Rania mendesah kasar, untuk pertama kalinya air matanya begitu mudahnya turun setelah sekian lama, dan setelah hari pernikahannya waktu itu. Saat ini Arga memang sudah melepaskannya, tapi setelah menghina dan memperlakukannya dengan rendah.Dia seorang istri, tapi sepertinya hari ini dia menyadari sesuatu hal yang lain. Kalau suaminya tak pernah menganggapnya demikian, pria itu bahkan masih lebih memperhatikan adiknya.
Bukan karena ingin hubungan persaudaraan mereka rusak, tapi seharusnya Arga melihat bagaimana kebenarannya. Atau setidaknya tidak begitu mudahnya menyalahkan Rania, lalu memperlakukannya dengan tidak adil.
"Jangan menangis, aku hanya ingin kamu menyadari kesalahan mu, Ran. Maaf sudah menampar pipimu," jelas Arga dan sekarang ini dia seperti tak melakukan dosa, memeluk Rania dari belakang dengan posesifnya.
Dia bahkan sudah mengobati pipi istrinya itu, meminta maaf berulang kali untuk kekhilafannya yang sudah kasar itu. Akan tetapi Rania mana mungkin semudah itu luluh, apalagi setelah direndahkan dan diberi hukuman yang membuatnya merasa seperti mainan.
"Kamu tahu aku sangat menyayangi Viona. Mengertilah dia adikku satu-satunya dan aku ingin kalian berdamai terlepas dari apapun permasalahan kalian," ujar Arga dengan pelan sambil mengusap puncak kepala Rania dan sesekali menci-um ubun-ubunnya.
'Lalu bagaimana denganku? Apakah tak ada apapun untukku?' batin Rania dengan kecewa.
"Ran, kamu sudah tidur?" tanya Arga lagi, ketika tak ada jawaban atau bahkan nafas Rania yang sesegukan.
Arga menghela nafas, kemudian bangkit dari tempat tidur. Memasuki waktu makan malam diapun teringat dan segera menghampiri keluarganya di meja makan.
Bukannya tak mau mengajak Rania, tapi dia tak tega membangunkannya. Apalagi setelah apa yang sudah dilakukannya, Arga sebetulnya cukup merasa bersalah juga walau tak menunjukkannya.
*****
"Dimana perempuan itu, dia tak ikut makan? Cih, sombong sekali. Kemana-mana masih baikan Kak Salsa!" ujar Viona di meja makan begitu Arga tiba tanpa Rania.
"Jaga bicaramu, Viona!" tegur Nugraha sang Ayah. "Walaupun kalian seumuran, dia itu kakak iparmu dan kamu harus menghormatinya!"
"Tapi Daddy, dia itu tak pantas dihormati. Perempuan renda-han dan perebut pasangan orang lain. Tempatnya adalah hina, bukan kehormatan!" seru Viona lantang.
Arga sebetulnya tersinggung dengan ucapan adiknya itu dan tak terima istrinya dihina. Akan tetapi ingatannya tentang Rania yang keras kepala dan bahkan sempat membuatnya murka itu membuat Arga diam saja dan mewajarkan Viona membenci Rania.
Sementara Andini, dia juga sebenarnya tak suka mendengar ucapan Viona. Akan tetapi lantaran masih kecewa dengan menantunya diapun sama dengan Arga, memilih bungkam.
"Diam kamu! Tahu apa kamu soal itu!" peringat Nugraha. "Mulai sekarang dan seterusnya Daddy tak mau denger kamu atau siapapun membahas Salsa, sebab terlepas dia adalah mantan tunangan Arga atau saudara kandung Rania, dia bukan siapa-siapa di rumah ini. Menantu rumah ini Rania bukan dia!" lanjut Nugraha dengan tegas.
Dalam sekejap Viona pun bungkam, tak berani jika sudah diancam ayahnya.
• • •
Selesai makan malam, Arga sengaja menyiapkan makanan untuk Rania. Bagaimanapun juga dia masih sadar untuk memperhatikan istrinya. Dia membawanya ke kamar, menaruhnya di nakas lalu membangunkan Rania.
Istrinya itu terbangun, tapi anehnya setelah pertengkaran mereka beberapa saat lalu dia dengan mudahnya menurut. Menghabiskan makan malamnya kemudian segala macam obat yang selama ini dikonsumsi olehnya.
"Besok kita ke dokter ya?" tanya Arga dan Rania lagi-lagi menganggukkan kepalanya menurut.
Itu sangat mengherankan, terlebih lagi saat mengingat bagaimana keras kepalanya beberapa saat lalu. Arga sebetulnya juga bingung, tapi tak terlalu memperhatikannya, dia memilih mengabaikannya.
"Aku takut kamu dan ba--" Arga terdiam sesaat dimana dia keceplosan memberitahu tentang kandungan Rania. Mendengar hal itu Rania pun kebingungan dan menatapnya meminta penjelasan. "Maksudku perutmu, aku khawatir itu lebih parah saat kita melakukan hal tadi, itu sedikit hm, kamu tahulah," jelas Arga mengelak dan menjelaskan.
Rania terlihat percaya saja dan menganggukkan kepalanya tanpa ragu. Kemudian malam itu berlalu dengan hening dan juga mencekam.
*****
"Wah-wah, akhirnya jala-ng sepertimu, tahu diri juga. Bisa juga bangun pagi!" seru Viona.
Namun Rania langsung melewatinya, dengan pandangan yang sulit dijelaskan dan setelan yang biasa dia gunakan ke kampus, Rania berlalu dari hadapan Viona begitu saja.
Viona yang melihat itupun tak mencegah, tapi karena dia heran dan baru bangun diapun cuma bisa garuk-garuk kepala. "Apa tidak kepagian kalau mau kuliah. Aneh sekali dia, ch, tapi ngapain aku pikirkan. Kebiasaan perebut pasangan orang lain memang begitu sifatnya, tak mengherankan sih!" seru Viona yang akhirnya tak mau ambil pusing.
Dua jam kemudian Arga turun dan mencari istrinya. Dia terlihat kebingungan serta khawatir juga mencemaskan Rania.
"Dia sudah pergi ngampus! Nggak usah dikhawatirkan. Lagian ngapain sih, Mas. Perduli sekali dengan si Jala-ng itu?" kata Viona.
"Dia istriku!" tegas Arga.
"Tapi dia itu sudah menghancurkan hubunganmu dengan Kak Salsa!" seru Viona.
"Terlepas dari apapun yang terjadi dia tetap istriku. Paham?!" ujar Arga tegas. "Dan kamu harus menghormatinya sebagai kakak iparmu!" lanjut Arga.
*****
Di kampus, Arga begitu bersemangat untuk mengajar karena dia sudah sangat merindukan istrinya saat itu. Akan tetapi begitu sampai di kelas yang harusnya dihadiri Rania, istrinya itu malah tak ada.
Arga heran dan kembali cemas. Kali ini dua kali lipat dari saat hari masih pagi. Segera mengoper alih kelas ke asisten dosennya, Arga keluar untuk mencari Rania.
Rumah orang tuanya yang menjadi tempat tinggal mereka beberapa hari terakhir ini, apartemen, rumah pribadi dan bahkan rumah orang tuanya Rania. Di sana Arga tak menemukan apapun tanda-tanda kehadiran Rania. Dia begitu gila sampai kemudian dia kembali ke kamar dan melihat sesuatu di sofa yang tak terlihat dirinya saat pagi tadi.
Itu kertas berupa catatan sesuatu dan Arga segera membuka dan membacanya. Dalam sekejap wajahnya pucat dan kertas itu langsung di remas olehnya dengan begitu kasar.
'Aku tidak akan membenci Viona lagi, asal kamu menceraikan aku. Aku membencimu, Mas, dan aku tidak akan kembali sebelum kamu menceraikan ku!'
"Sial. Berani-beraninya perempuan ini melakukan hal seperti ini padaku. Awas saja kmu Ran jika sampai aku temukan. Aku takkan mengampunimu!!" geram Arga murka.
Lalu dengan segala upaya dia segera turun dari kamarnya dan kembali mencari Rania. Nugraha yang kebetulan melihatnya lewat, menyapanya. Akan tetapi Arga malah mengabaikannya.
"Ch, anak itu kenapa lagi!" jengkel Nugraha.
"Sudahlah Mas. Palingan cuma bertengkar dengan istrinya lagi. Urusan rumah tangga, biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri dengan mandiri," jawab Andini.
Sementara itu, Viona juga melihatnya dan hal itu membuatnya semakin kesal saja pada Rania.
'Apalagi yang sudah dia lakukan, jala-ng itu sudah menciptakan masalah yang bagaimana lagi?' batin Viona kesal. 'Bisa-bisanya membuat Mas Arga begini. Tidak punya hati nurani sekali dia!! Huhh, tapi mau gimana lagi, sekalinya jala-ng ya tetap jala-ng!' lanjut Viona membatin.
*****
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Cinta Pria Dingin (Tamat)
RomanceRania Anindya tak pernah menyangka kalau saat bangun tiba-tiba saja dia dipergoki tidur dengan laki-laki di ranjangnya. Rania terkejut, sebab seingatnya dia masih belum mempunyai pasangan sama sekali. Namun, belum juga pulih dari keterkejutannya, Ra...