Hai' para pinky gimana kabarnya?
Jangan lupa vote dan komen banyak' biar cepet up yawww😁Apa susahnya vote sih padahal kan tinggal pencet tanda bintang doang:)
Bantu vote sama komen dulu ya guys. Vote dan komen di setiap bab jangan lupaaaa:))WARNING!
DILARANG BERKOMENTAR YANG NEGATIF, JIKA ADA YANG SALAH/KURANG MENARIK DI CERITA INI TOLONG KASIH NASEHAT/BAHASA YANG BAIK DALAM BERKOMENTAR, JIKA KALIAN BERFIKIR CERITA INI SAMA DENGAN CERITA PENULIS' LAIN KEMUNGKINAN ITU HANYA KEBETULAN KARENA KITA TIDAK TAU APA YANG KITA PIKIRKAN SAMA DENGAN PIKIRAN ORANG LAIN, JADI MAKLUMI SAJA SEMUA PENULIS PASTI SERING MENGALAMI HAL SEPERTI ITU!!!(づ。◕‿‿◕。)づ
Selamat menjelajah Pinky💗✨
˖°🌷⋆ ˚。⋆୨୧˚
Hari itu adalah hari Kamis yang dimana sudah tidak ada lagi kegiatan Ujian di seluruh ruang kelas, tepatnya di hari kamis itu mereka akan mengadakan classmite untuk satu Minggu kedepannya dan akan di adakan lomba bagi seluruh siswa yang mengikutinya.
Vivi salah satunya orang yang akan mengikuti lomba voli pada acara tersebut, jika Langit tak tahu pasti tak akan ketahuan jika dirinya ikut lomba voli dalam acara classmite tersebut dan bukan Langit namanya jika tak mengetahui Vivi ikut dalam serta lomba hari itu juga, padahal Vivi sudah berharap tidak akan ketahuan oleh Langit tapi apa daya Langit adalah Langit yang selalu marah jika Vivi terluka atau cedera sedikitpun.
"Ikut gue' Langit menarik tangan Vivi kasar dan membawanya menuju WSS.
"Langit bisa pelan-pelan nggak sih nariknya" ujar Vivi yang merasa tangannya sakit karena terlalu keras Langit cengkram.
"Salah lo sendiri, jadi lo harus terima hukumannya" pinta Langit melepaskan cengkraman tangannya dari tangan Vivi.
"Vivi salah apa sama Langit?" Tanya Vivi dengan wajah sedih sekaligus takut.
"Lo masih nanya salah lo di mana? Cih dasar tolol" seru Langit tak main-main kala itu membuat para sahabatnya terkejut atas ucapan yang keluar dari mulut Langit.
"Dasar nggak tau diri banget jadi cewek" lanjut Langit.
"Iya emang Vivi nggak tau diri, Vivi tolol nggak kayak mantan Langit yang selalu ngertiin Langit tiap hari" jawab Vivi dengan beraninya.
"Oh lo mulai berani sama gue?" Langit melihatkan senyum smirk nya Kepa Vivi.
"Berani selagi masih sesama manusia, apa? Langit mau ngata-ngatain Vivi lagi iya? Terus habis itu minta maaf sambil nangis-nangis kayak anak kecil" ucap Vivi yang sudah kesal dengan sikap Langit kala itu.
"Argh Anjing lo" Langit sudah inggin melayangkan pukulannya untuk mengenai wajah Vivi tetapi di halang oleh Jason yang sigap menahan tangan Langit agar tak melukai wanitanya sendiri.
"Lang udah lo jangan buat ribut lagi!" Bentak Jason kepada Langit.
"Lo diem Jas!" Sahut Langit.
"Pukul aja kalo mau, pukul biar puas" lanjut Vivi yang membuat Langit tambah emosi.
"Pergi lo" usir Langit kepada Vivi.
"Oke Vivi pergi Langit jangan pernah cari Vivi lagi mulai sekarang" Vivi pun pergi dari hadapan Langit dengan rasa dan perasaan yang kecewa terhadap perilaku Langit yang terlihat egois.
"Sial" umpat Langit setelah melihat Vivi pergi dari hadapannya.
"Lang lo sebenernya serius nggak sama Vivi? Lo udah nyakitin hati dia berkali kali Lang tapi lo anggep itu cuma kesalahan kecil bagi diri lo? Nggak Lang nggak, buka mata lo anjir jangan egois terus!" Pinta Jason dengan alasan tak membela siapapun dirinya hanya ingin membantu Langit agar tidak terlalu egois dan membantu Vivi agar sabar dengan sikap Langit.
"Terus gue harus gimana Jas?" Langit pasrah kala itu dengan mengacak rambutnya frustasi.
"Kalian berdua cuma sama-sama butuh waktu buat sendiri" ucap Jason membuat Langit mengerti apa yang dirinya maksud.
"Lang kalo kalian berdua di takdirkan sama tuhan buat berjodoh mungkin itu beneran milik lo selamanya dan bakal balik lagi ke diri lo tapi kalo kalian nggak jodoh mulai lagi dari awal tapi dengan ceritanya masing-masing" lanjut Jason yang melihat Langit terdiam sejenak kala itu.
"Gue salah lagi ya Jas?" Langit menundukkan kepalanya dengan perasaan sedih sekaligus kecewa.
"Lo nggak salah Lang, lo cuma butuh waktu aja buat perbaikin hubungan lo sama Vivi" ucap Jason menasehati Langit.
"Tapi Jas gue takutnya nanti kalo Vivi berpaling dari gue gimana? Gue sama siapa lagi kalo nggak sama Vivi Jas!" Pinta Langit dengan ketakutan, bagaimana jika benar Vivi akan berpaling dari dirinya dan memutuskan hubungan mereka.
"Vivi kesel sama Langit!" Vivi berjalan menuju kelasnya dengan perasaan kecewa.
"Langit jahat! Langit jahat!" Ucap Vivi tak henti-hentinya kala itu, Vina yang tak sengaja masuk ke dalam kelasnya untuk mengambil botol minumnya yang tertinggi di meja.
"Lo kenapa Vi?" Tanya Vina heran tak biasanya Vivi seperti sekarang ini yang terlihat murung dan kesal.
"Nana nanti kalo hubungan Vivi sama Langit putus Vivi sama siapa lagi?" Ucap Vivi membuat Vina terkejut dengan perkataan yang keluar dari mulutnya.
"Vi lo ngomong apa sih? Lo kalo ada masalah sama Langit selesaiin dean cara baik-baik, jangan langsung ambil keputusan nanti akhirnya lo malah nyesel sendiri" Vina yang tadi hanya ingin mengambil botol minumnya kini duduk di samping Vivi untuk menenangkan sahabatnya itu.
"Tapi Langit udah jahat sama Vivi" ucap Vivi dengan mata yang berkaca-kaca.
"Vi gue yakin kok lo sama Langit cuma butuh waktu aja buat sendiri" Vina mengelus pundak Vivi agar sahabatnya itu merasa tenang dan tak memikirkan tentang Langit.
˖°🌷⋆ ˚。⋆୨୧˚
"Sial anjing!" Umpat Langit mengacak rambutnya frustasi malam itu.
"Argh salah gue semua!" Lanjutnya dengan menendang kaki meja yang ada di kamar miliknya, hari itu Langit seperti benar-benar sudah kehilangan semuanya obat yang dirinya selalu minum sudah habis pagi tadi sebenarnya sepulang sekolah Langit inggin membeli obat tersebut tetapi apa daya fikiran Langit hanya mendapat satu tujuan, ya Vivi lah yang selalu melintas di fikiran Langit setelah mereka berdua selesai dalam perdebatan tadi, ternyata apa yang di katakan Abrian ada benarnya hubungan mereka berdua memang Toxic andai saja Langit tidak egois pasti hal itu tidak akan pernah terjadi di kehidupan cintanya sendiri.
"Gue bisa apa sih anjing! Ngapain juga gue di lahirin kalo nggak guna kaya gini!" Teriak Langit sambil memukul tangannya ke arah tembok, lagi-lagi Langit tak bisa mengontrol emosinya sendiri ketika Langit benar-benar sudah pusing dan lelah tak ada pilihan lagi bagi Langit selain melukai fisiknya sendiri dengan caranya tersendiri, entah besok Langit akan menemui Vivi atau tidak Langit hanya ingin memperbaiki retakan-retakan yang sudah hancur di dalam dirinya bersama Vivi itu saja, apakah itu susah bagi dirinya?.
Di sisi lain Vivi pun menangis malam itu mengingat kejadian tadi pagi dengan sikap Langit yang terlalu egois. "Vivi harus apa biar Langit nggak kayak gitu lagi? Kalo emang Langit udah nggak butuh Vivi lagi Vivi siap bakal pergi walaupun itu sakit" gumam Vivi pelan dan menahan Isak tangisannya malam itu.
"Vivi harus buat apa?" Lanjut Vivi.
"Anjing gue nggak minta buat di lahirin! Sial banget hidup gue!" Umpat Langit tak habis-habisnya.
˖°🌷⋆ ˚。⋆୨୧˚
Jangan lupa vote dan komen banyak' biar cepet up yawww 😁☝🏻
Follow Instagram @oktaoliviaa @wp.pinkystrawberry.
•
•
•
•
Happy reading guys 🪞🩰🎀💗
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT GALAKSI [ON GOING]
Teen FictionVOTE, KOMEN DAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA!! Singkat saja seorang Langit Galaksi dan Vivi Kalila yang inggin sembuh dari masa lalu, tetapi hal itu terulang kembali untuk kedua kalinya karena ulah Langit sendiri yang selalu mengingkari ja...