Semakin hari hubungan Rania dan Arga semakin mesra. Apalagi Rania selalu patuh menjalankan saran dari sahabatnya Melati dan dia yakini itu cukup membuat Arga luluh juga seperti ditaklukkan olehnya. Wanita itu semakin bahagia, akan tetapi perutnya yang membesar itu semakin menciptakan masalah tersendiri untuk dirinya."Sial! Jangan-jangan sudah hamil oleh do-sen mesum itu!" geram Regan mulai tersadar dengan fakta yang ada.
Dia terbakar dalam perasaannya. Antara benci, muak, tapi cinta yang bersamaan. Dia ingin mengambil Rania dan sekarang setelah mendapatkan pukulan Arga, dia ingin merebutnya dengan cara apapun yang bisa melukai dosennya Arga.
"Kalau benar itu terjadi, berarti tugasku bertambah. Siapa yang sudi merawat anak dari dosen yang me--sum itu, aku tentu saja melenyapkannya. Namun, pertama-tama sebelum itu, aku harus menyusun rencana untuk memberi perhitungan pada mereka?" lanjut Regan dengan serius.
Menatap foto Rania yang rupanya sudah dikoleksi olehnya, tapi kali ini Regan begitu bernaf--su untuk meremasnya. "Maafkan aku Rania sayang, tapi kamu yang memulai ini dan berarti kamu juga yang akan mengakhirinya!" seru Regan bersungguh-sungguh.
"Kamu harus membayar sakit hatiku!" lanjut Regan berseru.
• • •
Sementara itu Arga yang tidak punya jadwal ke kampus, mempunyai jadwal ke kantor dan sekarang dia ada di sana. Baru saja menyelesaikan rapat dengan klien baru di perusahaannya. Akan tetapi tiba-tiba saja sebuah pesan masuk ke dalam teleponnya.
Brak!!
"Apa-apaan ini?!" geram Arga yang langsung kelepasan memukul meja.
Kembali pada teleponnya, Arga segera meneruskan pesannya pada Rania lalu menghubungi istrinya itu. Namun panggilan tak di jawab dan membuat Arga lebih marah lagi.
"Kemana perempuan itu?!" geramnya mengetatkan rahang.
Tiba-tiba pintu ruangannya diketuk dari luar, Arga yang emosi segera mengizinkan seseorang itu masuk. Niat hati ingin mengomeli orang tersebut walaupun tak salah, akan tetapi Rania yang tiba-tiba ada di sana dibalik pintunya.
"Kejutan!!" seru istrinya bersemangat.
Sedikit berlari lalu dengan gemas memeluk Arga dan meningkatkan jejaknya dengan malu-malu. Ajaibnya amarah Arga dalam seketika mereda dan pria itu sudah agak tenang.
Mengajak Rania ke tempat duduk kebesarannya, lalu duduk di sana sambil kemudian mengangkat Rania duduk dipangkuannya.
"Ada apa kemari sayang?!" tanya Arga sambil mengapit erat pinggang Rania dan juga disaat yang bersamaan menghirup aroma tubuhnya yang menenangkan.
"Aku ngidam ingin ketemu kamu!" seru Rania bercanda, tapi hal itu justru membuat Arga menatapnya serius. "Bohong. Aku ke sini sengaja kok untuk merayu kamu dan memastikan suamiku ini tidak dirayu perempuan lain," jelas Rania sungguh-sungguh.
Arga tertegun, tapi kemudian tak memungkiri kalau kelakuan Rania itu membuatnya hampir lupa dengan masalah pesannya.
"Kamu sudah melihat pesanku?" tanya Arga yang teringat masalahnya.
Rania tak menjawab, tapi malah memeriksa tasnya. "Oh, tidak. Sepertinya teleponku tertinggal di rumah," jawab Rania menduga.
Arga menganggukkan kepala, dan bahkan tiba-tiba saja dia terbersit kalau pesan gambar yang dikirim ke nomornya itu hanyalah salah paham. "Lihat ini, aku rasa seseorang sengaja mengirimnya untuk merusak hubungan kita!"
Rania menurut dan menemukan fotonya di sana, sedang berhubungan dengan seseorang dan begitu intim.
"Itu bukan aku Mas, percayalah?!" ujar Rania serius sambil kemudian menangkup wajah suaminya dan memberikan jejaknya di sana.
"Aku tahu, tapi aku--"
"Ini editan, lihat saja ini. Masa kamu nggak kenal tubuh istrimu sendiri. Aku tidak sebesar itu dan lagipula aku tidak punya tato!" jelas Rania memotong kalimat Arga.
"Benar juga apalagi ukuran da--danya kamu tidak mempunyai yang ken--"
Cup!
Rania tak mau mendengar kalimat Arga yang selanjutnya dan itulah kenapa dia mengecup pipinya. Karena dia ingin Arga diam.
"Sudah mulai berani kamu, ya?!" seru Arga sambil tersenyum miring dan mengusap pipinya yang barusan dicium.
"Tapi kan Mas yang minta?!" balas Rania tak mau kalah.
"Tapi aku tidak berpikir secepat ini," jawab Arga yang kemudian mengusap pipi istrinya dan memberi kecupan manis di sana.
"Abisnya kamu terlalu cepat membuat aku jatuh cinta, Mas dan aku akan melakukan apapun untuk membuat kamu bahagia!" ungkap Rania tulus.
Arga segera tertegun dan menarik Rania ke dalam pelukannya dan mendekapnya. Teringat masa di mana dirinya yang begitu kasar, tapi malah di balas oleh Rania dengan hal yang manis. Membuat Arga begitu menyesali perbuatannya dulu.
• • •
"Ngomong-omong siapa sih, yang ngedit fotonya Mas dan yang kirim ke Mas?" tanya Rania penasaran.
Saat ini mereka tengah berada di sebuah tempat makan dan sedang menikmati makan siangnya. Arga tak langsung menjawab, tapi mengunyah dan meneguk minuman terlebih dahulu.
"Ada apa memangnya?" tanyanya pada Rania yang sejak tadi sibuk memainkan HP-nya Arga.
"Aneh aja, kayaknya masih banyak kurangnya gitu. Aku aja yang modal edit dari aplikasi picsart nggak sejenak ini. Lihat Mas potong wajah aku masih keliatan jelas, kayak nggak nyatu sama latar belakangnya," jelas Rania menunjukkan maksudnya pada Arga.
Arga menerimanya. Sekilas yang dimaksud Rania itu sebenarnya cukup samar, tapi kalau diperhatikan beberapa kali dilihat pasti ditemukan. Meletakkan HP-nya, Arga beralih mengusap kepala Rania.
"Kamu pandai ngedit?" tanya Arga memastikan.
"Sedikit," jawab Rania.
Kemudian Arga pun mendekat dan membisikkan sesuatu. Pria itu sudah mengetahui siapa dalangnya, siapa pengirim foto tersebut. Tidak perlu menyuruh orang, karena cukup menggunakan sebuah aplikasi yang bisa mendeteksi nama apa saja yang menyimpan nomor tersebut dikontaknya, Arga tahu pelakunya dan itu bukan orang asing.
Saat ini pria itu bukan hanya membisikkan nama pelakunya, tapi juga membisikkan rencana pembalasan dendamnya pada Rania.
"Ih, Mas. Kamu yang benar?" ujar Rania memastikan.
"Beneran Rania, memang dia dan mulai sekarang kamu harus hati-hati padanya. Kalau saudaranya saja iblis, tentu saja dia pun pasti sudah jelas iblis juga," jelas Arga yang kali ini tak berbisik lagi.
"Tapi apa tidak keterlaluan kita gituin dia, Mas? Gimana kalau dia marah dan balas dengan membuat yang lebih dari tadi?"
Arga tak membalas langsung, tapi malah menyeringai dan meneguk minuman di depan Rania.
"Ih, Mas. Jawab dong jangan diam saja?!" tuntut Rania.
"Iya Sayang, iya! Kamu ini selain nggak tegaan, tapi juga tidak sabaran sekali jadi perempuan!" jawab Arga langsung membuat Rania memanyunkan bibirnya.
"Itu lagi, untuk apa kamu buat begitu bibirnya. Masih siang Rania, kalau mau godain, nanti malam aja!" Lanjut Arga yang kali ini menggoda istrinya.
"Siapa yang ngegodain? Mas Arga nyebelin!" gerutu Rania yang kemudian menarik hidangan penutup dan memakannya.
• • •
To Be Continued
• • •
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Cinta Pria Dingin (Tamat)
RomanceRania Anindya tak pernah menyangka kalau saat bangun tiba-tiba saja dia dipergoki tidur dengan laki-laki di ranjangnya. Rania terkejut, sebab seingatnya dia masih belum mempunyai pasangan sama sekali. Namun, belum juga pulih dari keterkejutannya, Ra...