14. TUMPUAN ABANG 🦣

834 140 30
                                    

[TUMPUAN ABANG]

▪️▪️▪️

"Kau adalah putraku, putra dari Kale Lainufar" kalimat itu terus terngiang hingga membuat Gema sakit kepala.

Tentu saja anak kecil berusia sembilan tahun itu tak mudah percaya akan ucapan lelaki yang baru saja ia temui, bahkan hampir membunuhnya. Namun, tamparan serta ucapan kasar dari sang nenek tempo lalu membuat keyakinannya bertambah. Ditambah perlakuan paman-pamannya yang sedikit berbeda.

"Gema bukan anak Ayah.." gumam Gema kecil, sambil memandang ayahnya dari balik jendela kamarnya.

Ia melihat ayahnya sedang membujuk adik kecilnya makan di taman belakang. Adik kecil yang sudah kehilangan indra pendengarannya karena menyelamatkan dirinya.

"Ayah.." lirih Gema lagi yang saat ini sudah diiringi isakan pilu karena seakan hatinya tidak menerima jika ayah baiknya ternyata bukanlah ayah kandungnya.

"Gema anak Ayah, Gema anak Ayah.." ingin sekali ia mempertanyakan hal itu, namun ia tidak siap untuk menerima jawaban dari ayahnya nanti.

Ia tidak siap jika memang pada nyatanya ayah yang selama ini menjadi pahlawannya bukanlah ayah kandungnya.

"Gema anak Ayah.."

▪️▪️▪️

"Udara malam tidak baik untuk kesehatan, Nak.." ucapan lembut itu mengalun indah di telinga Gema membuatnya menarik diri kembali dari pemikirannya akan masa lalu, ia pun menoleh ke arah sumber suara.

Si pemilik suara pun berjalan mendekat sambil melampirkan kardigan ke punggung Gema.

"Tidak terlalu dingin kok, Ayah" jawab pelan Gema kepada Abi yang telah duduk di sebelahnya.

"Tetap saja, ini sudah malam dan angin lumayan kencang, angin malam itu lebih dingin dan lebih kering, tidak baik untuk pernafasan" jelas Abi yang malah membuat Gema terkekeh pelan.

"Iya-iya Pak Dokter Abi" rasanya Gema selalu ingin menyerah jika sang ayah sudah mode dokter seperti ini.

"Kamu ya, dinasehati juga" Abi menjitak pelan kening si sulung karena meledeknya. Gema hanya tertawa kecil menanggapi jitakan sang ayah.

"Tapi Abang masih ingin di sini, sebentar saja.." pinta Gema sambil perlahan merebahkan kepalanya di bahu tegap sang ayah.

Abi tersenyum tipis, ia semakin merapatkan tubuhnya dan memeluk bahu Gema agar setidaknya dapat memberikan sedikit kehangatan untuk sang putra. Sesekali ia juga mencium pelan puncak kepala putranya yang terjangkau hanya dengan tolehan.

Sungguh, nyaman sekali Gema rasakan saat ini. Pelukan serta afeksi lembut sang ayah sungguh sangat menghangatkan hatinya.

"Yah.." panggil pelan Gema tanpa mengubah posisinya.

"Hmm?" Gumam Abi untuk menjawab panggilan sang putra, saat ini ia sedang menikmati pelukannya sambil menempelkan pipinya di puncak kepala Gema.

"Ayah sayang Abang?" Tanya Gema sambil meraih tangan besar sang ayah yang sejak tadi mengusap pelan lengannya.

"Apa perlu Ayah jawab?"

CASUARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang