Is it Love?

14K 1.1K 116
                                    

Jeno tertawa saat melihat Jaemin tengah asik menyantap anggur di mangkuk. Melihat suaminya yang merasa mual makan nasi tapi sering menyantap camilan.

Baginya tak masalah, dia berusaha memberikan alternatif selain nasi, yang tetap sehat untuk di konsumsi Jaemin selama mengandung.

Jaemin meletakkan mangkuk anggurnya lalu beranjak dari sofa untuk menuju kamar mandi, Jeno hanya menoleh sekilas, lalu kembali asik menonton televisi.

“JENO DARAH!” Pekik Jaemin.

Jeno tersentak mendengar teriakan suaminya, dia melempar remote televisi begitu saja dan berlari menghampiri suaminya di kamar mandi.

“Sayang!” Panggil Jeno.

Jaemin kalut, saat ia menurunkan celananya, darah mengalir di sela pahanya. Dia langsung melangkah untuk membuka pintu dengan wajah pucat serta sekujur tubuh gemetar dan panik.

“Jeno darah.” Isak Jaemin

“Astaga!”

Jeno langsung menggendong Jaemin, mengabaikan lengannya yang bersimbah darah. Beberapa maid yang berlalu lalang, memekik kaget melihat Jeno lari dengan tergesa sembari menggendong Jaemin, bahkan, beberapa tetes darah, berjatuhan di lantai.

Pria itu mendudukkan Jaemin di kursi sebelah kemudi, kemudian mengeluarkan mobilnya untuk segera menuju rumah sakit. Sementara Jaemin sudah terisak melihat darah mengalir di pahanya.

“Jeno, bayiku.” Isak Jaemin menggenggam jemari suaminya. “Jeno, anak kita.” Isak Jaemin.

“Sayang, tenangkan dirimu. Jangan panik . Kau harus tetap tenang.” Balas Jeno.

Sesungguhnya, ia pun panik melihat kondisi sang suami. Dia khawatir dengan anaknya yang berada di kandungan Jaemin. Yang ia bisa lakukan, mencoba menenangkan Jaemin dengan terus memacu mobilnya menuju rumah sakit.

Setelah menempuh perjalanan lima belas menit, mereka akhirnya tiba di rumah sakit, Jeno langsung keluar dan memanggil petugas. Empat orang perawat bergegas datang membawa brankar.

Jeno langsung menggendong sang suami untuk di pindahkan ke brankar, lalu dia membantu para perawat untuk mendorong Jaemin agar segera di tangani. Beberapa orang di lobi rumah sakit tampak memandang ke arah Jeno yang datang dengan kaos dan lengan berdarah.

Pria itu menunggu di luar sana Jaemin di bawa masuk ke dalam UGD untuk di tangani. Sembari menunggu hasil pemeriksaan, Jeno memilih bersihkan tangannya lebih dulu.

Kini, Jeno berada di ruangan dokter saat dokter wanita itu mengajak Jeno untuk bicara.

“Apa pasien mengalami guncangan atau terjatuh sebelumnya?” Tanya Sooyoung menatap Jeno di depannya.

Pria itu menyipitkan matanya karena berpikir, lalu dia menggeleng dengan tak yakin.

“Anda yakin? Usia kehamilannya masih sangat muda, ini rentan terhadap guncangan. Jika tidak melakukan aktivitas berat, biasanya tidak sampai pendarahan. Kami juga tidak melihat ada indikasi stress pada pasien.” Tutur Sooyoung.

“Ah~ itu, kamu rutin berhubungan, Dokter.” Jawab Jeno membuat Sooyoung menghela nafas.

“Tuan, kandungannya masih sangat rawan, sebaiknya jangan dulu melakukan hubungan ranjang sebelum memasuki trimester kedua.”

“Jadi, bagaimana dengan suami dan anak kami, Dok?” Tanya Jeno.

“Beruntung segera di bawa ke rumah sakit sehingga tidak terlambat di tangani. Tapi kondisi janinnya menjadi sangat lemah. Untuk beberapa hari ini, pasien akan di rawat intensif agar kami dapat memantau perkembangan janinnya.”

98,7FM [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang