True Story

12K 1.1K 102
                                    

Jaemin hanya duduk manis di sofa ruang tamu, memandangi Chanyeol yang menggendong cucunya, senyumnya terukir sangat cerah, belum lagi bagaimana ia mengajak bayi berusia sepuluh hari itu bercanda, meski pun Jisung belum paham.

Sementara Jeno duduk di samping sang suami, dengan satu tangan merentang di belakang tubuh suaminya, dan Baekhyun duduk di dekat Jaemin pada sofa lain.

“Aduh, aduh, cucu grandpa sudah haus?” Chanyeol bertanya-tanya saat Jisung merengek.

Chanyeol berbalik dan melangkah ke arah Jaemin, memberikan Jisung untuk kembali di susui. Jaemin menerimanya dengan senang hati, bibirnya mengulum senyum saat memandangi putranya.

Dia membuka kancing piyamanya dan mulai menyusui Jisung.

“Kenapa tidak pakai susu formula saja?” Tanya Baekhyun menatap Jisung yang menyusu dengan lahap membuat Jaemin tersentak.

“Tidak Papi, aku bisa menyusui dia.”

“Apa dia merasa kenyang? Susu formula juga bagus.”

“Aku ingin dia tumbuh dengan asi ekslusif.” Sahut Jaemin, ia masih mencoba mengulum senyum di tengah ucapan Baekhyun yang seperti memaksa.

“Papi.” Jeno melerai dengan wajah datar melihat suaminya mulai tak nyaman.

“Ini putra kami, kami akan berusaha merawat Jisung sebaik mungkin.” Lanjutnya.

“Tapi, sebelum kalian, Papi sudah lebih dulu membesarkan anak. Papi lebih tahu.” Baekhyun menyahut tak mau kalah.

“Tidak ada yang salah dengan air susu dari Jaemin. Dia juga mengonsumsi makanan yang baik, air susunya juga deras dan bagus. Air susu juga merangsang kedekatan bayi dengan Papanya.” Jeno membela sang suami.

“Seperti dulu Papi tidak menyusui aku saja” Gerutu Jeno membuat Baekhyun dan Chanyeol tersentak.

Sementara Jaemin hanya diam mendengar perdebatan itu. Dia menatap Jisung yang menyusu dengan lahap. Dia pandangi wajah putranya dengan lekat, memikirkan kembali ucapan Baekhyun.

Benarkah Jisung mendapat nutrisi cukup baik dari air susunya? Apakah putranya masih kelaparan? Tapi Jisung tidak merengek, hanya merengek saat dia haus, dia tidak rewel.

Tanpa mereka sadari, mereka mendorong Jaemin untuk memasuki masa baby blues. Mereka membuat Jaemin kehilangan kepercayaan diri sebagai orang tua.

Jeno masuk ke dalam kamar dan melihat Jaemin hanya duduk di atas ranjang, membiarkan Jisung menangis di ranjangnya. Dia lihat tatapan suaminya tampak kosong.

“Sayang, Jisung menangis, mungkin dia haus.” Ucap Jeno. Pria itu mengambil Jisung untuk di tenangkan, yang di ajak bicara menoleh dengan wajah tanpa ekspresi.

“Mungkin dia tidak kenyang.” Jawab Jaemin lirih membuat alis Jeno bertaut.

“Belum kau susui, jelas saja dia tidak kenyang. Susui dia dulu.” Ucap Jeno menyerahkan Jisung.

Jaemin hanya menerima Jisung lalu membuka kancing bajunya, dia lihat Jisung menyusu dengan gelagapan, sesekali bayi mungil itu masih sesenggukan selepas menangis. Wajahnya masih memerah padam dengan jemari mengepal, mulutnya menyedot kuat-kuat puting sang Papa.

Jeno duduk di tepi ranjang, memandang Jaemin yang memandangi Jisung.

“Sayang...” Tanya Jeno, satu tangannya mengusap poni Jaemin membuat Jaemin menoleh. “Kau memikirkan ucapan Papi, ya?” Tanya Jeno.

Jaemin diam mendengarkan pertanyaan suaminya, dia pikirkan lagi ucapan Baekhyun yang belakangan ini memenuhi pikirannya. Setetes air matanya kemudian jatuh membuat Jeno bertanya-tanya.

98,7FM [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang