Matanya bergerak gusar, mengingat jika Ia tidak pernah memberi perintah untuk membunuh Pangeran Vlad.
Lalu atas perintah siapa!?
Ia memang membenci Pangeran Vlad, tapi Ia tidak pernah menginginkan kematiannya seperti ini. Ia hanya ingin Pangeran merasakan kehidupan yang sengsara.
Memang benar Ia pernah mengatakan jika Ia ingin Pangeran Vlad mati, tapi di dalam lubuk hatinya Ia tidak tega dan tidak berani.
Siapa dirinya? Tuhan? Tentu bukan, Ia hanya manusia biasa yang takut akan dosa yang terus bertambah, tapi Ia tidak bohong jika Ia benar-benar tidak bermaksud untuk membunuh mereka, yaitu para Tokoh yang jahat pada Brigitta asli. Itu hanya perkataan yang Ia pakai untuk menguatkan hatinya agar tidak mudah goyah saat membalas dendam.
Sekarang Ia harus apa? Kejadian ini sangat mengguncang dirinya, bahkan Ia tidak pernah memiliki pemikiran jika 2 orang itu akan Mati.
Semua ini melenceng jauh dari perkiraannya, perhitunganya juga salah. Ia kira semua tentang dunia tipu-tipu ini telah berada di telapak tangannya, nyatanya semua salah. Meskipun Ia telah membaca bahkan mengingat semua tentang dunia ini melalui Novel, satu hal pasti jika dirinya tidak benar-benar tahu seluk beluk dunia ini.
Bodohnya, Ia terlalu percaya diri dengan kekuatan yang hanya bertahan untuk sementara dan bukan selamanya. Ia juga bukan mahkluk sempurna, melainkan penuh kekurangan namun mencoba untuk menutupinya dengan keterpaksaan, sampai Ia lupa jika Ia hanya manusia biasa.
Mungkin dunia ini di matanya hanyalah dunia Novel semata, berbeda dengan manusia yang sudah lama hidup di dunia ini pastinya beranggapan jika dunia ini adalah dunia asli bukan hayalan.
Ia terlalu menyepelekan.
Brigitta bangkit dari posisinya, berjalan dengan lemas. Menaiki ranjangnya lalu menutup dirinya dengan selimut dan mulai tenggelam dalam kenyataan pahit.
...
Hari telah berganti, ke-esokkan paginya Brigitta terbangun dengan wajah pucat dan peluh keringat yang membasahi dahinya. Ia mendapatkan mimpi buruk, sangat buruk. Di dalam mimpi, Ia bertemu dengan Livin dan Pangeran Vlad. Bagai kaset rusak, Ia dapat melihat potongan-potongan kejadian saat mereka di siksa, itu terlihat sangat jelas. Bahkan masih tersimpan dalam ingatannya.
Brigitta mengambil posisi duduk, menatap kosong selimutnya. Otaknya terus berputar mengingat setiap keseharian yang Ia lalui bersama Livin, bahkan Ia masih ingat kata-kata terakhir yang perempuan itu ucapkan.
Livin menggeleng kecil. "Itu tindakan yang tidak sopan jika Saya berani mendahului Nyonya memakan buahnya. "
"Nyonya ada apa!?"
Terkekeh miris, di akhir pertemuan mereka pun Livin masih sempat-sempatnya mengkhawatirkan Nyonya-nya dan tidak mengetahui jika dirinya sendiri dalam bahaya.
Brigitta menghela nafas pelan, menolehkan kepalanya ke-kiri lalu menatap pemandangang di luar yang memperlihatkan langit biru, bersamaan dengan angin dingin yang berhembus kencang. Semalaman Ia membiarkan jendela terbuka dan berharap udara dingin tersebut dapat mengurangi rasa sesak di dadanya.
Rasanya Ia malas bergerak maupun keluar dari kamar, tapi jika Ia terus terpuruk dalam kesedihan seperti ini lalu siapa yang akan mencari tahu kebenaran tentang kematian Livin jika bukan dirinya?
Livin merupakan bawahannya dan Ia memiliki tanggung jawab untuk mencari lebih jauh kasus kematian Livin, Ia pastikan pelaku di balik kejadian ini mendapatkan hukuman yang setimpal.
Satu lagi, Ia perlu tahu siapa orang yang berani mengkambing hitamkan-nya dengan kematian Pangeran Vlad, dan Ia pastikan juga pelakunya mendapatkan hukuman!
KAMU SEDANG MEMBACA
Antagonist Pride!
CasualeBagaimana jika Lenuta, gadis cantik yang selalu menjunjung tinggi harga dirinya dan mencintai kebersihan harus memasuki tubuh Brigitta Angelika de Alberorn, seorang gadis bangsawan dari keluarga Duke yang terhormat. Masalahnya.. Brigitta adalah pem...