35. Bukan Bocil, Langit?

55 31 3
                                    

Hai guys jangan lupa vote dan komen untuk lanjut ke bab selanjutnya, 1k vote sama komen lanjut bab 36 maka dari itu ayo dong vote sama komen padahal kan itu semua gratisssss kalian nggak akan dipungut biaya apapun masa nggak mau vote sih, kan cuma pencet tanda bintang doang💘💘

Ayo dong guys 1k vote sama komen lanjut bab 36 nieh🤪💘

WARNING!
DILARANG BERKOMENTAR YANG NEGATIF, JIKA ADA YANG SALAH/KURANG MENARIK DI CERITA INI TOLONG KASIH NASEHAT/BAHASA YANG BAIK DALAM BERKOMENTAR, JIKA KALIAN BERFIKIR CERITA INI SAMA DENGAN CERITA PENULIS' LAIN KEMUNGKINAN ITU HANYA KEBETULAN KARENA KITA TIDAK TAU APA YANG KITA PIKIRKAN SAMA DENGAN PIKIRAN ORANG LAIN, JADI MAKLUMI SAJA SEMUA PENULIS PASTI SERING MENGALAMI HAL SEPERTI ITU!!!

Selamat menjelajah frend 💗✨

˖°🌷⋆ ˚。⋆୨୧˚


Malam penuh tangisan dan kecewa, berat rasanya jika harus menerima ini sendirian, rasanya ingin sekali mempunyai teman untuk bercerita, meskipun sebentar seperti yang dilakukan oleh cowok yang memiliki mata segelap obsidian, cowok itu mulai menulis semua yang dirasakan kedalam buku Diary miliknya. Tangannya mulai menulis untuk meluapkan semua amarah dan kekecewaan terhadap dirinya, sesekali cowok itu tersenyum Smirk, biasanya senyum seperti itu menandakan arti kebahagiaan, namun tidak dengan cowok yang memiliki mata segelap obsidian ini. Ya, cowok itu tersenyum Smirk karena tanda amarahnya yang sudah sangat melampau tinggi.

Tangannya dengan cepat menulis semua apa yang dirinya rasakan malam itu, sampai suatu ide muncul didalam benaknya dan pikirannya, dirinya mulai merobek satu lembar kertas dan mulai menulis sesuatu. Tentu, Langit akan selalu ada ide jika sudah melupakan semuanya didalam buku Diary nya itu. Setelah cowok itu selesai menulis kini kertas yang sempat dirinya robek itu terlipat menjadi persegi empat dan dimasukkannya kedalam tas sekolah, bersiap untuk menunggu pagi datang dan membangunkannya untuk bersekolah.

Sementara itu Vivi, cewek dengan baju tidurnya yang berkarakter Doraemon itupun juga menulis sesuatu dilembar kertasnya, jemari-jemarinya sibuk menulis dari huruf satu ke huruf lain. Rasa kecewa masih terselimut didalam dirinya. Ya, setelah kejadian kemarin malam Vivi menjadi cenderung lebih pendiam tak ingin jika berbicara banyak hal, entah mengapa sepertinya Vivi masih kepikiran dengan kejadian kemarin malam, yang membuat dirinya menjadi seperti sekarang ini.

Setelah selesai menuliskan sesuatu kini kertas itu dirinya lipat dan tak lupa dimasukkan kedalam tas sama seperti yang Langit lakukan.

"Vivi nggak bisa terus-terusan maafin Langit gitu aja kalo ujungnya bakal keulang lagi" ucap Vivi dengan membereskan semua bukunya kedalam tas.

"Vi, gue boleh masuk nggak?" Tanya Varo dengan mengetuk pintu kamar Vivi.

"Boleh" jawab Vivi cepat.

Varo berjalan menghampiri Vivi dengan membawa satu gelas Susu Strawberry untuk diberikan kepada Vivi.

"Nih, minum dulu" Varo menyodorkan Susu Strawberry tersebut kearah Vivi.

"Nanti dulu aja minumnya, Vivi masih nggak selera" tolak Vivi sepertinya dirinya memang dibuat sekecewa ini kepada Langit sampai-sampai tidak mau meminum Susu favoritnya. Jika Langit memang ingin menjauh dari Vivi bukan begini caranya, kalo emang Langit udah nggak tahan sama sikap Vivi pergi aja tapi dengan cara yang baik-baik nggak kayak kemarin, emang harus ya Vivi liat Langit mesra-mesraan sama mantan pacarnya sendiri? Kalo memang hubungannya dengan Karin belum selesai bisa diselesain terlebih dulu, nggak kayak gini caranya.

LANGIT GALAKSI [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang