Traitor

10.1K 1.1K 131
                                    

Yuta langsung menjatuhkan paperbag yang ia jinjing, tanpa basa-basi dia langsung berlari menghampiri putranya dengan tangan merentang, begitu pula Jaemin yang sudah sesenggukan, menuntun Jisung menghampiri sang Ayah.

Bruk!!!
Suara tabrakan tubuh keduanya terdengar kala mereka saling memeluk dengan erat. Jaemin meraung dalam dekapan sang ayah, tangisnya pecah tanpa bisa ia bendung. Ia dekap erat-erat tubuh Ayahnya, menghirup aroma khas yang ia rindukan.

“Papa Napa?” Jisung mendongak, menatap sang Papa yang menangis dalam dekapan sang kakek. Tak mendapatkan jawaban, dia hanya menyesap telunjuknya seraya menatap sekitar, ia bertanya-tanya sendiri serta merasa bingung.

“Ayah, aku merindukan Ayah.” Isak Jaemin, nafasnya sesak dan kalimatnya putus-putus sesenggukan.

“Ayah juga, Ayah yang lebih merindukanmu.” Begitu pula Yuta yang sudah banjir air mata. Pria yang di kenal tegas dan keras itu, luluh begitu bertemu putranya yang bilang selama dua tahun lebih. Dia menahan tangisnya agar tak pecah, tapi air mata sudah mengalir deras ke wajahnya.

Dia usap sayang rambut hitam sang putra, mengecupi kepala Jaemin dengan sayang. Membiarkan Jaemin masih meraung dalam dekapannya.

Betapa dalam kerinduan keduanya, mereka meluapkan dengan tangis haru, mengabaikan orang-orang yang berlalu lalang menatap mereka.

Tangis Jaemin terus putus-putus karena hatinya begitu sakit, pada akhirnya kerinduan yang ia bendung, tumpah ruah, penantiannya untuk bertemu sang Ayah berakhir. Entah seperti apa bahagia serta sakit yang kini menyelimuti perasaannya. Semuanya bercampur menjadi satu.

“Papaaa!” Teriak Jisung menarik celana yang di kenakan sang Papa.

Jaemin tersentak dan langsung melepaskan pelukannya dengan sang Ayah, dia mengusap air matanya lalu menatap Jisung yang tampak memasang wajah marah karena di abaikan.

“Oh, maafkan Papa, Sayang.” Ucap Jaemin masih sesenggukan.

Yuta beralih menatap batita menggemaskan yang menggenggam ujung blazer putranya. Kulitnya seputih susu, matanya sipit dengan pipi tembam. Melihatnya menimbulkan beragam pertanyaan.

“Jaemin, ini...” Tanya Yuta menunjuk Jisung.

“Ini cucu Ayah, Park Ji-Sung.” Jaemin memperkenalkan dengan senyum haru.

Yuta terkejut jelas saja, lama tak bertemu, bahkan tak ada kabar dari sang putra, ternyata ia sudah memiliki anak. Yuta sudah menjadi seorang kakek. Pria itu lantas berjongkok, menyamakan tingginya dengan Jisung dan menatap batita itu dengan senyum.

“Halo cucu kakek.” Sapa Yuta. Tangannya bergerak menggenggam jemari kecil Jisung.

“Tapa tu? (Siapa itu?)” Tanya Jisung ke arah sang Papa. Jaemin berjongkok dan menatap putranya dengan senyum.

“Ini Kakek Jisung.” Jaemin memperkenalkan.

“Tati?”

“Bukan, kakek.”

“Tate (Kakek?)” tanya Jisung menoleh ke arah Yuta yang di balas senyum oleh sang kakek.

Ada banyak pertanyaan dalam benak Yuta, tapi dia masih menyimpannya karena dia butuh banyak waktu untuk mendengar kisah putranya.

Kedua tangan Yuta terulur hendak menggendong Jisung dan batita itu langsung berhambur membuat Yuta tersenyum, dia menggendong cucunya lalu berdiri begitu pula Jaemin. Dia pandangi sang putra yang masih sesenggukan. Putranya tak banyak berubah dari penampilannya. Dia tampak baik-baik saja dan itu sedikit membuat Yuta lega. Sedikit saja.

“Ada banyak yang ingin Ayah tanyakan padamu.” Tutur Yuta, dan Jaemin pun, ada banyak hal yang ingin dia jelaskan pada Ayahnya.

Jaemin tahu, Yuta ingin bicara banyak hal, meskipun ia tak siap, dia tak punya alasan untuk menolak atau justru akan menimbulkan kecurigaan bagi Ayahnya. Situasi bisa semakin rumit karenanya.

98,7FM [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang