Arga sangat senang mendengar pengakuan Rania soal perasaannya. Dia bahagia sampai tak bisa menutupi kebahagiaannya itu sama sekali. Bahkan setelah pulang dari acara pesta pernikahan yang mempertemukannya dengan Angel. Dia tak peduli itu, tak peduli dengan Angel yang bahkan terluka karena perkelahiannya dengan Regan. Dia bahkan tega meninggalkannya begitu saja.
Menjadikan Rania pusat perhatiannya bahkan saat malam di meja makan. Nugraha dan Andini jadi geleng-geleng kepala menyaksikan tingkahnya yang aneh.
"Dari tadi Daddy perhatian, kamu selalu menatap Rania, ada apa Ga?!" tanya Nugraha mengutarakan keganjilan dalam pikirannya.
Arga tanpa menoleh terus memperhatikan Rania tiada henti atau bahkan malu pada orang tuanya. "Ada yang salah Daddy, kalau Arga memperhatikan istrinya Arga sendiri?" balas Arga kemudian dengan tak tahu malunya mencuri kecupan di pipi Rania.
"Pak!!" ujar Rania yang langsung terdengar merengek malu.
"Cih, anak ini!" jengkel Nugraha menatap kesal pada putranya, tapi di sisi lain Andini malah tersenyum geli.
"Kamu dulu juga begitu, Mas. Bucinnya suka lebay," ejek Andini buka suara dan terkekeh di detik berikutnya.
Nugraha tertular dan ikut terkekeh, mengangkat bahunya sebelum kemudian mengakui aibnya di masa lalu. "Iya juga sih, tapi kan itu kan cuma sama kamu Andini!"
"Iya-iya, Mas. Udah ah, malu sama anak-anak!" gerutu Andini.
"Yasudah, habiskan makannya cepat. Aku juga akan begitu. Lama-lama walaupun kelakuan Arga yang begini, aku juga nggak tahan. Dasar anak rese!" ujar Nugraha semakin tertawa lebar.
Namun bukannya menurut Andini malah bangkit, mengangkat piringnya lalu menatap suaminya seperti memberi kode. "Kalau begitu untuk apa tunggu habis, kita makan di dekat kolam aja yuk, Mas. Itung-itung mengingat masa muda."
Nugraha pun mengangguk setuju, lantas pasangan paruh baya itupun berlalu dari sana. Meninggalkan pasangan muda dan Viona yang tampak kepanasan di sana.
"Apa-apaan sih Mas. Malu tau sama Daddy dan Mommy, sampai pergi begitu melihat kalian!? " cibir Viona kesal.
"Pak!!" ujar Rania kembali dengan wajah yang sudah sangat memerah malu.
"Iya sayang ... sudahlah, jangan perdulikan siapapun. Kamu liat Daddy dan Mommy saja mengerti, hanya Viona saja yang tak tahu. Sudahlah tidak usah dengarkan bocah itu. Lebih baik buka mulutnya sayang, aaaa ...!" seru Arga bermaksud menyuapi Rania dengan mesra.
Ah, ya dia memang tak sungkan lagi berkata sayang, sebab baginya ungkapan perasaan dia dan Rania yang rupanya saling mencintai sudah lebih dari cukup membuatnya berhak memanggil istrinya dengan mesra.
"Apaan sih Mas?!" gerutu Viona kembali. Kemudian dengan tak tahan gadis itupun bangkit dan berlalu dari sana dengan perasaan yang sangat jengkel.
"Seharusnya kak Salsa yang di saja, bukan perempuan mura-han itu!!" geram Viona saat sudah jauh dan cukup aman untuk tidak bisa di dengar Arga lagi.
• • •
"Kenapa sih masih harus memanggil bapak lagi, aku suamimu Rania dan kita saling mencintai!" keluh Arga dengan tak terima.
Saat ini mereka di atas tempat tidur dan sedang bersiap tidur. Arga berbaring menyamping menghadap Rania dan Rania pun sama, menghadap Arga sehingga keduanya saling berhadapan.
"Kamu itu dosenku," jawab Rania datar.
Rupanya meskipun terbawa perasaan yang membuatnya bisa menikmati kehangatan Arga, dia masih tak bisa tenang apalagi melupakan bagaimana jahatnya suaminya itu.
"Ketus sekali. Kamu tidak seharusnya berbicara seperti itu padaku dan oh ya kita sedang di rumah dan di sini kamu adalah istriku. Berhenti memanggil ku, 'pak' Rania!" tuntut Arga.
Padahal beberapa waktu lalu istrinya itu sudah pernah mengganti panggilan, dan bahkan itu dengan mudah, namun setelah masalah yang menimpah mereka belakangan ini Rania jadi berubah. Dia yang ceria malah tertular dinginnya Arga.
Menghela nafas dan menariknya dengan kasar. "Aku hanya tidak ingin keceplosan saat di kampus Pak Arga. Aku tidak mau kelepasan memanggil mu, 'mas' seperti dulu lagi," jelas Rania berbohong dan Arga menyadari itu.
Mengangkat tangannya lalu mengusap lembut pipi istrinya. "Maaf, mungkin aku yang salah. Terlalu mencurahkan kasih sayangku pada adikku Viona, sampai melupakan dirimu istriku yang harusnya lebih di sayangi. Aku juga terlalu gegabah mengambil keputusan, dan juga menyalahkan dirimu. Maaf Ran, pipimu ini bahkan pernah aku tampar karena keegoisanku," jelas Arga dengan nada yang sangat menyesal.
Pria itu berkaca-kaca dan tampaknya sungguh menyesali apa yang sudah dilakukannya. Sementara Rania yang hatinya lemah lembut nyatanya sebagaimana perempuan pada umumnya, tak bisa untuk tak memaafkan suaminya. Anggaplah hatinya murah-an, tapi Rania benar-benar tak bisa membenci Arga.
"Aku mencintaimu, Mas!" seru Rania dengan tulus dan air mata yang tanpa sadar keluar dari pipinya. "Aku pikir aku tidak akan membencimu walau apapun yang sudah terjadi!" ungkapnya dengan perasaan yang tak bisa menutupi apapun.
Arga tak menjawab, tapi karena kelewat senang Rania merubah panggilannya sesuai dengan yang dia inginkan, Arga langsung menarik Rania mendekat dan memeluknya. Mengusap puncak kepalanya, sampai keduanya merasa puas dan lega. Beberapa saat sampai kemudian tiba-tiba Arga menyadari sesuatu yang mengganjal.
"Sepertinya kalau seperti ini sudah tak nyaman lagi memelukmu," jelas Arga membuat Rania bingung dan menatapnya menuntut.
"Apa, tapi kenapa?" tanya Rania bingung.
"Berbaliklah, Ran. Biarkan aku memelukmu dari belakang!" seru Arga.
Rania segera menurut meski dia masih heran, tapi kemudian saat Arga memeluknya dari belakangan dan posisi yang nyaman, pria itu segera mengusap perut Rania.
"Apa kamu sadar bayinya cepat sekali bertumbuh di dalam sini. Dari siang ke sini, aku rasa dia sangat jauh lebih besar," kata Arga.
"Tidak mungkin, itu hanya perasaan Mas Arga saja," jawab Rania.
"Tidak mungkin. Anak kita memang sudah lebih besar di dalam sini sayang, dan kamu tahu kenapa aku memelukmu dalam posisi ini? Itu karena aku tak mau dia merasa sesak dalam perutmu dan merasa terjepit," jelas Arga.
Rania mengangguk saja. Menikmati momen kebahagiaannya dengan Arga, meski sebenarnya dia tak sepenuhnya bisa menikmatinya.
"Apa setelah ini Mas akan selalu ada untuk aku dan mempercayai aku? tanya Rania tiba-tiba dan serius.
"Tentu saja," jawab Arga dengan cepat. "Dan oh ya, rumah kita sudah selesai aku perbaiki, sudah tak mungkin lagi di masuki maling dan aku juga sudah siapkan asisten rumah tangga baru. Kamu tidak perlu cemburu karena aku sengaja mengambil asisten rumah tangga yang sudah menikah. Kita akan pindah ke sana sesuai permintaan mu yang kemarin," ungkap Arga memberitahu membuat Rania senang.
"Aku minta maaf sudah membuatmu terpaksa tinggal di rumah orang tuaku dengan Viona yang selalu mengganggu kamu. Maaf Ran, sebenarnya aku melakukan itu selain untuk melihat kondisi Mommy yang sakit, aku ingin kamu dekat dengan keluargaku. Akan tetapi sekarang aku sadar semua itu tak terlalu penting.
Karena seharusnya yang aku lakukan sejak awal adalah membuatmu lebih dekat padaku dahulu baru yang lain!!" lanjut Arga.
• • •
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Cinta Pria Dingin (Tamat)
RomanceRania Anindya tak pernah menyangka kalau saat bangun tiba-tiba saja dia dipergoki tidur dengan laki-laki di ranjangnya. Rania terkejut, sebab seingatnya dia masih belum mempunyai pasangan sama sekali. Namun, belum juga pulih dari keterkejutannya, Ra...