas dalam lalu melipat kedua tangannya di dada. Dia pandangi Jaemin dengan senyum miring yang tipis.

“Kenapa? Kau marah?” Ledek Jeno membuat Jaemin kian emosi.

“Kau pasti kesal sekali kan? Tapi kau lupa bahwa tadi malam kau memohon padaku untuk menusukmu lebih dalam, kau seperti pelacur.” Ledek Jeno dengan senyum ke arah Jaemin, membuat pria itu terlihat remeh di mata Jeno.

“Aku memohon karena permintaanmu, karena aku benci di pukuli.” Sahut Jaemin seperti mengumpat ke arah pria itu.

Mendengar jawaban Jaemin, cukup membuat Jeno puas. Pria itu tertawa seraya mengacak surai Jaemin, namun selalu, Jaemin menarik kepalanya.

“Jika kau menurut seperti ini, bukankah lebih baik?” Tanya Jeno.

Pria itu melangkahkan kakinya ke kamar mandi, meninggalkan Jaemin di kamar itu. Setelah membersihkan diri, Jeno keluar dan memakai pakaiannya. Sementara Jaemin hanya menatap pria itu sengit.

“Sebentar lagi akan memasuki skripsi, senang bahwa aku bisa menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dan berduaan denganmu.” Jawab Jeno seraya memakai kacamatanya, dia kemudian berbalik ke arah Jaemin yang duduk di tepi ranjang, mengenakan kemeja besar dan celana pendek.

Sementara yang di ajak bicara, memalingkan wajahnya. Merasa muak dan tak perlu mendengar omong kosong Jeno. Ia akan memastikan bahwa ia akan segera keluar dari sini.

“Kau adalah monster yang mengerikan. Kau berlagak lugu tapi kau psikopat.” Umpat Jaemin membuat Jeno tersenyum mendengarnya.

“Aku menganggap itu sebuah pujian.” Ucap Jeno.

Pria itu menyambar topi lalu memakainya, dia melangkah menghampiri Jaemin dan mengusap dagu pria itu lalu mengangkat wajah Jaemin agar mendongak menatapnya.

98,7FM [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang