36. Putus?

65 29 4
                                    

Hai para Pinky saktiku ap kabar!!!

Bab ini mengandung bawang jadi jangan lupa siapin tisu ya wkwk.

Vote sama komen dulu baru lanjut kecerita nya 1k vote atu lebih juga nggak masalah karena Vote itu gratissss tissss kalian gusah bayar apapun cukup pencet tanda bintang doang kalian bisa baca cerita ini😉💗

Jangan lupa vote dulu ya guys<<<

WARNING!
DILARANG BERKOMENTAR YANG NEGATIF, JIKA ADA YANG SALAH/KURANG MENARIK DI CERITA INI TOLONG KASIH NASEHAT/BAHASA YANG BAIK DALAM BERKOMENTAR, JIKA KALIAN BERFIKIR CERITA INI SAMA DENGAN CERITA PENULIS' LAIN KEMUNGKINAN ITU HANYA KEBETULAN KARENA KITA TIDAK TAU APA YANG KITA PIKIRKAN SAMA DENGAN PIKIRAN ORANG LAIN, JADI MAKLUMI SAJA SEMUA PENULIS PASTI SERING MENGALAMI HAL SEPERTI ITU!!!

Selamat menjelajah frend 💗✨

36. Putus?

"Karma tetap berjalan, jangan sampai karma itu langsung datang ke diri lo, ingget Tuhan nggak pernah tidur. Sekarang kita Selesai buat haluan masing-masing."
––Langit Galaksi.


˖°🌷⋆ ˚。⋆୨୧˚

Setelah mendengar bel pulang sekolah berbunyi Langit cepat-cepat menemui Vivi untuk bertanya akan surat yang dirinya dapatkan tadi. Jika memang benar untuk apa Vivi menulis surat semacam itu? Jika memang ingin pergi kenapa nggak bilang langsung?

Langit segera berlari dan menahan tangan Vivi sebelum Gadis itu benar-benar pergi.

"Tunggu!" ucap Langit dengan menahan tangan kanan Vivi.

"Kenapa?" Tanya Vivi dengan mengalihkan pandangannya kearah Langit.

Langit memegang kedua pundak Vivi dan menatap mata Gadis itu dengan tatapan tajam.

"Kenapa lo mau pergi ninggalin gue?! Lo lupa kalo gue punya trauma, lo lupa kalo gue masih butuh sosok wanita di samping gue! Lo lupa hah?!" Bentak Langit membuat Vivi menundukkan kepalanya.

"Gue benci sama lo! Gue kecewa sama lo, gue bener-bener kecewa sama lo! Gue juga nyesel udah kenal sama lo gue kira hubungan kita nggak bakal berakhir kayak gini, tapi ternyata gue salah besar!" Lanjut Langit dengan tersenyum smirk.

Di depan Langit Vivi hanya bisa menangis sesenggukan, rasa kecewa sudah dirinya dapatkan namun rasa itu kembali ditutupi oleh kecurigaan karena masalah Langit dan Karin waktu dirumah sakit.

"Langit minggir, Vivi mau pulang" ucap Vivi yang masih dihalangi oleh tubuh Langit.

"Jawab dulu pertanyaan gue! Kenapa lo mau pergi ninggalin gue?!" Bentak Langit membuat Vivi kembali terdiam.

"JAWAB! KENAPA LO MAU PERGI NINGGALIN GUE!" Tanya Langit dengan amarahnya yang sudah melampaui tinggi.

"Ck, gue kira lo nggak bakal ninggalin gue. Udah berapa lama kita kenal? Lo seenaknya giniin gue tanpa alasan, cih!" Decih Langit. Entah semalam dirinya mimpi apa sampai-sampai hal yang tidak dirinya inginkan kini terjadi keesokan harinya. Rasa trauma dirinya dapatkan kembali.

"Maaf" ucap Vivi lirih. Apa maaf? Sakit dibalas maaf itu tidak adil.

"Gampang banget lo bilang maaf, Coba kalo gue kayak gitu apa yang lo rasain? Coba lo di posisi gue Misalkan lo suka gue atau apa gue nya bersikap kayak lo gini segala macem, apa lo rasain? Sakit kan lo deketin gue Karna apa sih?!"

LANGIT GALAKSI [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang