18. RUMAH YANG SESUNGGUHNYA 🦣

714 126 55
                                    

[RUMAH YANG SESUNGGUHNYA]

▪️▪️▪️

Pelukan erat serta saluran kasih sayang jelas terlihat oleh kedua makhluk kecil yang sedari tadi menempel bagaikan perangko ini. Hanya karena perkara sang kakak yang baru pulang dari persami, membuat adiknya enggan melepaskan kakaknya dengan alasan takut ditinggalkan kembali.

"Adik, abang masih lelah itu, biarkan abang istirahat dulu, Nak.." sang ibu akhirnya turun tangan, pasalnya putra sulungnya baru saja pulang selesai melakukan kegiatan perkemahan Sabtu Minggu di sekolahnya dan langsung ditempeli oleh si bungsu tanpa membiarkan putra sulungnya istirahat sejenak.

"Awan tidak ada lepaskan Abang, nanti Abang pergi lagi" lirih Awan yang malah mengeratkan pelukannya.

"Abang sudah pulang, tidak akan pergi lagi kok, Adik.." sahut sang kakak sambil mengusap pelan punggung adiknya.

Sebenarnya ia juga merasa bersalah meninggalkan adiknya, namun ini adalah kegiatan sekolah dan hanya diperuntukkan oleh siswa kelas 5 dan 6, sedangkan untuk kelas 1 hingga 4, belum boleh untuk ikut dalam kegiatan perkemahan ini. Dan adiknya yang saat ini baru berada di kelas 3 tentu belum boleh untuk ikut pada kegiatan yang baru saja terlaksana ini.

"Awan rindu sekali pada Abang, Abang perginya lama sekali, malam tadi Awan tidak bisa tidur karena tidak ada Abang.." terkesan berlebihan namun memang itulah kenyataannya, Awan sama sekali tidak bisa tertidur lelap malam tadi karena sang kakak tidak berada di rumah.

"Manis sekali adiknya Abang Gema ini, tapi sekarang kan Abang sudah pulang, sudah berada di dekat Awan, Awan jangan takut lagi" balas Gema sambil menciumi puncak kepala Awan.

"Abang janji ya, jangan tinggalkan Awan" pinta Awan mendongakkan kepalanya, menatap Gema dengan tatapan memelas seperti anak anjing yang lucu, hal itu tentu mengundang senyum manis dari Gema.

"Memangnya Abang akan ke mana, Abang tidak akan mungkin meninggalkan adiknya Abang yang paling menggemaskan ini, Abang sayang sekali pada Awan"

"Pokoknya apapun yang terjadi jangan tinggalkan Awan, Abang harus janji"

"Iya, Adikku sayang, Abang berjanji"

▪️▪️▪️

Mata bulat itu terbuka perlahan, pertanda ia telah terjaga dari tidur lelapnya. Sekali lagi pandangannya menyapu seluruh ruangan guna mencari seseorang yang sangat ia damba kehadirannya.

"Abang.." gumamnya pelan, hingga tidak ada satu orang pun yang mendengar, terlebih sang ibu yang setia menemaninya sedang tertidur.

"Abang di mana? Awan rindu sekali pada Abang.." ucapnya dalam hati beriringan dengan cairan bening yang perlahan turun dari sudut matanya.

Hatinya sungguh tidak tenang, selama tiga hari ini belum juga kakaknya kembali kepadanya. Kekhawatiran dan ketakutan sontak mendominasi dirinya. Tak bisa ia bayangkan jika ternyata kakaknya akan meninggalkan dirinya selamanya.

"Abang, Awan mohon kembali, kembali pada Awan, Abang.."

▪️▪️▪️

"Apa kau ingin membunuh dirimu sendiri, hm?" Tidak ada bentakan hanya sebuah kalimat yang diakhiri dengan tanda tanya. Namun si empu yang ditanya sepertinya enggan untuk menjawab.

CASUARINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang