24. MELEGAKAN HATI 🦣

737 116 44
                                    

[MELEGAKAN HATI]

▪️▪️▪️

Banyaknya hal yang terjadi di dalam hidup Gema membuatnya merasa harus lebih banyak bersyukur dan lebih berhati-hati lagi dalam bertindak atau memutuskan sesuatu. Dan hal yang paling ia tidak lupa adalah, setelah kejadian ini ia akan lebih menjaga sang adik. Tidak ada lagi ego dan gengsi dalam dirinya, ia akan selalu mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada adik semata wayangnya.

Membayangkan wajah lucu adiknya membuat senyum Gema terukir. Ia sangat bersyukur masih diberi kesempatan untuk bertemu dan kembali bersama dengan sang adik.

Tak lama, karena terlalu fokus melamun Gema tak menyadari ada seseorang yang memasuki kamar rawatnya. Setelah seseorang itu berada di dekatnya, barulah Gema menyadari presensi orang lain di kamar rawatnya.

"Ibu.." gumamnya yang ternyata sang ibulah yang barusan masuk tadi.

Sang ibu hanya diam tanpa melihat sang putra, ia hanya fokus untuk membereskan beberapa baju kotor yang sepertinya akan ia bawa pulang dan membersihkan beberapa makanan yang berantakan di nakas.

Gema pun menyadari keterdiaman ibunya, namun ia masih tidak mengerti apa yang membuat sang ibu mendiami dirinya.

"Ibu.." panggil Gema seraya meraih tangan ibunya.

Merasakan tangan kanannya digenggam oleh Gema membuat Bila menghentikan kegiatannya dan menghela nafas pelan. Namun, tetap saja ia belum mengeluarkan satu kata pun.

"Ibu, Abang ada salah ya, Abang melakukan kesalahan ya, Ibu marah ya karena Abang tidak baik dalam menjaga adik hingga adik terluka lagi?" Tanya Gema beruntun, ia paling tidak suka diabaikan oleh sang ibu.

Karena biasanya, memang ia lebih dekat dengan sang ibu sebelum perasaanya ia ungkapkan kepada ayahnya.

Mendengar pertanyaan sang putra, Bila pun langsung menoleh cepat untuk menatap wajah putranya yang masih cukup pucat itu.

"Kenapa Gema lakukan ini?" Akhirnya Bila membuka suaranya.

"Bukan Gema, tapi Abang..!!" Koreksi Gema yang tidak suka saat kedua orang tuanya hanya menyebut namanya saja tanpa embel-embel Abang.

Terbiasa dengan panggilan itu, jika salah satunya hanya menyebut namanya saja ia merasa buruk dan tidak disayang lagi. Bila kembali menghela nafas lelah, dan memutuskan untuk duduk di kursi sebelah tempat tidur putranya.

"Baiklah, Ibu bertanya kenapa Abang melakukan hal yang kemarin, kenapa Abang memutuskan untuk meninggalkan kami semua, hm?" Tanya Bila dengan lembut, mana bisa ia marah terlalu lama kepada putranya.

"Itu.." Gema masih ragu akan jawabannya sendiri.

"Ibu yakin, jika itu bukanlah keinginan Abang sendiri kan, Abang diancam? Apakah adik menjadi ancaman kakek kemarin?" Tanya Bila lagi karena melihat sulungnya tidak bisa menjawab pertanyaan sebelumnya.

Gema hanya mengangguk pelan sebagai tanda jawaban untuk sang ibu, setelahnya ia menundukkan kepalanya. Bila tersenyum tipis melihat sulungnya yang sedikit takut terhadapnya.

"Ibu sangat menghargai apa yang Abang lakukan, Abang hebat sekali karena ingin melindungi adik dan keluarga kecil ini" Bila terhenti sejenak.

CASUARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang