61. Tidak Menyangka

10.1K 236 1
                                    


"Bagaimana kondisimu, Sayang?" tanya Andini perhatian.

Saat ini perempuan paruh baya itu sedang di dalam kamar Arga dan Rania. Melihat Rania yang tengah berbaring lemah, tapi masih bangun.

"Rania baik-baik saja sekarang, Mom ... perutnya sudah tidak kram lagi, lagian sudah diperiksa dokter dan udah minum obat," jelas Rania tak mau membuat cemas mertuanya.

Andini berkaca-kaca, merasa bersalah dan kembali menyesal karena sudah pernah mendukung Viona.

"Maafkan Mommy, Nak. Ini semua salah Mommy. Salah didikan Mommy. Andaikan Mommy tak terlalu memanjakannya, Viona mungkin takkan sekeji itu. Di-dia sampai mendorong kamu yang sedang hamil tanpa perasaan.

Namun Mommy sudah menghukum dia, Nak. Walaupun itu mungkin tak cukup untuk memperingatkan dia yang bersikap buruk padamu," jelas Andini lirih.

Rania menundukkan kepalanya, jelas dia tak bisa memaafkan Viona apalagi kejadian beberapa saat lalu masih terbayang dalam kepalanya. Jatuh ke dalam kolam renang lalu kakinya tiba-tiba terasa keram, sehingga membuatnya seperti ditarik sesuatu dari bawah. Rania hampir kehabisan nafas. Jangan ditanya soal air yang tak sengaja dia minum dan masuk ke dalam paru-parunya. Seandainya Arga tak datang mungkin dia akan tiada.

Akan tetapi walau begitu, Rania tak mungkin menyalahkan ibu mertuanya. Ini kesalahan Viona, dan gadis itu sudah cukup dewasa untuk membedakan mana yang salah dan mana yang benar.

Dengan ragu setelah merasa cukup menunduk, Rania pun mengangkat kepalanya kembali. Menatap ibu mertuanya lalu memeluknya.

"Mommy tidak salah, Mommy tak pernah salah ...," lirihnya sambil jatuh menangis sambil memeluknya.

Andini balas memeluknya dan mengusap tubuhnya dari belakang guna menenangkannya.

• • •

Sementara itu Viona setelah membuat ibunya marah besar, sempat ditenggelamkan dan ditampar. Kini sudah berganti pakaian dan bersiap untuk keluar rumah untuk kabur. Ayahnya Nugraha ada di depan dan melihatnya.

"Mau kemana kamu?!" teriak Nugraha yang sama sekali tak diperdulikan Viona.

Bukannya berhenti, gadis itu malah semakin mempercepat langkahnya dan bahkan berlari supaya tak bisa dikejar oleh Ayahnya.

"Viona!! Berhenti, jangan pergi keluar. Tolong Nak, jangan seperti ini, jangan membuat Mommy-mu semakin murka!"

Masih tak berhenti atau bahkan menoleh. Viona masuk ke dalam mobilnya yang memang tak di masukkan ke dalam garasi, sebab dia cuma memarkirkannya beberapa waktu lalu begitu saja di depan rumah, saat mengikuti Rania dan bersiap memberinya perhitungan.

"Viona!!!" teriak Nugraha untuk terakhir kalinya, karena detik berikutnya putrinya itu benar-benar pergi.

Nafasnya terasa sesak. Antara marah, murka, tapi di saat yang sama dia mencemaskan.

"Yatuhan, lindungi anakku. Jangan sampai dia kenapa-napa!" seru Nugraha spontan sambil mengelus dada.

• • •

"Kak Salsa tolong aku!" seru Viona memohon pada Salsa.

Rupanya gadis itu menemui kakak iparnya yang tak jadi itu, dan mereka saat ini sedang di sebuah klub malam. Salsa dalam keadaan setengah sadar.

"Ditolong bagaimana, eh?!" balas Salsa dengan suara mengejek, tapi Viona tak mau buru-buru berprasangka buruk dan berpikir Salsa bisa begitu karena mabuk.

"Aku sudah kabur dari rumah kak, dan aku tidak punya duit yang banyak. Bisa aku pinjam uang kakak?" tanya Viona penuh harap.

"Pinjam? Apa aku tak salah dengar?!" ujar Salsa sambil tersenyum remeh.

Shella sahabatnya Salsa ikut tersenyum dan merendahkan Viona. "Bahkan adiknya saja tidak dia tolong, lalu bagaimana adik penghianat sepertimu bisa Salsa tolong?" tanya Shella.

"Kak!" seru Viona penuh harap.

Membuat tawa Salsa meledak. "Dasar naif, seharusnya kamu tidak usah kabur dari rumah mu dan menyusahkan diri. Sana-sana, jual diri saja. Aku tak sudi menolongmu apalagi sampai menghamburkan uang ku cuma untuk mu!" geram Salsa.

Perempuan itu bahkan tega mendorong Viona dan bahkan mencium seorang pria dihadapkan Viona. Sampai membuat Viona terkejut, tapi Salsa tak perduli itu. Sedang pada Arga, Salsa sudah tak mood untuk memiliki dan sekarang hanya punya dendam serta suatu yang membara juga mendorongnya untuk balas dendam.

• • •

Viona yang stress karena tertekan dan tak terima dengan kelakuan Salsa yang sebenarnya. Meminum minuman yang membuatnya melayang dan di saat yang bersamaan mampu membuatnya bahagia untuk sesaat. Alkohol.

"Hai, Cantik!!" ujar seseorang memanggilnya dan membuat Viona menoleh.

Orang itu laki-laki mabuk yang mungkin hampir kehilangan penuh kesadarannya. Oleh karena itu, Viona mendorongnya menjauh, dan lagipula dia sedang mood untuk diganggu.

Ah, iya. Saat ini dia di klub malam, hanya saja itu bukanlah klub malam yang sama dimana Salsa menunjukkan watak aslinya. Dia ditempat yang beda.

"Jangan sombong, ayo temani aku??!" kata lelaki itu rupanya tak menyerah.

"Menyingkir, aku bilang menyingkirlah!!" tegas Viona mendorongnya.

Sementara itu, walaupun di sana ramai dan banyak orang tak ada yang perduli dengan Viona. Mereka mengabaikannya begitu saja. Sementara itu, pria itupun semakin menjadi. Tak hanya mendekat diapun menarik Viona, memaksanya untuk ikut menemani.

"Tidak mau, lepaskan aku!!" teriak Viona.

Alkohol juga sudah masuk cukup banyak ke dalam tubuhnya. Sehingga gadis itu linglung dan mulai merasa pusing. Walaupun si laki-laki lebih mabuk, tapi Viona masih saja tak bisa mengimbangi tenaganya.

"Ayolah, Nona Cantik. Temani aku ke sana sekarang, kita menari dan bersenang-senang semalaman!!"

"Kumohon, aku tak mau seperti ini. Tolong ... lepaskan aku!!"

• • •

Cup!

"Bagaimana Rania Sayang, apa yang kamu rasakan sekarang?" tanya Arga sambil mengeratkan pelukannya dan juga sesekali mengecup puncak kepalanya.

"Rasanya sudah jauh lebih baik, perutnya udah berhenti kram apalagi setelah diperiksa dokter dan minum obat," jawab Rania seadanya.

"Baguslah. Aku senang jika kamu baik-baik saj--" Arga tiba-tiba memutus ucapannya dan buru-buru berdiri dan berlari ke kamar mandi.

Pria itu mual dan memuntahkan isi perutnya. "Jangan turun, aku baik-baik saja!" seru Arga sambil menaikkan nada suaranya supaya terdengar oleh Rania.

Rania khawatir dan tak menurut, sementara itu Arga yang tahu tabiat istrinya buru-buru menyelesaikan masalah mualnya dan kembali ke sisi Rania secepatnya.

"Kamu bandel banget sih?! Udah-udah, berbaringlah kembali. Kamu kan masih sakit," ujar Arga dengan nada suara sedikit menggerutu.

"Tapi Mas kamu--"

"Sudah tidak apa-apa, Sayang. Aku baik-baik saja, ini hanya reaksi yang wajar karena kamu sedang hamil dan mengandung anakku. Lagian aku juga sangat senang karena diantara kita, aku yang mengidam," ujar Arga sungguh-sungguh.

"Tap--"

"Ssstt ... Aku sudah minum obat dan suplai makanan sehatku, sesuai arahan dan resep dokter. Lagian aku tidak nakal seperti mu, Kadang-kadang malah kamu yang sengaja pura-pura lupa minum obat," lanjut Arga dengan santainya dan tanpa sadar membuat Rania cemberut.

• • •

To Be Continued

Terjebak Cinta Pria Dingin (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang