Malam hari, Rania berbaring di tempat tidur. Mencoba memejamkan mata dan berusaha untuk tidur juga mengabaikan Arga yang baru selesai bersih-bersih dan menyegarkan diri sebelum tidur.Ah, ya. Rania masih mengambek. Menunjukkan ketidaksukaannya pada Arga dan bahkan sebenarnya dia mempunyai tugas kuliah pada kelas mata kuliah yang dibawakan Arga. Dia sengaja tidak mengerjakan untuk melampiaskan kemarahannya.
'Sial. Kok susah bangat buat tidur, padahal udah capek banget seharian ini,' ujar Rania dengan perasaan kesalnya.
Tanpa sengaja, karena tak kuat menutup mata, dia pun membuka matanya untuk mengintip apakah Arga yang diketahuinya habis mandi itu sudah selesai berganti pakaian atau tidak. Akan tetapi sepertinya keputusannya itu salah, kerenanya, Rania langsung membulatkan mata tiba-tiba, tapi dengan aneh justru kemudian menutupnya dengan telapak tangan.
"Aaargghhh!!" jerit Rania terkejut.
Sialnya karena berteriak kaget terkejut melihat tubuh bagian belakang Arga yang tak tertutup apapun, membuat Arga yang posisinya membelakanginya langsung berbalik, dan membuat Rania lebih sial lagi.
Dia memang menutup matanya dengan telapak tangan, tapi meski begitu Rania masih bisa mengintip jelas dari celah jemarinya.
"Mas Arga kenapa ekornya nggak ditutup?!" geram Rania, tapi kali ini dia langsung berbalik, sebab sudah kapok tak mau melihat apapun lagi.
Sementara itu Arga berdecak kesal. "Dasar aneh, liat suami sendiri ganti pakaian sampai histeris begitu!" gerutu Arga kesal.
"Siapa yang aneh, Mas tuh yang tidak tahu diri, ganti pakaian di depan perempuan terutama anak gadis. Dasar me-sum!" geram Rania sambil menenangkan debar jantungnya yang tak bisa tenang sejak melihat langsung untuk pertama kalinya aset pribadi Arga.
"Ch, anak gadis apanya?" Arga berbalik kembali dan meraih satu set pakaian tidur yang kemudian dipakainya dengan cepat. "Kamu seharusnya yang sadar Rania. Kamu bukan gadis lagi. Ingat kejadian waktu itu, alasan kenapa kita bisa menikah. Itu jelas-jelas adalah karena pagi itu kamu sudah jadi wanitaku!"
"Tapi aku nggak ingat apapun kejadian malam itu, aku hanya melihat Mas bangun disebelahku!" jawab Rania dengan sedikit berteriak dan juga sedikit memberanikan diri untuk mengintip kebelakang, untuk memastikan apakah Arga sudah mengenakan seluruh pakaiannya.
"Terus kamu bodoh begitu, sampai tidak bisa merasakan kalau sudah terjadi sesuatu pada tubuhmu?!" sarkas Arga membuat Rania tak tahan membahas kejadian yang menyatukan mereka itu.
Jujur saja dia selain masih tak terima, tapi juga agak sungkan, merasa risih dan juga malu dalam waktu yang bersamaan. Tidak seperti Arga yang malah terlihat datar dan biasa saja saat membahasnya.
"Aku lapar mau makan aja," beritahu Rania yang tiba-tiba bangkit untuk menghindari Arga sekaligus mengalihkan pembicaran.
Sambil menutup mata dan memberinya sedikit celah untuk melihat jalan. Melihat itu Arga segera menatap jengah Rania dan tak habis pikir dengan kelakuan istrinya itu.
"Kamu bisa jatuh jika berjalan dengan tutup mata, Rania!" tegur Arga yang sama sekali tak didengarkan Rania.
"Daripada melihat eko--aaarrrggh!"
Baru saja diperingatkan, perempuan itu sudah tersandung, tapi beruntunglah sebelum menyentuh lantai, Arga sudah menahannya.
"Kamu baik-baik saja Ran?" tanya Arga setengah khawatir melihat istrinya yang hampir jatuh kalau saja dia tak sigap menangkapnya.
Rania menganggukkan kepala tanpa membuka matanya sama sekali. Membuat Arga menghela nafasnya kesal. "Aku sudah pakai pakaian. Udah nggak usah lebay lagi!"
Rania tak langsung percaya dan mengintip sejenak untuk melihat celah. Barulah mendesah lega setelah menemukan kebenaran yang Arga katakan.
• • •
Rania buru-buru menghabiskan makan malamnya dan meminum obat serta vitaminnya. Entah apa gunanya, meski tak tahu fungsinya, tapi daripada Arga memaksanya dengan cara menyentuhnya, Rania terpaksa pasrah meminumnya sendiri.
"Mau kemana?" tanya Arga melihat Rania bangkit dan membereskan piringnya sendiri.
"Tidur," jawab Rania acuh.
Arga menghela nafasnya panjang, tapi kemudian membiarkannya saja. Selesai menghabiskan makanannya, Arga segera menyusul Rania ke kamar dan melihat istrinya main HP. Arga lagi-lagi membiarkannya, sementara dirinya sendiri langsung mengambil laptopnya dan memeriksa tugas mahasiswanya.
Arga mengerutkan dahi menyadari tak ada tugas Rania di sana, padahal jangka pengerjaan hanya sampai tengah malam itu dan sekarang sudah pukul dua puluh dua malam, artinya tinggal dua jam lagi.
"Mana tugas kamu?" tanya Arga serius.
Namun Rania tak mendengarnya, kali ini bukan pura-pura tak mendengar, tapi dia terlalu asik berselancar, sampai membuatnya tak sadar jika Arga sedang memanggilnya.
"Ran!!" panggil Arga kembali dan kali ini dengan nada suara yang lebih tinggi.
"Hm," dehem Rania menjawab malas dan tanpa mengalihkan pandangannya dari HP-nya.
"Rania tugasmu mana?"
"Hm ...."
"Rania!!"
Arga tak tahan lagi, segera meletakkan laptopnya dan menghampiri langsung istrinya kemudian merebut HPnya.
"Kamu apa-apaan sih, Mas. Sini, kembalikan HP-ku!" ujar Rania menuntut.
Arga tak mendengarkan itu dan malah langsung memeriksa apa yang sudah di lihat Rania di HP itu, sampai membuatnya tak sadar atau cuma menjawabnya dengan deheman saja.
Menggulir-gulir, tapi hanya terlihat foto laki-laki di beranda salah satu akun media Rania yang saat ini ditampilkan. Tahan melihat itu, Arga segera mengklik menu profil dan mengecek siapa saja yang sudah istrinya ikuti, sehingga hanya status laki-laki saja yang muncul di menu beranda menu sosial medianya.
Rupanya Rania hanya mengikuti dua belas orang, sebelas laki-laki dan satu perempuan yakni Melati.
"Kamu genit sekali, sudah menikah masih saja melihat pria lain!!" geram Arga yang menyimpan HP Rania di sakunya.
"Sial. Berani-beraninya kamu melakukan itu. Bahkan aku suamimu sendiri tidak kamu follback sampai sekarang, padahal aku sudah mengikutimu sejak hari pertama aku mengenalmu!" geram Arga yang langsung berkacak pinggang.
"Aku cuma mengikuti orang yang aku idolakan, dan Melati, itupun karena Melati sendiri yang memaksaku," jelas Rania cemberut dan terlihat kesal karena Arga menyita HPnya.
"Oh, jadi kamu tidak mengidolakan aku?" tanya Arga memastikan dan Rania dengan yakin langsung saja menganggukan kepala.
"Untuk apa?" ujar Rania dengan polosnya dan itu membuat Arga marah.
"Mana tugasmu?!" ujarnya langsung mengalihkan pembicaraan.
"Tugas apa?" tanya Rania pura-pura lupa.
Padahal dia ingat, tapi karena sedang marah pada suaminya dia mogok mengerjakan tugasnya dengan sengaja.
"Tidak usah pura-pura tak tahu. Kamu pasti sudah melihat tugas yang aku bagikan di grup mata kuliah yang aku bawakan dikelasmu!" peringat Arga geram
Rania langsung berbalik, menuju ranjang dan berbaring di sana, mengabaikan ucapan suaminya.
"Rania!!" panggil Arga dengan marah.
"Kalau Mas tidak mau memberi nilai karena aku tidak punya tugas, ataupun bahkan tak mau meluluskan aku di mata kuliahnya Mas. Silahkan saja, aku tak masalah. Palingan ngulang tahun depan," ujar Rania enteng sambil berbaring.
Namun percayalah walaupun dia begitu tenang mengatakannya, jantungnya sudah berdisko bergemuruh hebat dan seakan mau melompat dari tempatnya. Karena mau bagaimana pun, sebagai mahasiswa yang normal tentu saja Rania takut tidak lulus dan mengulang mata kuliah.
• • •
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Cinta Pria Dingin (Tamat)
RomanceRania Anindya tak pernah menyangka kalau saat bangun tiba-tiba saja dia dipergoki tidur dengan laki-laki di ranjangnya. Rania terkejut, sebab seingatnya dia masih belum mempunyai pasangan sama sekali. Namun, belum juga pulih dari keterkejutannya, Ra...