Beberapa hari ini, kondisi Jaemin masih sama. Dia masih sering mual dan muntah, menolak untuk makan, hanya minum susu dan makan sedikit. Biasanya dia akan camilan untuk mengisi perut dan minum vitamin.
Seperti pagi ini, dia baru saja keluar dari kamar mandi dengan wajah pucatnya, langkahnya gontai karena sangat pusing. Di belakang ada sang suami yang setia mendampingi.
Pria itu membalut tubuh Jaemin dengan selimut lalu naik ke atas ranjang, Jaemin pun langsung mendekap suaminya. Jemari besarnya mengusap sayang kepala Jaemin yang tenggelam di antara tubuhnya.
Perlahan, ia dengar Jaemin terisak.
“Sayang.” Panggil Jeno.
Pria itu menarik wajahnya membuat Jeno dapat melihat wajah suaminya yang pucat namun basah akan air mata.
“Sayang, kenapa?” Tanya Jeno.
“Mual Jeno, kepalaku pusing.” Isak Jaemin.
Jeno menghela nafas lalu kembali mendekap Jaemin, dia pun tak tahu harus melakukan apa agar setidaknya mual dan rasa pusing yang di alami suaminya mereda. Jaemin pun menolak untuk makan dan hanya ingin berbaring.
Tubuh Jaemin benar-benar lemas dan itu membuatnya kesal. Ia tak bisa melakukan apa-apa terlebih kepalanya yang pusing dan berdenyut kian membuat emosinya tidak stabil. Dia seperti marah namun entah kenapa dan pada siapa?
Yang jelas, Jaemin tak ingin kondisi ini. Membuatnya tak nyaman dan dia tak bisa melakukan aktivitas apa pun.
“Jeno” Panggil Jaemin lagi.
“Iya sayang, kenapa?”
“Aku mau mi kacang hitam.”
“Baiklah, tunggu di sini. Aku akan meminta koki membuatnya.”
Jaemin melepaskan pelukannya dari sang suami, dia pandangi suaminya yang melangkah keluar kamar, untuk meminta pada koki membuatkan mi kacang hitam. Tak lama Jeno kembali dan naik lagi ke ranjang untuk mendekap Jaemin.
Pria itu terus merengek untuk senantiasa di peluk. Selama hamil, Jaemin benar-benar manja. Seperti Jeno, tak boleh pergi sesenti pun darinya.
Keduanya menoleh saat pintu kamar di ketuk, Jeno beranjak dan membukanya. Dia menyambar nampan berisi semangkuk mie kadang hitam dan segelas air putih. Melihat permintaannya datang, Jaemin pun menyibak selimut yang membalut tubuhnya untuk ke sofa.
Dia duduk di samping sang suami lalu memegang mangkuk mie nya dan mulai menyantapnya. Namun baru beberapa suap, Jaemin menggeleng dengan alis mengernyit. Dia memberikan mangkuk itu pada suaminya.
“Sudah Sayang?” Tanya Jeno
“Mual.” Dan hanya itu jawaban yang Jaemin berikan.
Dia menyandarkan kepalanya pada pundak sang suami, menunggu Jeno menghabiskan sisa makanannya.
“Mau apa lagi?” Tanya Jeno.
Jaemin menggeleng dengan lesu, dia menyambar remot televisi di atas meja dan memutuskan untuk menonton televisi saja, berharap dapat menghiburnya.
📻📻📻
Jeno keluar dari kamar mandi setelah buang air kecil, dia melihat jam dinding di kamar menunjukkan pukul setengah tiga pagi, lalu dia lihat suaminya yang begitu lelap. Pria itu mengusap perutnya lalu melangkah keluar kamar dan menuju mess koki.Tak lama, Jeno datang bersama koki. Pria itu memilih duduk di kursi menunggu koki membuat iga bakar keinginannya sembari memainkan ponselnya. Alisnya bertaut saat membaca pesan dari dosen pembimbingnya tadi malam yang belum ia baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
98,7FM [NOMIN]✓
Fanfiction[COMPLETED] Nasib buruk Nakamoto Jaemin; seorang penyiar radio karena mengenal Park Jeno. TW / VIOLENCE, PSYCHOPATH, RAPED, GASLIGHTING. M-PREG! BOYS LOVE/BXB AREA. Update rank #1 mpreg (10/08/2023) #1 jaeyong (20/08/2023) #1 yuwin (25/08/2023) #23...