Effect

13.4K 1.2K 88
                                    

“Kau mau pergi?” Tanya Jaemin saat dia keluar dari kamar mandi, mendapati suaminya suda rapi, mengenakan kaos dan celana jeans serta jaket denim.

“Uhm, aku harus bertemu dosen pembimbing lagi.” Jawab Jeno. “Kenapa, Sayang?” Tanya pria itu, dia letakkan botol parfum yang baru ia pakai lalu menghampiri suaminya.

“Beli kue coklat.” Pinta Jaemin.

Tangannya memeluk lengan sang suami, sedang lengan lain milik Jeno langsung merengkuh pinggang rampingnya, dia pandangi wajah cantik suaminya pagi ini. Tampak bersinar meski belum memakai riasan.

“Baiklah. Hanya itu?” Ia lihat suaminya mengangguk membuat Jeno tersenyum hingga matanya melengkungkan bulan sabit yang lucu.

“Baiklah. Aku berangkat.” Pamit Jeno, dia mengacak surai sang suami lalu meninggalkan kecupan pada kening, kemudian bibir Jaemin.

Keduanya melangkah sampai ke depan pintu kamar, Jeno berbalik, memandangi suaminya sebelum dia berangkat, sementara Jaemin memasang wajah tanpa ekspresi.

“Jangan melakukan sesuatu yang aneh!” Jeno memperingati.

“Uhm” Jawab Jaemin, pria itu tersenyum lalu melambai kecil pada suaminya.

Dia pandangi Jeno yang berbalik, namun dengan cepat dia menarik lengan suaminya, membuat Jeno sedikit terkejut. Namun pria itu tahu saat tangan Jaemin menyelinap di balik tengkuknya.

Dalam gerakan secepat kilat, bibir keduanya bertemu. Jeno sampai membulatkan matanya akan tindakan Jaemin. Namun ciuman hanya berlangsung sangat singkat. Jaemin hanya mengecup bibirnya, kemudian bertingkah seolah tak terjadi apa-apa.

“Kenapa uhm?” Tanya Jeno.

Jaemin menggeleng dengan senyum, kedua tangannya menangkup pipi sang suami, membuat Jeno juga menangkup pipi Jaemin, langkahnya maju membuat Jaemin terus mundur hingga membentur dinding di sebelah pintu.

Wajah sang dominan langsung masuk ke dalam ceruk leher Jaemin, dia hirup aroma bayi yang manis di tubuh suaminya. Matanya terpejam merasakan wangi lembut Jaemin yang memabukkan. Apalagi tatkala jemari Jaemin menyelinap di antara surainya, seperti mendekap dia, untuk tak melepaskan pelukan ini.

Jaemin juga tak mengerti, mengapa dia ingin sentuhan Jeno. Dia ingin selalu merasa panas dengan Jeno, selalu merasa intim dengan pria itu. Tubuhnya seperti tak bisa lepas dari panasnya tubuh Jeno menyatu dengannya.

“Mmhh” Bahkan, dia menjadi begitu sensitif, hanya dengan Jeno yang mengecup perpotongan lehernya, membuat dia ingin mendesah.

“Sshh mmhh” Desah Jaemin.

Kedua tangannya memeluk punggung sang suami, sementara Jeno sibuk menyesap leher Jaemin, meninggalkan ruam merah di beberapa titik leher jenjangnya, sedang tangannya meremas kedua bokong sintalnya.

Cumbuan Jeno di leher Jaemin, mulai naik, dia menjilati dan menyesap rahang sang suami, terus naik hingga bertemu di bibir plum Jaemin dan Jaemin dengan tergesa, melumat bibir tipis Jeno. Menyesap bibir bawah sang suami, kemudian lidahnya saat Jeno menjulurkan benda lunak itu.

Suara kecipak ciuman mereka juga mengalun di kamar.

Mata keduanya terpejam, meresapi manisnya Saliva satu sama lain, panasnya suhu tubuh mereka serta gairah yang perlahan menguasai tubuh.

Jeno menyesap bibir bawah Jaemin kemudian menarik bibirnya, melepas pagutan mereka. Secara perlahan, keduanya saling membuka mata.

“Kau begitu bergairah pagi ini.” Ucap Jeno dengan suara beratnya.

“Aku selalu ingin di sentuh.” Balas pria itu dengan suara yang serak, membuat tengkuk Jeno meremang, karena terdengar sangat seksi.

“Tahan dirimu. Aku harus pergi.”

98,7FM [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang