30. PERTENGKARAN 🦣

673 114 37
                                    

[PERTENGKARAN]

▪️▪️▪️

Waktu terasa cepat setelah Awan memasuki sekolah menengah atasnya. Jika di SMP kemarin ia hanya dapat bersama Arka dan Juna namun lain halnya di sini, selain bersama dengan sang kakak, ia juga memiliki banyak teman baru. Teman-teman di kelasnya tak peduli akan kekurangan Awan, mereka menerima Awan dengan baik. Namun, walau begitu Gema sebagai kakak tetap tidak membiarkannya begitu saja, ia selalu mengawasi adiknya kemana pun sang adik pergi.

Pulang dan pergi selalu bersama, bahkan terkadang untuk sekedar ke kantin saja Gema selalu menjemput adiknya untuk makan siang bersama. Tak jarang juga, Gema menemani sang adik untuk pergi bekerja kelompok bersama teman-temannya.

Hingga Abi yang notabene ayah mereka pun menyadari akan tindakan Gema yang mungkin sedikit berlebihan. Tak pernah sekalipun Awan jauh dari jangkauan Gema, di beberapa barang adiknya juga diberikan GPS agar Gema mengetahui di mana pun adiknya berada.

Sudah lama juga Abi tidak melihat putra sulungnya ini bermain basket, padahal basket adalah olahraga yang sangat disenangi oleh si sulung. Bahkan ia berusaha untuk menabung dan membeli bola basket terbaik walau harganya cukup mahal.

"Abang.." panggil lembut Abi yang sedang menyambangi kamar si sulung.

"Iya, Ayah?" Sahut si sulung sembari tersenyum kepada sang ayah, entah kenapa ia selalu bahagia jika berhadapan dengan ayahnya.

"Ayah lelah, Bang. Boleh Ayah minta tolong pijatkan punggung Ayah?" Pinta sang ayah sembari duduk di pinggir tempat tidur putranya.

"Tentu boleh, ingin memakai minyak hangat?" Tawar sang putra yang sudah duduk di belakang ayahnya.

"Tidak usah, pijatkan saja" Gema pun segera memijat kedua pundak ayahnya dengan berusaha memberikan rasa senyaman mungkin.

"Enak sekali, Bang" celetuk Abi merasakan pijatan Gema yang seketika membuat pundak dan punggungnya lebih rileks, pijatan putranya dapat mengurangi kaku di pundaknya.

"Ayah pasti kelelahan ini, jangan terlalu memforsir tubuh Ayah. Abang tidak ingin Ayah sakit, jika memang sudah merasa lelah Ayah langsung istirahat" sahut Gema yang terus memijat pundak dan punggung ayahnya.

"Kan jika ayah lelah, bisa meminta Abang pijatkan" celetuk sang ayah dengan senyum kotaknya.

"Tenang saja .. Abang akan memberikan pijatan paling yahutt untuk ayah" jawab Gema yang diakhiri kekehan ringan.

"Bisa saja, mungkin ini karena Abang sering berlatih basket jadi tangan Abang sudah terlatih untuk memijat" ucap Abi berusaha memasuki tujuan utamanya.

"Tidak ada hubungannya, Yah"

"Loh ada dong, kekuatan pemain basket itu adalah di tangannya, jari-jari dan pergelangan tangannya. Jadi, wajar jika Abang memiliki insting dengan memakai tangan Abang"

"Ayah bisa saja.." sahut Gema sekenanya saja, ia tidak terlalu ingin menanggapi ucapan sang ayah.

"Oh ya, sepertinya Ayah sudah lama tidak melihat Abang berlatih basket di sekolah?" Tanya Abi perlahan.

"Masih kok, Ayah. Jika menunggu Awan jadwal belajar sore, Abang bermain basket" balas Gema jujur, di sekolah mereka setiap jenjangnya ada jadwal belajar sore satu kali di setiap minggunya, itu dilakukan untuk persiapan semua siswanya lebih siap menghadapi ujian maupun tes untuk memasuki universitas.

CASUARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang