31. Terbongkar Sudah

11K 311 1
                                    


Rania keluar dari kamar mandi yang ada di ruang dosen Arga, sambil mengusap telapak tangannya dengan tisu untuk mengeringkan. Dia berjalan melangkah sambil setengah melamun, sampai tak menyadari kalau Arga tepat dihadapannya.

"Arrrggghhh!" teriak Rania spontan karena kaget dan sudah menabrak Arga. Hampir saja tubuh mungil itu terjatuh kalau saja Arga tidak menahan pinggangnya. "Kenapa sih, menghalangi jalan aku segala. Apa tidak ada tempat lain untuk berdiri. Mas itu jadi orang kok menyebalkan sekali!" cerewet Rania sambil mendengus kasar.

Namun bukannya menanggapi ucapan Rania Arga malah menariknya supaya berdiri dengan benar, dan memperhatikan Rania dengan aneh.

"Ch, apa-apaan ini Mas. Aduh, kamu kesempatan dalam kesempitan. Udah ah, jangan pegang-pegang kita buka mu--"

"Kamu istri ku. Dasar cerewet!" potong Arga dengan tajam. "Ada yang sakit atau terasa keram?" tanyanya melanjutkan.

Rania tak langsung menjawab, tapi malah mendorong dan memberi jarak diantara mereka.

"Kesempatan terus!" gerutunya rewel. "Dasar me-sum, kalau ginian nomor satu. Giliran mau kasih nilai dengan benar nomor kesekian!" cibir Rania yang kemudian kabur dari sana secepatnya.

• • •

Beberapa hari kemudian, kabar tentang sakitnya Andini membuat Rania dan Arga khawatir. Mereka menjenguk ke rumah sakit untuk melihat kondisinya.

Tiga hari kemudian setelah diperbolehkan pulang, mereka terpaksa menginap di rumah orang tuanya itu untuk memastikan kondisi Andini baik-baik saja.

Laura merasa puas dan tersenyum menang karena akhirnya rencananya berhasil, tapi Arga kondisinya menurun. Tiba-tiba saja pria itu menderita sakit, tapi hanya tiap pagi.

"Sejak menikah dengan perempuan rendahan ini, Mas Arga jadi sakit-sakitan. Dasar istri yang tidak becus. Tahunya cuma merebut bukan merawat!" gumam Viona tak pernah melewatkan kesempatan untuk menghina Rania.

Seperti sekarang saat mereka sedang berpapasan. Viona langsung menghadangnya dan mengatakan hal yang tak mengenakkan.

"Sekalinya jadi sampah mana mungkin bisa jadi berlian. Mau gimana lagi memang begitulah kodratnya kotoran!" lanjut Viona mencibir.

Rania diam saja dan tak mau menanggapi. Dia pikir percuma saja membela diri di hadapan Viona yang sudah terlalu dalam membencinya.

Pada akhirnya setelah lelah bicara, Viona berhenti dan Rania menggunakan kesempatan itu untuk pergi. Dia kabur ke dapur untuk mengemil sesuatu, tapi sayangnya lepas dari nenek sihir dia justru ketemu mak lampir di dapur.

"Mau saya buatkan sesuatu nyonya?? " tanya Laura sopan dan manis sekali.

Namun tentu kemanisan tersebut takkan membuat Rania kagum atau melupakan bagaimana liciknya perempuan itu, serta perasaannya pada Arga suaminya.

"Tidak perlu. Saya bisa sendiri," jelas Rania bersikap biasa. Mencoba mengabaikan dan tidak menganggap ada Laura.

"Tidak usah sungkan begitu nyonya. Saya bisa memasak segalanya dan tidak meracuni anda jika itu yang nyonya takutkan," jelas Laura terang-terangan mencibir.

"Jangan memaksa, jika mau kamu yang kerajinan silahkan saja masak apapun yang kamu mau, tapi maaf saya cuma memakan masakan saya sendiri!" balas Rania dengan sengit.

Meski belum mencintai suaminya, tapi dia bukanlah tipikal orang yang bisa biasa saja pada orang yang menyukai suaminya. Dia bahkan anti dengan Laura dan apapun tentangnya.

'Huuhhh, dasar sombong! Awas saja kalau kamu sudah bercerai dengan tuan Arga. Kamu pasti tidak akan punya apa-apa!' batin Lau melirik tajam sebelum kemudian pergi dari dapur melakukan hal lain.

Terjebak Cinta Pria Dingin (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang