15. ADIK AWAN DAN PELINDUGNYA 🦣

1K 156 35
                                    

[ADIK AWAN DAN PELINDUNGNYA]

▪️▪️▪️

Pandangan mata sayu nan sendu serta berkaca sebagai isyarat jika pemiliknya sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Keheningan dan kesunyian ketika ia terbangun dari tidur panjangnya menjadi pukulan kuat hingga ia hampir tidak dapat menerima kenyataan pada tubuhnya sekarang.

"Abang .. ayah .. ibu .." gumamnya dengan bibir mungilnya.

Air matanya sontak mengalir deras membasahi pipi tirusnya karena tidak dapat mendengar suara yang baru saja ia hasilkan.

"Adik.." sebuah tulisan di atas lembaran buku kecil Bila tunjukkan untuk putra bungsunya yang ia dapati menangis di atas tempat tidurnya.
Awan menatap wajah sang ibu yang saat ini jelas sekali terlihat cukup kelelahan.

"Kenapa menangis?" sekali lagi Bila menunjukkan tulisan pada buku kecilnya dan ia serahkan kepada sang putra, walau pada nyatanya ia jelas tahu penyebab akan tangisan putra kecilnya.

Awan hanya menggeleng pelan guna menjawab tulisan indah sang ibu. Dengan senyum kecil, Bila Kembali menggores tinta pulpennya membentuk sebuah kalimat.

"Ibu tadi membuat strawberry blender dan pudding strawberry, ayo turun kita makan bersama bersama ayah dan abang" Bila kembali menunjukkan tulisannya.
Sepertinya tulisan Bila kali ini sukses menarik perhatian sang putra, pasalnya Awan dengan perlahan meraih buku kecil dan pulpen yang masih sang ibu genggam.

"Ingin abang.." walau tulisannya masih belum rapi namun Bila sudah cukup mengerti apa yang putranya inginkan.

Bila menghela nafas lega karena sang putra sudah dapat diajak berkomunikasi saat ini, walau masih terdapat kegundahan dalam hatinya, masalah terletak pada si sulung yang masih tidak ingin bertemu dengan adik kecilnya.

Sejak kejadian beberapa waktu lalu, Gema masih belum mau menunjukkan wajahnya di hadapan sang adik. Bahkan, setelah hari itu dan selama adiknya berada di rumah sakit, Gema tidak sekalipun menjenguk adiknya. Abi dan Bila sudah berusaha membujuknya namun belum juga Gema ingin bertemu dengan Awan, setelah sang adik pulang ke rumah, Gema selalu berusaha menghindari sang adik dengan mengurung diri di kamar.

Sementara di ruang tengah, Abi sedang menahan si sulung agar tidak kembali menghindar dan berakhir berdiam diri di kamar. Ia menggenggam erat tangan Gema seakan jika ia lepaskan, sang putra dapat hilang kapan saja.

"Abang, rindu adik tidak?" Tanya Abi basa basi untuk membuka pembicaraan.

Gema hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil menunduk, tak berani menatap wajah sang ayah.

"Tapi sepertinya tidak begitu" Abi perlahan mengangkat wajah putranya guna dapat ia lihat tatapan sayu dari mata sulungnya.

"Ayah tidak percaya kalau Abang tidak rindu adik, padahal di dalam sini rasa rindu itu pasti sangat terasa bukan?" Ucap Abi sambil menepuk pelan dada Gema.

Gema rasanya ingin menangis sembari mengiyakan ucapan sang ayah. Namun, belum bilah bibirnya mengucapkan sesuatu, dari belakang tubuhnya ia merasakan pelukan kecil yang sangat hangat.

"Abang.." lirihan itu ia sangat hafal dari siapa.

Tanpa permisi, air matanya langsung turun begitu saja saat mendengar isakan pelan dari sang adik. Perlahan, ia balikkan tubuhnya untuk melihat wajah adiknya yang sudah beberapa waktu ini tak terjangkau olehnya.

CASUARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang