Mark melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi dengan satu tangan mengacak surainya, dia mendekati ranjangnya dan memeriksa ponselnya, alisnya bertaut saat melihat sebuah panggilan masuk dari nomor tanpa nama dengan kode negara Korea beberapa menit yang lalu.
Alisnya bertaut memandangi nomor itu sembari memikirkan siapa kiranya yang menghubungi dia di larut malam seperti ini. Pria itu pun memutuskan untuk menghubungi nomor baru itu.
Namun sayang, si pemilik tak kunjung menjawab membuat Mark sempat bingung.
Ia pun memutuskan untuk abai karena mengira mungkin saja salah sambung. Dia kembali meletakkan ponselnya dan memilih baju untuk di kenakan.
📻📻📻
Jam dinding di kediaman Jeno menunjukkan pukul tujuh pagi, beberapa maid tampak sibuk di dapur, menyiapkan sarapan untuk si pemilik rumah.Sang Tuan rumah keluar dari kamarnya menyusul sang suami di belakang, keduanya menapaki anak tangga untuk menuju meja. Iris keduanya menangkap beragam menu sarapan yang mulai tersaji di atas meja.
Jaemin mendudukkan tubuhnya di sisi kiri sang suami dan menunggu menu lain. Tak lama, dua orang maid datang meletakkan menu terakhir. Alis Jaemin bertaut melihat jemari seorang maid yang terbalut perban, dia mendongak dan melihat gadis itu tertunduk tak berani menatapnya.
Pandangannya kemudian tertuju pada Jeno yang memasang wajah datar.
Selepas menyajikan sarapan, dua maid itu bergegas ke halaman belakang untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Sementara Jeno mulai menyantap sarapannya, dia mengabaikan Jaemin yang masih mematung dengan beragam pikirannya.
Tangan gadis itu di perban, pasti bukan suatu kebetulan mengingat kemarin Jeno mendapati dia meminjam ponsel gadis itu untuk menghubungi keluarganya. Tapi apakah mungkin ulah Jeno?
“Kenapa tidak di makan Sayang?” Tanya Jeno melihat suaminya masih melamun.
“Ah, iya. Ini aku makan.” Sahut Jaemin tersentak, dia langsung menyambar sumpit dan mulai menyantap sarapannya, sebisa mungkin tak menunjukkan ekspresi berlebih agar Jeno tak terganggu.
Selepas makan, Jaemin mengekori sang suami yang kembali naik ke lantai atas dan masuk ke kamar mereka. Pria itu langsung duduk di sofa dan menyambar laptopnya, mulai mengerjakan skripsinya lagi. Sementara Jaemin duduk di sampingnya dan melanjutkan hasil rajutannya.
Sebenarnya, Jaemin masih memikirkan tangan maid itu, dia beberapa kali melirik ke arah suaminya, seolah ingin membahas, tapi dia takut membuat Jeno marah. Tapi jika tidak di bahas, dia merasa bersalah jika benar tangan maid itu terluka karena menolongnya.
“Ada apa Sayang?” Tanya Jeno, pria itu sejak tadi menangkap gelagat suaminya yang seperti kebingungan.
“Ah, itu...” Sahut Jaemin gelagapan.
Pada akhirnya, Jaemin menghela nafas dan memutuskan untuk membahas. Dia benar-benar merasa bersalah pada gadis itu.
“Kau melakukan sesuatu pada maid itu? Tangannya terluka.” Tanya Jaemin.
Dan sudah Jeno duga. Pria itu menutup laptopnya dan menoleh ke arah sang suami. “Kenapa?”
“Jeno, jangan sakiti dia. Aku yang salah.”
“Itu hanya bentuk peringatan, bukan juga luka yang serius. Dia masih baik-baik saja dan bekerja tadi kan?” Tanya Jeno.
Satu tangannya terangkat untuk mengusap surai suaminya sayang, namun Jaemin sempat menundukkan kepalanya, takut karena ia mengira Jeno ingin memukulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
98,7FM [NOMIN]✓
Fanfiction[COMPLETED] Nasib buruk Nakamoto Jaemin; seorang penyiar radio karena mengenal Park Jeno. TW / VIOLENCE, PSYCHOPATH, RAPED, GASLIGHTING. M-PREG! BOYS LOVE/BXB AREA. Update rank #1 mpreg (10/08/2023) #1 jaeyong (20/08/2023) #1 yuwin (25/08/2023) #23...