13. TAKUT DALAM KETENANGAN 🦣

1K 146 30
                                    

[TAKUT DALAM KETENANGAN]

▪️▪️▪️

Dinding rumah sakit lebih banyak mendengar doa tulus dan serius daripada tempat ibadah. Mungkin kalimat itu sudah sering terdengar dan terbaca. Dan itulah yang sekarang terjadi pada keluarga Abisatya, duduk di depan ruang IGD sambil tak henti-hentinya memanjatkan doa agar Tuhan menyelamatkan si bungsu. Bahkan Gema yang saat itu baru berusia 9 tahun, mencoba menego takdir agar berpihak padanya dan mengembalikan kesehatan adik kesayangannya.

Sakit dan perih atas luka yang baru saja ia dapatkan akibat berbagai pukulan dari ayah kandungnya tak Gema hiraukan, ia hanya fokus dengan keadaan sang adik. Dan sepertinya bukan hanya dirinya, bahkan orang-orang di sekitarnya pun tak menyadari jika di tubuh anak kecil berusia 9 tahun ini penuh luka yang jika dirasa cukup menyakitkan.

"Adek, lukanya diobati dulu, ya" ternyata dari banyaknya orang yang berlalu lalang maupun yang menemani, hanya perawat ini yang menyadari luka di tubuh Gema.

"Tidak usah Suster, Gema ingin tunggu adik dulu" jawab Gema pelan dengan senyum tipis yang terukir dengan bibir pucatnya.

Percakapan keduanya pun membuat atensi Abi maupun Bila teralihkan kepada mereka. Hati keduanya mencelos saat menyadari si sulung pun terluka, bahkan bibirnya terlihat sangat pucat dan matanya cukup sayu.

"Abang.." lirih Bila sambil mendekati si sulung.

Mendengar suara ibunya yang mengalun lembut membuat Gema tertunduk. Entah kepada, hatinya tiba-tiba takut jika ayah dan ibunya berakhir membencinya karena tidak baik dalam menjaga sang adik.

"Suster, tidak apa kami saja yang membujuk Gema, terima kasih" ujar Abi kepada perawat tadi yang menawarkan bantuan.

"Baiklah, nanti langsung panggil suster saja ya, takut lukanya infeksi" sahut perawat tersebut sambil mengusap pelan rambut Gema dan pamit pergi untuk melanjutkan tugasnya.

"Ayah, Ibu, Gema minta maaf.." kalimat itu baru dapat Gema ucapkan setelah memiliki keberanian yang cukup.

"Nak-" kalimat Bila terpotong karena dokter yang sejak tadi menangani Awan keluar.

Keduanya langsung melupakan apa yang ingin mereka lakukan dan beralih menghampiri dokter tersebut.

"Dokter Juan, anak kami?" Sangat ketara kekhawatiran Abi jelas tergambar dari wajah dan getar suaranya.

Sebelum menjawab pertanyaan Abi, dokter yang ber-name tage Juan Alaskar yang juga rekan kerja Abi tersebut terlebih dulu menghela nafas pelan

"Keadaan pasien saat ini sudah lebih baik, namun belum sepenuhnya keluar dari masa kritisnya. Dan untuk pukulan kuat di kepalanya, hal tersebut menyebabkan rusaknya beberapa syaraf pada bagian telinganya serta benturan tersebut menyebabkan pecahnya gendang telinga. Hal tersebut berkemunginan menyebabkan sinyal suara gagal mencapai otak, sehingga seseorang tidak bisa mendengar dengan jelas. Jadi, dalam hal ini pasien kemungkinan-" dokter Juan rasanya tak sanggup menyelesaikan penjelasannya.

"Kemungkinan apa, Dok?" Tanya Bila mendesak, sedangkan Abi  yang notabene juga seorang dokter sangat mengerti maksud dari ucapan dokter Juan.

"Kemungkinan besar hal tersebut berpotensi pasien untuk kehilangan pendengarannya" sambung dokter Juan, sontak saja Bila langsung limbung dan hampir terjatuh jika tidak disanggah oleh Abi.

CASUARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang