-SEQUEL 4- 🔞

23.6K 1.3K 86
                                    

Jeno langsung menatap sang suami dengan senyum kecut, siapa yang menduga bahwa Jisung akan mengatakan hal yang menyakitkan seperti itu. Begitu pintu pula Jaemin yang tak menyangka bahwa putranya akan bicara seperti itu.

“Kakek bilang begitu?” Tanya Jaemin.

“Ung...” jawab Jisung mengangguk mantap. “Kakek suka menonton acara televisi yang suka menangkap orang jahat lalu di bawa ke tempat seperti ini. Kakek bilang, orang yang berada di tempat ini, orang yang melakukan kejahatan.” Oceh Jisung.

“Lihat, paman itu polisi kan?” Tanya Jisung menunjuk seorang petugas penjaga yang duduk di pos jaga.

Baik Jeno dan Jaemin langsung menoleh ke arah penjaga lalu kembali menatap Jisung.

“Kalau Daddy berada di sini, berarti Daddy juga orang jahat.” Gumamnya.

“Papa, ayo kita pulang. Daddy orang jahat. Aku tidak mau punya Daddy jahat.” Rengek Jisung menarik lengan sang Papa.

Jeno tersenyum kecut memandangi wajah putranya. Jisung yang dulu merengek sampai sakit karena merindukannya, kini berubah seolah takut padanya. Padahal dia rindu pada Jisung, yang ia bayangkan, Jisung akan menyambutnya dengan senyum, lalu dia akan langsung menggendong Jisung sayang.

Begitu pula Jaemin yang tampak hancur mendengar celotehan putranya.

“Jisung...” Panggil Jaemin. “Dengar, Papa. Tidak semua yang berada di sini itu adalah orang jahat.”

“Lalu kenapa?”

“Ini adalah tempat orang belajar dari kesalahan.” Jawab Jaemin. “Semua orang bisa melakukan kesalahan, dan di sini mereka belajar untuk jadi lebih baik. Mereka tidak berbuat jahat, Sayang. Mereka hanya berbuat salah.” Jaemin menjelaskan.

“Seperti Papa dan seperti Jisung, kita juga pernah berbuat salah kan?” Jaemin bertanya, dia coba menjelaskan pada putranya dengan lembut dan senyum.

“Tapi Jisung tidak di bawa ke sini.”

“Cara mengajarinya berbeda.” Sahut Jaemin.

“Saat Jisung dewasa nanti, Jisung akan tahu kenapa Daddy berada di sini. Sekarang, Jisung harus tahu bahwa Daddy bukan orang jahat. Apakah Daddy melakukan sesuatu pada Jisung?” Tanya Jaemin.

Sang putra tampak berpikir sejenak lalu menggeleng membuat Jaemin mengulum senyum.

“Kalau begitu, tidak boleh mengatakan Daddy jahat.” Jaemin menasehati.

Jisung beradu pandang dengan sang Papa memikirkan ucapan Papanya, seolah mencari kebenaran dari kalimat sang Papa, dia lalu menatap Jeno yang melempar senyum. Jeno langsung meraih jemari mungil putranya.

“Daddy rindu Jisung.” Ucap Jeno dengan mata berkaca-kaca.

Jisung hanya menurut saat Jeno menariknya, dia diam saat sang Daddy memeluknya lalu mengecup pipi tembamnya, setelah dekapan itu terlepas, Jeno pandangi wajah sang putra.

Empat tahun berlalu, putranya tumbuh sangat baik. Sudah semakin besar. Sudah banyak perubahan dalam diri bocah itu.

“Jisung sudah sebesar ini.” Gumamnya seraya mencubit pelan pipi putranya.

Sementara bocah kecil itu sendiri masih merasa asing, dia tumbuh tanpa sosok sang Daddy, hanya ada Guanlin sebagai Ayah angkat, itu pun hanya dua tahun ke belakang. Selama ini, hanya Yuta sosok yang dia kenal karena dia besar di Jepang.

Apalagi di usianya yang masih anak-anak, belum mengerti tentang ini semua. Jadi, masih sulit menerima.

“Ayo pulang. Bubu pasti sudah tak sabar.” Ajak Jaemin

98,7FM [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang