37. JANJI 🦣

697 108 62
                                    

[JANJI]

▪️▪️▪️

Lenguhan lirih nan pilu itu terdengar dari anak kecil yang usianya bahkan belum memasuki lima tahun. Tidurnya yang tak lelap dengan nafasnya yang sesak membuat semua orang yang menjaganya seakan ikut merasakan sakitnya. Termasuk sang kakak yang sedari tadi menggenggam tangan kecil sang adik dengan erat, ia tak beranjak sedikit pun sedari adiknya mengeluh sakit hingga sekarang.

"Abang, istirahat dulu ya, biar Ibu yang menjaga adik" suara merdu dari sang ibu tak membuat anak kecil itu ingin beranjak.

"Abang ingin jaga adik, lihat .. tangan Abang digenggam erat sekali" anak kecil yang bernama Gema itu memperlihatkan tangannya digenggam erat oleh tangan yang lebih mungil darinya.

Sang ibu hanya bisa menghela nafas, ia tak berhasil membujuk putra sulungnya. Ia dapat merasakan jika sulungnya ini memiliki kekhawatiran yang begitu besar terhadap si bungsu yang tadi tiba-tiba mengeluh kesakitan pada dadanya dan tampak kesulitan bernafas.

Awan, nama si kecil yang terbaring sakit itu, ia memang menderita gangguan paru-paru sejak lahir, keadaan paru-parunya yang tak normal dan cukup lemah membuat si pemiliknya sering sekali merasakan sakit dan sesak jika sedang beraktivitas yang berlebihan. Untuk anak seusia Awan, memang saat-saatnya aktif dan tak bisa diam, itulah salah satu sebabnya ia sekarang terbaring di rumah sakit ini setelah melempar bola basket ke dalam ring.

Melihat kakaknya yang sangat suka basket, membuat dirinya ingin juga bermain dan diajari oleh sang kakak. Gema yang saat itu belum mengerti tentang keadaan adiknya tentu saja menerima permintaan sang adik tanpa pikir panjang. Namun, saat asyik bermain tiba-tiba adiknya kesakitan dan mengalami sesak nafas hingga hampir kejang. Gema yang panik langsung memanggil ibunya di dalam rumah. Melihat bungsunya yang dalam keadaan kritis langsung memberikan pertolongan awal dan membawanya ke rumah sakit.

"Adik, maaf ya.." gumam Gema yang berpikir jika ini adalah kesalahannya.

Setelah mendengar penjelasan dari sang ibu tentang keadaan sang adik tadi, Gema bertekad untuk menjaga adiknya lebih baik lagi. Bahkan ia berkeinginan untuk menjadi dokter seperti ayahnya demi menyembuhkan sang adik.

"Adik pasti sembuh.."

▪️▪️▪️

Helaan nafas itu berhembus dari Gema dewasa setelah mengingat masa lalunya bersama sang adik yang ia selalu jaga. Padahal sejak di mana mereka bermain basket itu, ia bersikeras untuk menjaga adiknya dengan baik. Namun, kejadian setelahnya malah menyebabkan sang adik sakit lebih parah. Paru-paru adiknya yang memang lemah ini, semakin memburuk karena ayah kandungnya waktu itu.

Ditambah kecelakaan kemarin, Gema benar-benar ingin sekali membenci dirinya yang bahkan tak bisa menjaga adiknya.

"Jangan menghela nafas terus, Abang seakan memiliki hutang 270 triliun" celetuk Awan yang membuat Gema menoleh ke arah sang adik.

Karena fokus melamun ia pun tak sadar jika adiknya sudah terbangun dari tidurnya.

"Bahkan hutang Abang lebih dari itu.." sahut Gema mendekatkan dirinya kepada sang adik.

"Abang berhutang pada siapa?" Tanya Awan dengan polosnya, ia tidak mengerti maksud dari ucapan sang kakak.

Gema tak ingin menjawab, ia hanya tersenyum singkat dan membubuhkan ciuman lembut di kening adiknya.

CASUARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang