Freedom (Road to End)

11.3K 1.2K 105
                                    

Gelak tawa Jisung mengisi ruang tengah, pundaknya naik turun karena tertawa terbahak-bahak melihat sang Daddy yang berbaring di karpet seraya menggigit teether miliknya.

Jaemin yang memangku sang putra pun ikut tertawa, bahkan Jisung sampai menghela nafas karena kelelahan tertawa. Jeno terduduk di atas karpet, menghadap putranya yang sudah jatuh bersandar pada dada sang Papa karena kelelahan tertawa.

Mamamam

“Mamam?” tanya Jeno kaget membuat Jisung tertawa terbahak-bahak lagi.

Bayi berusia delapan bulan itu mudah tertawa terbahak-bahak karena tingkah sederhana sang Daddy.

“Sudahlah, dia sampai seperti itu.” Jaemin memperingati sang suami karena kasihan melihat putranya terpingkal-pingkal hingga menghela nafas lelah.

Mamamam
Bayi itu merengek lagi, dia berbalik lalu menarik kemeja sang Papa meminta susunya. Jaemin membuka kancing kemejanya namun Jisung menunjuk karpet meminta Jaemin untuk berbaring.

Jaemin hanya bisa menghela nafas dan memutuskan berbaring, Jeno mengambilkan bantal sofa untuk suaminya, dia mulai membuka kemejanya dan Jisung langsung menungging dan menyusu.

“Hei, jangan menyusu seperti itu nanti tersedak.” Jeno memperingati seraya memukul pelan bokong putranya yang menggembung karena Pampers yang ia kenakan.

Mmmm mmmm
Jisung mengomel tanpa melepaskan tautan bibirnya dari puting sang Papa, tangannya terulur berniat memukul Jeno namun karena tangannya yang kecil, ia justru memukul wajah Jaemin.

“Aduh!” Pekik Jaemin, dan hal sederhana itu kembali membuat Jisung tertawa terpingkal-pingkal.

Dia terduduk di sebelah sang Papa, melihat Papanya yang tersenyum. Jisung merangkak dengan kedua tangan bertumpu pada dada sang Papa lalu satu tangannya memukul wajah Jaemin dan tertawa terpingkal lagi membuat kedua orang tuanya tersenyum karena tingkah jahil putra mereka.

“Sudah menyusunya?” Tanya Jaemin.

Jisung kembali menungging dan menyusu, tubuhnya bergerak tidak menentu, kakinya melangkah lalu duduk di atas wajah sang Papa.

“Hei Jisung! Papa tidak bisa bernafas.” Pekik Jaemin, suaranya tidak jelas karena teredam bokong putranya.

Jeno tertawa melihat tingkah putranya. Dia lihat jemari suaminya bergerak mencari pinggang Jisung untuk di angkat. Jeno dengan sigap mengangkat Jisung, takut jika Jaemin salah posisi justru membuat putranya jatuh.

Tapi tindakan Jeno justru membuat Jisung menangis. Apalagi saat Jeno mendudukkan Jisung di sebelah sang Papa, dia menangis kencang seraya memukuli pahanya membuat Jeno gemas.

“Makanya jangan menyusu seperti itu.” Ucap Jeno.

Jisung menoleh ke arah Jeno dengan kedua tangan naik minta di gendong. Pria itu tersenyum lalu menggendong putranya. Jaemin hanya menghela nafas lalu kembali mengancing kemejanya dan melihat sang suami yang menidurkan Jisung.

Setelah Jisung tidur, Jeno langsung merebahkan Jisung pada kasur bayi di atas karpet, lalu Jeno duduk di samping sang suami dan asik menonton televisi.

Jeno menoleh ke arah sang suami yang juga menatapnya, pria itu tersenyum lalu menggenggam jemari Jaemin dan mengecup punggung tangannya membuat Jaemin tersenyum salah tingkah.

“Aku berharap hubungan kita akan tetap hangat seperti ini seterusnya.” Tutur Jeno membuat Jaemin tersenyum haru. “Aku berharap perasaanmu padaku, tidak akan berubah. Aku berharap perasaanmu akan sama seperti hari ini.”

Jaemin mengangguk atas ucapan suaminya. “Aku pun berharap kau seperti itu.” Balasnya.

“Tapi apakah kita bisa tetap mesra setelah Jisung beranjak dewasa?” Jeno bertanya-tanya.

98,7FM [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang