PROLOG

4.4K 233 31
                                    

[PROLOG]

▪️▪️▪️

Langit biru dipenuhi awan putih membentang luas diiringi sinar matahari yang begitu cerah, bagai suatu harmoni yang berkolaborasi membentuk suatu keindahan guna memanjakan mata bagi siapa pun yang menatapnya. Gelenyar ketenangan seakan merasuk jiwa dengan hanya menatap keindahan bentangan atap tak bertiang yang tak akan roboh walau badai menerjang.

Di dalam gedung putih berbau obat, terlihat anak lelaki yang berusia dua tahun sedari tadi tersenyum karena melihat putihnya awan pada hari ini. Hatinya sungguh tenang karena di hari bahagia ini langit ikut serta dalam memberikan kebahagian yang berlimpah untuknya.

"Gema, ingin melihat adik bayi?" Suara meneduhkan membuat anak kecil tadi menoleh kepada sosok yang sangat ia kenali.

"Dik ayi?" Tangan mungilnya langsung terjulur seakan ingin menggapai sosok yang memanggilnya tadi.

"Abi, semua baik-baik saja, kan?" Tanya seorang wanita yang sudah senja yang sedari tadi menggendong Gema.

"Iya Bu, semua baik-baik saja, Bila dan cucu Ibu semuanya sehat" jawab lelaki tadi yang sudah menggendong putra sulungnya.

"Syukurlah"

Setelah bercengkrama sebentar, Abi membawa putranya untuk menemui ibu dan adiknya yang baru saja dilahirkan.

"Lihat Sayang, adik bayinya lucu, kan?" Sang ayah memperlihatkan bungsunya yang masih berada di rengkuhan istrinya setelah dibersihkan oleh perawat.

Gema hanya terdiam tanpa berucap apapun, matanya benar-benar tidak berkedip dan hanya memfokuskan atensinya kepada sosok mungil di pelukan sang ibu. Hal itu membuat sepasang orang tua yang baru dilanda kebahagiaan ini saling melemparkan tatapan bingung.

"Gema kenapa, Nak?" Tanya pelan sang ibu kepada putranya yang masih terus menatap putranya yang lain.

"Ini dik ayi?" Tanya balik Gema kepada kedua orang tuanya.

"Iya Sayang, ini adik bayi, adiknya Abang Gema" jawab ibunya dengan lembut sambil membawa tangan mungil si sulung untuk menyentuh tangan si bungsu.

Gema terkekeh saat jari mungilnya menyentuh jari yang lebih mungil milik adiknya. Kedua orang dewasa yang ada di sana pun tersenyum lega karena Gema menerima baik kehadiran sang adik.

Sejak saat itu, Gema selalu ingin menempel pada adiknya. Baginya, sang adik adalah mainan baru yang bisa hidup. Ia sangat baik dalam menjaga sang adik, tak akan dia biarkan adiknya merasa tak nyaman. Ia akan menjadi garda terdepan untuk melindungi sang adik jika adiknya diganggu oleh sepupunya. Yang terpenting Gema sangat berbahagia akan kehadiran sang adik di hidupnya.

Namun, kisah manis itu hanya menjadi masa lalu.

"Kembalikan jam tanganku..!!" Malam yang seharusnya sunyi tak ada harganya jika berada di kediaman Bapak Abisatya.

Sejak tadi sudah terdengar teriakan demi teriakan dari kakak beradik yang memperebutkan sesuatu.

"Kan sudah diberikan, kenapa dipinta kembali?" Sang adik tak terlalu menanggapi teriakan dari sang kakak.

"Sejak kapan aku berikan padamu, yang ada kau mengambil diam-diam di kamarku..!!"

"Milik kakak adalah milik adiknya, milik adik ya hanya milik adik. Jadi, ini jam tangan juga milikku..!!"

CASUARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang