35. Ancaman Regan

8K 217 0
                                    


Baru saja sampai di kampus dan melewati koridor menuju kelasnya, Rania sudah merasakan perasaan yang tak mengenakkan. Tatapan para mahasiswa terfokus padanya. Mereka menatap aneh, tapi Rania yang teringat masalah foto yang tersebar di grup whatsapp itu, segera paham dan membuang nafasnya kasar.

"Bisa kamu jelaskan apa yang di grup whatsapp itu, Ran?!" Melati menghampiri dan langsung menarik tangannya ke suatu tempat yang sepi dan aman dari mahasiswa yang mungkin usil atau kepo dengan urusan orang lain.

"Itu memang kamu kan?" tanya Melati dengan nada kecewa. "Jangan bohong Ran, aku tahu itu memang kamu. Walaupun diambil dari samping dan juga jarak jauh, aku yakin itu kamu Ran!" lanjutnya menuntut.

Rania menganggukkan kepalanya ragu. "Ak-aku tak bermaksud membohongi kamu, Mel. Tap-tapi sulit mengakui, maksudku jujur kepada mu tentang hal ini," jelas Rania gugup takut Melati marah dan tak lagi mau berteman dengannya.

Melati mengusap rambut panjangnya ke belakang dengan cukup kasar, memperlihatkan betapa kecewanya dia. Kemudian menghela nafasnya kasar. Tidak ada apapun yang disembunyikan diantara mereka. Keduanya sama-sama terbuka untuk satu sama lain kerena mereka sahabat dan sangat dekat.

"Jadi ini yang tidak mau kamu ceritakan dan membuatmu selalu gelisah sejak awal?!" tanya Melati memastikan dan Rania pun kembali mengangguk ragu membenarkannya.

"Tapi kenapa Ran, kenapa kamu jadi selingkuhan Pak Arga. Dia bukannya tunangan Kak Salsa saudarimu sendiri?!" tanya Melati lagi.

Rania meremas telapak tangannya kemudian menarik nafasnya panjang dan membuangnya kasar. "Aku bukan selingkuhannya, aku istrinya, dan kami sudah menikah," jelas Rania terus terang.

"Apa?!" ujar Melati tampak syok dan tak percaya. "Kamu apanya Rania?"

"Aku tidak tahu harus bercerita darimana, tapi kami sudah menikah," jawab Rania meyakinkan. Bukan hanya Melati yang lemas setelah mendengarkannya, tapi Rania pun sama. Mereka saling terdiam untuk sesaat dan memenangkan diri.

Kemudian ketika merasa lebih baik mereka pun melanjutkan perbincangan itu. Rania terbuka dan mengutarakan segalanya tanpa ada yang ditutupi lagi.

"Lalu bagaimana bisa foto kalian saat bersama bisa tersebar di grup whatsapp?!" tanya Melati yang kemudian beralih pada hal lain.

"Aku juga tidak tahu Mel, tapi aku sebelumnya Regan datang padaku dan mengancamku. Dia memang mempunyai foto ku dan Pak Arga, tapi aku ingat, kalau aku sudah menghapusnya saat itu," jelas Rania.

Melati menganggukkan kepala, mengerti ucapan Rania dan juga hal lain tentang foto yang tersebar itu. "Mungkin saja dia mempunyai cadangan atau mengambilnya kembali," ujar Melati mengutarakan dugaannya.

"Entahlah, tapi mungkin saja begitu," jawab Rania.

"Tapi sebelum itu, apa kamu tahu apa yang membuatnya mengancammu. Apa dia mengatakan sesuatu?!" tanya Melati.

Rania menganggukkan kepala. "Aku tidak tahu apa keuntungan yang dia dapatkan dari hal itu, tapi sebenarnya dia tahu aku dan Pak Arga sepasang kekasih dan Regan marah. Dia tidak terima karena dia bilang hubungan kami merusak citra kampus ini. Percintaan dosen dan mahasiswa itu adalah kesalahan besar dan dia mau aku segera memutuskan Pak Arga.

Namun karena aku kesal karena merasa dia terlalu jauh ikut campur. Aku menolaknya dan tak perduli dengan ancamannya, tapi sekarang malah seperti ini. Aku pikir setelah bicara di grup dan menjelaskannya kalau bukan aku di foto itu, semua orang akan percaya, tapi--" Rania geleng-geleng kepala mengingat kejadian beberapa saat lalu dimana dia baru sampai di kampus.

"Semua orang menatapku aneh, dan bahkan ada yang melemparkan tatapan merendahkan padaku," jelas Rania membuat Melati mengulurkan tangannya mengusap bahunya. "Aku sudah mencoba abai, tapi jujur saja Mel aku sangat terganggu dengan semua itu!"

*****

"Mas kamu harus pertimbangkan hubungan kita lagi!" seru Salsa menemui Arga. "Aku memaafkan mu dan akan melupakan semua yang sudah terjadi antara kamu dan Rania!"

"Tapi aku tidak bisa memaafkan mu Salsa, bagaimana dong?!" sarkas Arga tajam. "Lagipula aku tak suka bekas," jelas Arga melanjutkan.

"Aku bisa operasi, Ga, tapi aku mohon jangan seperti ini. Mari kita anggap semua yang sudah terjadi impas. Kamu dan aku sama-sama salah. Kita sama-sama hanya khilaf!" bujuk Salsa tak menyerah meyakinkan Arga.

Arga mendengus kasar dan menatap tajam Salsa. "Hanya kamu yang khilaf, sementara aku melakukannya karena ingin. Asal kamu tahu sejak lama aku memang sudah menyukai adikmu, tapi karena menghargai hubungan kita aku bersikeras melupakannya, tapi setelah tahu kamu ternyata menghianatinya. Aku rasanya sangat kecewa, tapi sekaligus beruntung, karena dengan itu aku bisa lepas darimu bisa memiliki adikmu!" seru Arga yakin.

"Bohong. Kamu bicara seperti itu pasti karena masih mencintai aku. Kamu hanya kecewa dan bermaksud menghukum aku," sangkal Salsa tak mau mempercayainya.

"Terserahmu saja, tapi Salsa aku peringatkan padamu untuk tidak berbuat macam-macam. Karena jika tidak aku pasti takkan mengampunimu!!" tegas Arga sambil kemudian berlalu dari sana begitu saja.

*****

"Tunggu Rania! Aku ingin bicara!" seru Regan mengejarnya dari belakang dan menghampirinya.

Melati sudah pulang karena tak punya kelas lagi. Sebenarnya karena satu jurusan Rania dan Melati mempunyai jadwal kuliah yang sama, akan tetapi Rania mengambil mata kuliah semester atas dan itulah kenapa dia masih belum pulang. Karena masih mempunyai jadwal mata kuliah yang belum selesai.

Sementara itu Regan yang sepertinya memantau Rania saat ini sengaja menemuinya. Dia sepertinya akan mengancam Rania kembali dengan maksud yang entah apa itu, tapi sepertinya dia adalah tipikal orang yang tidak bisa melepaskan sebelum mendapatkan apa maunya.

"Mau apa lagi kamu, apa belum puas melakukan hal itu?!" geram Rania menuntut.

Begitu Regan menyentuh tangannya dia langsung menepisnya kasar.

"Sok suci sekali kamu, cih padahal aku yakin Pak Arga pasti sudah memakaimu!" balas Regan anehnya malah kesal juga.

Rania segera mengepalkan tangannya dan menatap tajam. "Itu bukan urusanmu. Berapa kali aku harus katakan bahwa apapun yang terjadi diantaraku dan Pak Arga, itu bukan urusanmu. Apa kau tak mengerti, breng-sek?!" amuk Rania dengan nafas yang memburu.

"Oh, jadi beneran kamu sudah dipakai Pak Arga!" seru Regan semakin keterlaluan. "Kalau begitu boleh aku memakaimu ju--"

Plak!

"Tutup mulutmu Regan dan tolong jaga ucapanmu, karena jika sampai aku dibatas nadirku, kau takkan selamat!" tegas Rania setelah berhasil menampar pipi Regan.

Regan langsung mengusap pipinya yang baru ditampar, tapi dia tak membalasnya dengan tamparan juga melainkan dengan ucapan yang lebih buruk lagi.

"Lalu apa namanya untuk hubungan antara dosen dan mahasiswinya. Pak Arga gi-golo dan kamu pelacu-rnya?! balas Regan tanpa filter.

Mendengar itu kepala Rania langsung pusing, tapi karena tak mau berdebat lebih lama lagi diapun pergi dari hadapan Regan secepatnya dan Regan segera menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

*****

TBC

Terjebak Cinta Pria Dingin (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang