34. Caper

51 35 13
                                    

Hai guys jangan lupa vote dan komen untuk lanjut ke bab selanjutnya, 1k vote sama komen lanjut bab 35 maka dari itu ayo dong vote sama komen padahal kan itu semua gratisssss kalian nggak akan dipungut biaya apapun masa nggak mau vote sih, kan cuma pencet tanda bintang doang💘💘

Ayo dong guys 1k vote sama komen lanjut bab 35 nieh🤪💘

WARNING!
DILARANG BERKOMENTAR YANG NEGATIF, JIKA ADA YANG SALAH/KURANG MENARIK DI CERITA INI TOLONG KASIH NASEHAT/BAHASA YANG BAIK DALAM BERKOMENTAR, JIKA KALIAN BERFIKIR CERITA INI SAMA DENGAN CERITA PENULIS' LAIN KEMUNGKINAN ITU HANYA KEBETULAN KARENA KITA TIDAK TAU APA YANG KITA PIKIRKAN SAMA DENGAN PIKIRAN ORANG LAIN, JADI MAKLUMI SAJA SEMUA PENULIS PASTI SERING MENGALAMI HAL SEPERTI ITU!!!

Selamat menjelajah frend 💗✨

  ˖°🌷⋆ ˚。⋆୨୧˚

Hening hanya ada suara satu langkah kaki yang terdengar malam itu di lorong rumah sakit, cewek dengan keadaan tubuhnya yang sudah berantakan dan dengan seragam sekolah yang masih dirinya kenakan. Vivi berjalan tergesa-gesa lorong demi lorong telah dirinya lewati, sampai pada akhirnya Vivi sudah menemukan ruangan tempat dimana cowok itu dirawat.

Sekarang dirinya sudah berada di depan ruangan yang cowok itu tempati, Vivi mulai membuka pintu ruangan tersebut dengan jantungnya yang berdegup kencang, Vivi terkejut setelah mendapatkan Karin yang sudah berada bersama Langit dengan Langit yang masih tertidur pulas, menghiraukan keberadaan Vivi dengan Karin yang duduk di kursi tunggu dan tertidur lelap. Tak melihat jika ada tamu datang yang sudah berdiri di ambang pintu dengan perasaan kecewa sekaligus tak percaya.

Sakit rasanya jika sudah seperti sekarang ini, bahkan raut wajah yang terlihat panik kini kian memudar menjadi sedih, air mata yang sempat Gadis itu tahan telah meluncur dengan bebas. Mengapa harus sekarang? Padahal Vivi sudah berharap jika dirinya datang menjenguk Langit maka Langit akan senang dan bisa kembali tersenyum, tetapi kejadian yang tanpa diduga-duga itupun terjadi begitu saja.

Vivi kembali menutup pintu ruangan tersebut dengan penuh rasa kecewa dan sakit hati. Ya, Vivi tak percaya jika Karin berani untuk menemani Langit. Vivi duduk didepan ruangan tersebut dengan kedua kakinya yang dinaikkan keatas kursi sebagai penopang untuk tangannya, Vivi menangis didepan ruangan yang Langit tempati.

Tak selang beberapa menit Vivi mendengar suara laki-laki yang sangat dirinya kenali. "Lo ngapain disini? Kenapa nggak masuk?" Tanya Jason, ya Jason lah yang bertanya kala itu memang tadi Vivi diantar oleh Jason tetapi Jason menyuruh Vivi untuk masuk terlebih dahulu karena dirinya ingin membeli sebuah minuman yang berada cukup dekat dengan rumah sakit.

Vivi menggelengkan kepalanya membuat Jason heran, seraya ingin tahu apa yang membuat Vivi bisa menangis seperti sekarang ini Jason pun bergegas masuk ke dalam ruangan yang Langit tempati, dan benar saja Jason mendapatkan Langit yang sudah berada diruangan tersebut bersama Karin, apakah dari kemarin Karin tidak pulang? Berarti jika dirinya tidak pulang kemungkinan tidak mandi juga dong? Eh bau, ih.

Jason kembali menutup pintu ruangan itu dan menghampiri Vivi dan duduk disampingnya seraya menyodorkan satu kota susu strawberry kesukaannya itu.

"Nih minum dulu biar lo tenang" Jason menyodorkan susu kesukaan Vivi, memang tadi dirinya hanya ingin membeli air mineral tetapi karena Jason melihat ada susu kesukaan Vivi jadi saja dirinya membelikan Vivi susu tersebut.

LANGIT GALAKSI [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang