🌼 4. NASEHAT NENEK

9.6K 359 1
                                    

Sisi membanting pintu mobilnya setelah ia sampai di rumah dan keluar dari mobil. Sisi baru saja pulang dari restoran Jepang yang ia kunjungi bersama Dion. Amarahnya membuncah, ketakutannya merambat, dan rasanya Sisi ingin menangis saja seraya memeluk Nenek. Sisi masuk ke dalam rumah, ia berjalan cepat mencari Nenek setelah mengucap salam

"Neeek! Nenek!" Sisi brutal memanggil manggil Nenek. Nenek yang sedang berada di dapur pun memunculkan dirinya, ia bingung mengapa cucunya begitu keras memanggil manggil namanya.

"Eh, Nenek di dapur. Ada apa? Ndak usah teriak teriak nanti tenggorokannya sakit, Si," balas Nenek sedikit meninggikan nada suaranya supaya Sisi dapat mendengar suara rentanya. Nenek yang merasa khawatir pun menghampiri Sisi yang sepertinya mencari dirinya di kamar.

Benar saja, Sisi seperti orang linglung, dan langsung menubruk tubuh renta Nenek untuk dia peluk.

"Nenek..." ucap Sisi begitu ia dapat menemukan kehangatan dari tubuh renta Neneknya yang selalu bikin candu itu.

Nenek mengusap usap punggung Sisi penuh dengan kasih sayang," ada apa? Nenek nggak kemana mana ini, kok cari Nenek sebegitunya. Ada apa, hm?" tanya Nenek. Sisi yang ditanyai malah nangis, tangisnya pecah. Perasaan Sisi benar benar campur aduk sekarang.

"Loooh, malah tambah kenceng nangisnya. kenapa toh bocah mbeling iki?"

Nenek melepas pelukan Sisi yang erat, wanita tua itu menggiring Sisi untuk duduk di ranjang miliknya yang minimalis, tidak seperti milik Sisi yang ranjangnya bisa muat untuk tidur lima orang.

"Sini duduk. Kenapa? Kamu bertengkar sama Dion? Atau kenapa, kamu jatuh?" tanya Nenek bertubi tubi. Nenek sangat tau cucunya itu cengeng, meskipun waktu kecil Sisi adalah mantan ketua para bocil, namun Sisi sebenarnya sangat cengeng dan manja.

"Sisi takut Neeeek," balas Sisi yang belum usai dengan tangisnya, Sisi kembali memeluk tubuh Nenek.

Nenek pun mengusap usap punggung Sisi," takut apa toh? Takut Grandong?"

"Iiiih bukaaaan," tangis Sisi semakin kencang.

"Yaudah, cerita dong sama Nenek. Biar Nenek tau," pinta Nenek seraya menabok pelan pantat Sisi. Bukan, Nenek bukan sedang menganiaya Sisi, tabokan itu adalah tabokan sayang kepada Sisi. Waktu masih kecil saja Sisi suka dan akan tergelak hebat saat Nenek marah dan menabok pelan pantat Sisi.

"Sisi takut kalau kenalan Kyai Sya'ban itu bapak bapak berkumis. Sisi nggak mau nikah sama bapak bapak, Neeek. Hiks hiks," ujar Sisi mulai bercerita keluh kesahnya, sesekali mengusap air matanya kasar.

"Husss, ngawur kamu. Kyai Sya'ban itu orang baik. Selalu bantu keluarga kita tanpa pamrih. Tidak mungkin kyai Sya'ban memperkenalkan kamu dengan bapak bapak berkumis. Kamu ini ada ada saja. Sudah! Tidak usah takut. Percaya sama Nenek, orang yang Kyai Sya'ban bawa nanti itu orang yang baik, Sholeh, ngganteng. Percaya ya nduk sama Nenek," nasehat Nenek dengan perangai halusnya. Nah, Sisi suka nih kalau Nenek keluar ibu perinya seperti ini. Kadang kadang Nenek keluar sikap bar bar-nya yang bikin telinga Sisi berdenging dan geleng kepala dengan Neli alias Nenek lincah itu. Tanpa Sisi sadar, sikap bar bar Sisi adalah turunan dari Nenek. Sisi tidak menyadarinya karena dia menganggap dirinya itu pendiam, lemah lembut, dan sangat pelan kalau bicara, preettt!

"Tapi Sisi cintanya sama Dion, Nek. Kalau Sisi nikah sama kenalannya kyai Sya'ban, nanti Dion sama siapa Nek? Kan kasian, hiks hiks."

"Dion ya sama jodohnya nanti. Kamu ini gimana toh! "

"Aaaaaa, Sisi maunya sama Dion pokoknya!"

Nenek menabok pantat Sisi lagi," ish! Kamu ini nakal ya! Yaudah kalau kamu mau sama Dion, suruh Dion nikahin kamu secepatnya. Maka Nenek akan membatalkan perjodohanmu dengan kenalan Kyai Sya'ban," ujar Nenek yang membuat Sisi berhenti dari tangisnya.

Ummi Untuk Gamal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang