50. Rencana Salsa

10.7K 260 3
                                    


Kondisi Rania semakin membaik meski berbanding terbalik dengan perasaannya. Dia semakin membenci Arga dengan perasaan cinta di saat yang bersamaan. Dia muak, tapi juga sadar kalau hatinya sudah terikat pada pria itu. Bersama terasa sesak, tapi menjauh diapun merasakan hal yang sama. Semuanya serba salah dan Rania sangat jengah dengan segalanya.

"Kali ini aku harap kamu tidak membantah. Pulang dari sini kamu harus tetap beristirahat dengan baik. Lupakan segala masalahmu yang entah dengan siapapun itu. Tolong pikirkan anakku Rania, dia bergantung kepadamu!" peringat Arga sambil menggandeng tangan Rania keluar rumah sakit dan bersiap untuk pulang.

"Hm," jawab Rania berdehem.

"Kamu jangan kekanakan lagi, ya!" lanjut Arga masih tak puas dan Rania menganggukkan kepala saja, tak mau memperkeruh suasana.

Sudah seminggu dirinya dirawat di rumah sakit, meski sebetulnya tiga hari yang lalu dia sudah diperbolehkan pulang, tapi suaminya yang posesif dan berlebihan itu memaksanya dirawat lebih lama.

Keluarga mereka sudah tahu pasal kehamilannya dan bahagia dengan kabar itu. Beberapa kali datang menjenguknya dan memberikan perhatian lebih. Apalagi Andini sejak saat Rania hilang dan Nugraha membongkar segalanya ditambah Arga yang memberitahu kehamilan Rania, membuat sikap perempuan paruh baya itu berubah seratus delapan puluh derajat.

Andini sudah tak segan menunjukkan perhatiannya dan bahkan memaksa Rania mengubah panggilannya agar sama seperti Arga yang memanggilnya Mommy. Rania yang pernah diperlakukan buruk mungkin tak semudah itu melupakan, tapi dia sudah memaafkannya.

Namun lain daripada hal itu, ada Viona yang masih membencinya. Gadis itu bahkan tak bersemangat dengan kehamilannya, dan saat pernah menjenguknya dia pun sudah pernah mengancam Rania.

'Aku tidak percaya itu anak kakakku, jala-ng sepertimu mana mungkin mempunyai satu laki-laki saja. Kamu pasti punya laki-laki lain dan itu pasti anaknya selingkuhan kamu!" seru Viona mengancam.

'Tutup mulutmu, kakakmu sendiri mengakuinya dan aku tidak punya laki-laki lain selain dirinya!' geram Rania.

'Nggak mungkin, kalian itu tak saling mencintai!!" tegas Viona masih tak percaya.

'Jadi kalau tidak saling mencintai lantas hal itu bisa membuat kakakmu menahan diri terhadap saya?!' sarkas Rania tak mau kalah.

Perdebatan itu bahkan masih teringat jelas dalam kepala Rania, dan dia pikir jika pulang ke rumah orang tua Arga maka bukan tidak mungkin dia stress dan lain waktu mungkin benar-benar kehilangan anaknya.

"Apa kamu menginginkan sesuatu Rania?" tanya Arga perhatian.

Saat ini mereka sudah dalam mobil menuju perjalanan pulang dan Arga yang menyetir dan Rania yang berada disisinya.

"Apa kamu bisa mengabulkannya jika aku menginginkan sesuatu?!" tantang Rania sengit.

Arga mengangguk dengan cepat dan gampangnya. "Tentu saja!"

"Walau apapun itu?" tanya Rania memastikan.

"Ya, terkecuali kalau kamu minta aku melepaskanmu, karena yang satu itu aku tak bisa melakukannya!" seru Arga antisipasi.

Rania terdiam sesaat dan terlihat berpikir sebelum kemudian mengungkapkannya. "Aku cuma ingin kita pulang ke rumahmu Pak, atau ke apartemen mu dan aku tidak mau tinggal dengan keluargamu!"

Arga mengerutkan dahi dan terheran mendengarnya. "Tapi kenapa, apakah itu berhubungan dengan pertengkaran mu dengan Viona?"

"Ya, dan aku muak melihatnya," jawab Rania terang-terangan dan pengakuan yang seperti inilah yang kerapkali membuat Arga kesal padanya. Karena bagaimana pun juga dia tak mau istrinya membenci saudaranya.

Bagaimana pun juga entah sekanakan apapun Viona dan semenjengkelkan apapun dia, bagi Arga dia tetap adik kecilnya dan dia sangat menyayanginya. Dia tak mau Rania membencinya.

"Kalau begitu bertahanlah selama beberapa hari saja. Kita belum bisa pergi dari sana, Mommy masih ingin bersamamu dan ingin menebus kesalahannya kepadamu," jelas Arga memberitahu.

"Tidak perlu, aku tak pernah bisa membenci orang tuamu. Lagipula dia benar atas kebenciannya hari itu. Aku memang perempuan mura-han, belum menikah, tapi sudah bukan gadis lagi!" seru Rania sengaja melakukannya untuk memancing Arga.

"Jangan berkata begitu Rania, kamu tak seperti itu. Kam--"

"Aku seperti itu, sudahlah tidak perlu menghiburku, kalau habis ini pun toh kamu akan membiarkan adik kesayanganmu itu menghina aku!" cibir Rania memotong kalimat Arga dengan sengit.

Pria itu segera tertohok dan bersalah, tapi anehnya bukannya minta maaf, egonya yang besar malah membuatnya menyalahkan Rania.

"Cukup! Kamu memang tidak pernah bisa bersikap baik dan juga selalu saja mencela Viona!" bentak Arga sambil menaikkan nada suaranya.

Rania langsung terdiam dan membuang muka, menatap ke arah luar jendela. Sadar dirinya terlalu kesar, Arga pun mendesah kasar.

"Sudah kukatakan aku tidak pernah ingin kasar padamu, tapi kamu memang suka sekali memancing emosiku!" cibir Arga dingin.

• • •

Sesampainya di rumah orang tuanya Arga, Nugraha dan Andini sudah ada di sana. Menyambut mereka dan memperhatikan Rania penuh kasih sayang.

"Jaga kandungan mu baik-baik sayang. Ayo sekarang Mama antar kamu beristirahat!" kata Andini sambil merangkul Rania.

"Kalau ingin sesuatu dan membutuhkan apapun, jangan sungkan Nak. Katakan saja sama Mommy, kalau Arga tak bisa mengabulkan keinginanmu itu, Mommy yang akan melakukannya!" seru Andini.

Hari berikutnya, Andini terus memperhatikan Rania. Memberikan banyak barang dan bahkan melakukan apapun untuknya. Dia benar-benar memperhatikan Rania bagaikan anak kesayangannya.

Memperhatikan hal itu Viona tak terima dan jadi marah. Dia yang merasa kasih sayangnya direbut, menemui Salsa untuk mengadukannya.

"Kamu jangan khawatir sayang, Kakak masih disini untuk menyayangi kamu!" seru Salsa merayunya.

"Tapi Rania benar-benar sudah mengambil kasih sayang semua orang Kak Salsa. Tidak ada lagi yang menyayangi aku sejak tahu kehamilannya!" jelas Viona berapi-api dan itu membuat Salsa terbakar.

Pasalnya kabar itulah yang paling diantisipasi oleh dirinya. "Kamu tenang saja, kalau bayinya sudah lahir kasih sayang om dan tante pasti kembali padamu," jelas Salsa menahan diri.

Hal itu bertolak belakang dengan perasaannya. 'Sial. Bagaimana bisa Rania hamil? Perempuan jala-ng itu benar-benar sialan. Tidak tahu diri sekali, sudah berani mengambil Arga dariku sekarang dia malah hamil lagi, tapi aku takkan membiarkan hal ini terjadi. Akan aku lakukan apapun untuk melenyapkan bayinya dan membuat kalian berpisah' batin Salsa licik.

Beberapa menit kemudian, dia tiba-tiba meminta Viona menunggunya sebentar, sementara dirinya pergi untuk menemui seseorang untuk beberapa saat.

"Nih, gunakan ini saja. Aku dulu saat hamil anak mantan pacarku juga minum itu untuk menggugurkan anakku. Berikan saja pada pada adikmu yang penghianat itu!" seru Shela sahabatnya.

"Kamu yakin, ini ampuh?" tanya Salsa memastikan.

"Yakinlah. Akukan sudah pernah mencobanya. Berikan saja," jelas Shela memberitahu.

Salsa mengangguk setuju dan setelah dia bertemu Shela, dia kembali menemui Viona. Namun dia tak segera menyerahkan obatnya pada Viona untuk diberikan pada Rania.

'Aku harus melakukan sesuatu, agar Viona menerima ini dan melakukan sesuatu hal untuk aku. Membuat Rania minum obatnya lalu keguguran. Akan tetapi bagaimana caranya?!' batin Salsa berpikir keras.

"Ada apa Kak Salsa?" tanya Viona heran menatap Salsa yang diam saja.

"Tidak ada apa-apa, Vio. Kakak hanya memikirkan pekerjaan saja," jelas Salsa berbohong, tapi kemudian diapun menyeringai aneh tanpa dilihat oleh Viona karena melihat ke arah lain.

'Aku tahu sekarang, aku gunakan saja ibu. Rania tidak mungkin menolak pemberian ibu dan dengan begitu dia pasti celaka!' batin Salsa membatin senang.

• • •

To Be Continued

Terjebak Cinta Pria Dingin (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang