Pagi hari Arga memutuskan untuk tinggal berdua dengan Rania, karena mereka sudah menikah. Kedua orang tuanya membiarkannya saja, karena merasa tak ada yang salah dengan keputusan tersebut. Beda dengan Viona yang justru malah semakin tak suka dengan Rania."Abis ngegoda Mas Arga, sekarang kamu mau rebut dia dari keluarganya. Cih, kamu memang benar-benar perempuan yang nggak benar. Kak Salsa jauh lebih baik daripada kamu!" geram Viona saat ada kesempatan dia menghadang Rania.
"Aku tidak menggodanya dan aku juga tidak tahu kenapa semua ini bisa terjadi," jawab Rania membela diri.
"Halah, alasan terus. Mana ada nikah kilat, tapi kamu tidak melakukan sesuatu?!" lanjut Viona menyulut emosi.
"Tapi kenyataannya memang begitu. Aku tidak menggoda Pak Arga dan aku tidak melakukan apapun!" jelas Rania bersikeras, tapi memang begitulah kebenarannya.
Dia tak ingat pernah melakukan apapun, selain tiba-tiba terbangun di sebelah dosennya itu dalam keadaan dipergoki oleh kedua ibu mereka. Entahlah kenapa semua orang rasanya terus-terusan menyalahkannya demikian, padahal dia tak salah.
"Siapa yang percaya dengan jala-ng sepertimu. Tampang boleh lugu, tapi kamu memang pro dalam urusan merebut. Buktinya sekarang, tiada angin tiada hujan. Kamu tiba-tiba saja sudah menjadi istri dari yang seharusnya kakak iparmu sendiri!" balas Viona dengan sinis.
Rania terdiam, dia kehilangan kata untuk menjawab. Merasa terpojok dan juga sesak yang di tiba-tiba datang karena merasa disudutkan.
"Apa lagi yang kamu tunggu, masih mau mengobrol dengan Viona?"
Arga tiba-tiba datang dan menghampiri keduanya. Kemudian karena tak mendapatkan jawaban dari dua perempuan tersebut, laki-laki itu segera menarik istrinya.
"Ayo. Kita harus pergi. Kalau urusan mengobrol kalian bisa lanjutkan lain kali," kata Arga menyarankan, tapi sekaligus tak mau dibantah.
Viona segera mengepalkan tangan melihat kepergian keduanya. Dia benar-benar benci Rania sekarang ini. Sangat benci sampai dirinya sangat muak padanya.
"Hari ini kamu bisa selamat Rania, tapi lain waktu lihat saja. Aku pasti akan memberi perhitungan pada perempuan kegatalan seperti kamu!" geram Viona.
Sebenarnya kebencian itu bermula ketika satu tahun lalu, ketika Viona menyukai seorang laki-laki bernama Gama. Sayangnya Gama justru menyukai Rania. Perasaan tak terima terlebih setelah cintanya ditolak, membuat benci itu muncul sejak hari itu dan bertumbuh sampai sekarang ini.
Namun perasaan itu malah bertolak belakang pada Salsa. Viona suka perempuan itu walaupun dia adalah saudara kandung Rania. Selain karena sudah menjadi calon kakak ipar yang baik, Salsa terkenal dengan sikap suka membantu Viona dalam urusan apapun dan mereka hampir seperti saudara sendiri.
• • •
Sebelum ke rumah pribadinya, ditengah jalan Rania memohon untuk ke rumah orang tuanya. Ingin mengambil barang dan juga hal lainnya. Arga setuju saja walaupun tak bicara dan dia bahkan langsung mengemudikan mobilnya ke arah rumah orang tua Rania.
Setelah sampai Rania langsung masuk dan menuju kamarnya, sementara Arga menunggu di ruangan depan.
Rumah memang sepi, karena hari yang masih pagi orang rumah pasti sudah pergi bekerja. Orang yang berada di rumah saat itu hanyalah beberapa pembantu saja.
Namun, lima menit kemudian terdengar suara mesin mobil yang memasuki pekarangan. Tak lama berselang Salsa muncul di balik pintu masuk.
Kedua bola mata Salsa langsung bertatapan, bertemu pandang dengan Arga. Saling menghunus dan menatap tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Cinta Pria Dingin (Tamat)
RomanceRania Anindya tak pernah menyangka kalau saat bangun tiba-tiba saja dia dipergoki tidur dengan laki-laki di ranjangnya. Rania terkejut, sebab seingatnya dia masih belum mempunyai pasangan sama sekali. Namun, belum juga pulih dari keterkejutannya, Ra...