-SEQUEL 1-

12.9K 1.4K 107
                                    

“Papa...”

Jaemin mengusap air matanya saat suara lembut Jisung memanggil, dia menoleh ke arah sang putra yang berdiri di dekat ranjang, bibirnya dengan cepat mengulum senyum dengan tangan merentang meminta putranya datang. Jisung pun menghampiri sang Papa, lalu Jaemin mengangkatnya untuk turun di tepi ranjang.

“Kenapa, Ji?” Tanya Jaemin, matanya masih berkaca-kaca memandangi putranya.

“Ayok, Tati (Ayo bertemu Daddy)” Ajak Jisung.

Hati Jaemin remuk lagi mendengar ajakan putranya, sudah tiga bulan sejak putusan pengadilan, Jisung belum bertemu lagi dengan Jeno. Yuta melarang dia bertemu suaminya, jika Jisung ingin bertemu, bisa pergi bersama Taeyong. Tapi Jisung tak ingin pergi tanpa sang Papa.

Jaemin juga masih sering menangis di kamarnya, dia sering merindukan Jeno. Tak jarang dia akan meraung. Emosinya kian tak stabil dan tak bisa di kontrol. Winwin beberapa kali menegur akan sikapnya yang mulai berani memarahi Jisung karena tumpukan emosi yang terpendam.

“Papa, Tati apa uyang? (Daddy kenapa tidak pulang?)” Tanya Jisung.

Jaemin mengulum senyum semanis mungkin meski matanya langsung berkaca-kaca. Jemarinya bergerak mengusap rambut Jisung sayang.

“Daddy sedang sibuk di suatu tempat, suatu hari nanti, Jisung akan mengerti dan kita bisa bertemu Daddy lagi.” Jaemin menjelaskan dengan lembut.

Jisung hanya memandang wajah sang Papa, dia tak mengerti dengan apa yang di bicarakan Papanya, otak batitanya, belum mampu mencerna apa yang Jaemin jelaskan, meski Jaemin mencoba memberi pengertian sebisa yang di tangkap Jisung.

“Jisung sudah makan?” Tanya Jaemin.

“Akel wi Ayam (Uncle beli Ayam)” Ujarnya dengan bibir mengerucut gemas membuat Jaemin tertawa.

Air mata Jaemin menetes melihat tingkah polos putranya, bagaimana mungkin putranya berakhir kehilangan kasih sayang sang Daddy, saat Jisung tengah bahagia hari itu bermain dengan Jeno.

Jaemin sungguh tak percaya dunianya hancur dua kali. Dia merasa pilu akan hidupnya yang seperti di permainkan. Mengapa dia harus berada dalam situasi ini? Tidak lebih menyakitkan melihat putranya kehilangan kehangatan keluarganya, dia tahu, Jisung selalu rindu Jeno.

Ting Tong
Di tengah perbincangan haru ia dengan sang putra, suara bel rumah berbunyi. Baik dia dan Jisung sama-sama tersentak. Jaemin putuskan menurunkan Jisung dari ranjang, lalu menuntun putranya untuk turun.

Tak ada orang di rumah pada jam ini, Renjun sedang kuliah, Papa dan Ayahnya tengah pergi bertemu Doyoung. Jaemin terbiasa di rumah sendiri dengan Jisung, dia selalu ingin merasa tenang, dia lebih suka berdiam diri di kamar, menangis hingga lelah. Dia seperti mayat hidup yang tak mau melakukan apa-apa.

Dia tidak memiliki gairah dan tujuan hidup setelah semua ini.

Raut wajah Jaemin berubah tegang saat melihat Mark berdiri di depan rumahnya dengan senyum merekah. Apa yang membuat pria itu harus datang di saat kedua orang tuanya tidak di rumah.

“Hai, Jisung” Sapa Mark berjongkok, menyamakan tingginya dengan Jisung.

“Mark Hyung, sedang apa?” Tanya Jaemin.

“Aku tadi ada rapat dengan klien, kebetulan singgah ke salah satu Mall membeli mainan untuk putraku, aku teringat Jisung jadi membelikan dia juga.” Jawab Mark.

“Jisung suka ini?” Tanya Mark menggoyangkan kotak mainan yang ia pegang lalu menyodorkan ke arah bocah kecil itu.

Jisung mendongak menatap sang Papa seolah meminta persetujuan, yang di tatap pun tampak bingung. Dia merasa aneh dengan sikap Mark yang seperti cari perhatian dengan putranya. Mark tak harus melakukan ini, meski Jaemin tak tahu motifnya apa?

98,7FM [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang